BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Saat ini perhatian para ilmuan dihadapkan pada permasalahan makna.
Sejak awal abad ke19 mereka membahas sebab-sebab perubahan makna,
bentuk-bentuknya dan manifestasinya. Mereka mengakui bahwa perkembangan
semantik tentang perubahan makna yang
dikaitkan dengan maknanya termasuk faktor munculnya perkembangan makna. Setiap
ada perubahan dalam hubungan kata ini. Perkembangan makna dalam konsep ini
tidak harus kearah yang selalu meningkat namun kemungkinan terjadi perkembangan
atau peralihan dari makna yang sempit atau khusus kemakna yang luas atau umum
dan sebaliknya. Dan konsep perkembangan disini mengadopsi dari kata-kata Arab
baik positif maupun negatif sehingga makna dapat berubah jika terjadi
pengkhususan akan tetapi perubahan ini sangat lambat.
Perkembangan makna akan menjadi lebih jelas pada tingkatan makna,
karena pada sisi itu yang menghubungkan bahasa dan realitas yang saling terkait.
Kemudian
merumuskan hubungan antara simbol-simbol dengan bentuk yang abstrak seperti الدل (penunjuk)
atau المدلول (yang ditunjuk ).
Sedangkan implikasi yang ditunjuk menjadi berkembang seiring dengan
perubahan dan perkembangan zaman, dari satu peradaban ke peradaban selanjutnya,
adapun penunjuk berkembang stabil dan sesuai dengan penggunaan, perubahan dan
pergeseran makna.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan mmakna bahasa ?
2. Apa saja Faktor – Faktor Perkembangan dalalah ?
3. Apa Saja Jenis – jenis Perkembangan dalalah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN
SEMANTIK BAHASA ARAB (AD-DALALAH)
Bahasa
diibaratkan makhluk hidup karena dia hidup dilidah para penuturnya. Bahasa
mengalami perkembangan dan perubahan
seiring dengan perkembangan zaman sebagaimana halnya manusia. Bahasa adalah
fenomena sosial yang hidup ditengah masyarakat. Dia ikut berkembang jika
masyarakat berkembang dan mundur ketika masyarakat itu mundur.
Perkembangan
dalalah adalah salah satu bentuk perkembangan bahasa yang objeknya adalah kata
dan arti kata. Arti sebuah kata sebenarnya tidak permanen tetapi mengalami
perubahan yang terus menerus dan tak seorangpun yang mampu menghalangi
perubahan itu, ini dapat dibuktikan dengan melihat kamus, dimana sebuah kata
dapat mengalami perubahan makna setiap saat.
Perubahan makna terjadi jika relasi antara lafal dan
arti yang ditunjuk oleh lafal tersebut berubah,hal ini terjadi dalam dua
bentuk:
1.
Apabila ditambahkan makna baru
terhadap kata yang lama
2.
Apabila kata baru ditambahkan
kepada makna yang lama
Adapun didunia Arab kajian tentang makna sudah banyak dilakukan
oleh para linguis Arab. Adanya perhatian terhadap kajian ini muncul seiring
dengan adanya kesadaran para ahli bahasa dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan
menjaga kemurnian bahasa Arab. Perhatian mereka terlihat pada berbagai
kegiatan, antara lain:
1.
Pencatatan makna-makna yang asing
dalam al-Qur’an
2.
Pembicaraan mengenai kemu’jizatan
al-Qur’an
3.
Penyusunan al-wujuh wa
al-nazhoir dalam al-Qur’an
4.
Penyusunan kamus
5.
Pemberian harakat pada mushaf
al-Qur’an
Penelitian
tentang makna telah terjadi pada masa sahabat dengan Ibnu Abbas sebagai
tokohnya, termasuk Umar bertanya kepada Ibnu Abbas bukan kepada yang lainnya,
karena Ibnu Abbas dipandang otoitatif dibidang itu, seperti diketahui
bahwa beliau dido’akan oleh Nabi SAW, agar diberi kemampuan mentakwil ayat
al-Qur’an yang mutasyabihat.
Pembahasan ilmu dalalah ini oleh pemikir Arab merupakan
suatu warisan. Tidak memungkinkan diringkas dalam suatu wadah tertentu tetapi
terbagi dengan ilmu-ilmu yang lain. Ilmu dalalah bercampur dengan ilmu mantiq
dan ilmu alam, ushul fiqh, tafsir, kritik sastra, dan menjelaskan antara ilmu
teori dan ilmu bahasa. Tidak ditemukan perbedaan yang besar antara ulama
dalalah pada masa modern dengan ulama Arab yang dahulu. Sebagaimana diketahui bahwa para pemikir Islam dalam
menyikapi setiap cabang suatu disiplin ilmu mereka terlebih dahulu memulainya
dengan praktek sebelum meletakkan dasar-dasar metode dan teori.
Ditemukan
pengikat ilmu dalalah dalam warisan bahasa Arab yang mempunyai masalah yang
dilihat dari dua sudut pandang:
1.
Segi teori, seperti ilmu dasar yang
mengaitkan antara dalalah dan mufrodat
2.
Segi terapan, seperti kamus.
Sebagai
contoh, membaca al-Qur’an dengan cara talaqqi dan musyaafahah
adalah jauh lebih dahulu keberadaannya dibandingkan dengan orang yang menyusun
buku panduan dan metode membaca
al-Qur’an secara baik dan benar. Mereka
juga sejak awal telah menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan dengan
bahasa. Menambahkan karya pengetahuan dengan secermat mungkin sebagai hasil
dari usaha mereka dan menjadikan Al-Qur’an sebagai acuan utama dalam
pengistinbatan hukum, dengan tidak melupakan dasar-dasar hukum bahasa yang
salah satu keistimewaannya adalah ad-Dilalah.
Penyebab
terjadinya perubahan ini dapat bersifat eksternal dan internal. Penyebab
eksternal berupa perkembangan sosial dan peradaban, sementara yang bersifat
internal adalah karena pemakaian bahasa itu sendiri. Bahasa diadakan agar
manusia dapat berkomunikasi satu sama lain dengan cara bertukar lafal seperti
halnya mempertukarkan uang dengan barang. Hanya saja pertukaran bahasa ini
melalui akal dan perasaan dan ini bisa berbeda untuk setiap person dan
lingkungan. Ketika generasi berikutnya mewarisi suatu makna maka sesungguhnya
dia tidak lagi mewarisi makna yang sama dengan generasi sebelumnya tetapi telah
mengalami beberapa penyimpangan.
Kadang-kadang
terjadinya penambahan makna baru terhadap kata yang lama karena salah mengerti,
dan kadang juga sebuah lafal diganti dengan lafal lain sehingga menjadi kurang
jelas, misalnya lafal-lafal yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari dan
lafal-lafal yang berhubungan dengan hal-hal yang kotor. Contohnya dalam
Al-Qur’an adalah kata الغائط
yang berarti tempat yang rendah,namun dalam Al-Qur’an diartikan dengan membuang
hajat sebagai bentuk kinayah. Penyebab lain yang bersifat internal adalah
kedekatan makna dengan lafal tertentu dalam sebuah konteks. Misalnya kata فشل yang dahulu bermakna “takut dan lemah” seperti
yang diungkapkan dalam Al-Qur’anفتفشلوا
تنازعو فلا sekarang berarti “gagal”.
Abu Hatim
al-Razi sebagai perintis perkembangan semantik, telah mengumpulkan beberapa
kata yang mengalami perkembangan semantik, menurutnya perkembangan semantik
mengambil beberapa bentuk yaitu :
1.
Makna yang diwariskan
2.
Lafal lama yang diberi makna baru
setelah datangnya Islam baik dalam bentuk perluasan makna, penyempitan maupun
pergeseran makna.
3.
Lafal yang baru baik dari segi
bangun katanya maupun maknanya yang tidak dikenal oleh orang Arab sebelumnya.
4.
Lafal baru yang diserap dari bahasa
asing
Sementara
Al-Khawarizmi melihat bahwa lafal yang
terbagi kepada lafal Arab baru yang diciptakan dan lafal asing yang diArabkan.
Sedangkan Abu Hilal al-Asykari membaginya kepada ism urfi (makna
berdasarkan kebiasaan pemakainya )dan ism syar’i (makna baru yang lahir
dengan datangnya Islam)
Namun fenomena
terpenting dari masalah perkembangan semantik berputar dalam tiga hal yaitu :
1.
Takhsis Makna
Yaitu membatasi makna lafal umum terhadap makna tertentu saja,
dengan demikian makna kata tersebut cakupannya telah berkurang dari makna yang
sebelumnya. Contoh makna lafal yang menyempit kata حريم
yang berarti sesuatu yang tidak boleh disentuh, kini artinya menyempit untuk
perempuan saja. Kata الصحابة
yang berarti teman dalam arti luas dan kini menyempit dan menjadi sahabat nabi
saja, kata التوبة
yang berarti “kembali” kemudian menjadi kembali dari dosa, kata الحج
yang berarti “bermaksud “ menjadi bermaksud kebaitullah.
2.
Ta’mim Makna
Hal ini terjadi ketika adanya pergeseran dari makna khusus menjadi
makna umum misalnya kata لوح yang dahulunya berarti sejenis benda yang
digunakan untuk menulis kemudian meluas artinya menjadi pelat,bangun
perahu,papan dan orang besar tulang tangan dan kakinya . kata البأس yang dahunya berarti kesusahan dalam perang
meluas artinya menjadi kesusuhan dalam segala hal. Kata العقيقة yang berarti rambut bayiyang tumbuh sejak
dalam kandungan meluas menjadi binatang yang disembelih ketika rambut bayi
dipotong, kata المجد
yang berarti penuhnya perut binatang karena makanan meluas menjadi dipenuhi
kemuliaan.
3.
Pergeseran Makna
Pergeseran lafal dari cakupan pemakaian yang biasa ke cakupan yang
lain. Pergeseran ini terjadi dalam dua hal :
a.
Pergeseran makna karena relasi
kemiripan (الإستعارة )
Isti’arah dalam ilmu
balaghah terjadi jika salah satu dari unsur tasybih “musyabbah dan musyabbah
bih” dibuang, demikian pula “adat al-Tasybih”. Penggunaan isti’arah
banyak digunakan pada kata-kata yang
bergeser maknanya karena adanya kemiripan. Misalnya kata ثعبان
yang berasal dari kata ثعب
yang berarti mengalir bergeser menjadi ular karena kemiripan air yang mengalir
dan ular yang berjalan. Anggota tubuh manusia merupakan objek isti’arah
yang banyak digunakan baik dalam bahasa Arab maupun Indonesia. Sebagai contoh الأرض،
رجل الكرسي ،أسنان المشط، سن القلم ، عين الحقيقة
،رأس الشارع ، ظهر dan lain-lain.
Demikian pula anggota tubuh binatang misalnya: الصفحة،
جناح الطائرة، ذيل الفستان، ذيل , kemudian dalam
tumbuh-tumbuhan misalnya: ثمرة البحث ،فرع العائلة ، شجرة النسب ،
contoh lain adalah حلو ، إستقبال بارد ، تحية
عاطرة صوت .
Isti’arah sering pula
digunakan pada pemakaian kata konkrit terhadap makna yang abstrak seperti , الفكرة، عقد المسألة ، جسم
المسكلة ركز. Menurut ibnu fariz pemakaian isti’arah merupakan tradisi orang arab dalam berbicara.
Hal ini pun banyak dilakukan orang Arab ketika menggubah sya’ir maupun prosa,
dan dalam keadaan demikianlah Al-Qur’an diturunkan.
b.
Pergeseran makna karena relasi
ketidakmiripan ( المرسل المجاز )
Adalah
pergeseran makna yang bukan disebabkan karena adanya kemiripan makna tetapi
justru tidak ada kemiripan sama sekali antara makna asli dengan makna barunya.
Ini berbeda dengan takhsis dan ta’mim makna yang melahirkan penyempitan dan
perluasan makna, sementara dalam majaz al-Mursal hal itu tidak terjadi karena
makna yang lama dan makna yang baru, cakupannya sama atau sekelas.
Pergeseran
makna dalam majaz mursal ini disebabkan karena adanya beberapa relasi yaitu : al-sababiyah
, al-kulliyah , al-juz’iyyah, al-halliyah, al-mahalliyah, al-mujawwarah,
al-umum, al-khusus, dan iktibar ma kana. Contoh al-sababiyah
( menyebutkan akibat tetapi yang dimaksud adalah penyebabnya) dalam A-Qur’an قد أنزلنا عليكم لباسا
,
kata لباسا (pakaian) tidak mungkin turun dari langit tapi yang dimaksud
adalah hujan sebagai penyebabnya. Contoh
al-kulliyah (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebagaian
) dalam Al-Qur’an فاغسلوا
وجوهكم وأيديكم kata أيدكم
jamak dari يد yang artinya tangan sampai bahu tapi yang dimaksud disini
adalah tangan sampai siku.
Pergeseran
makna terjadi pula dalam dua hal lain sebagai berikut :
a)
Pergeseran dari makna konkrit ke
makna abstrak
Pergeseran ini
sejalan dengan perkembangan akal manusia. Jika pemikiran rasional berkembang
maka kebutuhan kepada makna yang abstrak juga akan meningkat. Pergeseran ini
juga dapat dinamakan majaz hanya saja bukan majaz sebagai bagian dari balaghah.
Jika dalam balaghah majaz dimaksudkan untuk dapat mempengaruhi perasaan maka
majaz disini semata-mata hanya dimaksudkan agar dapat membantu manusia
mengungkap hal-hal yang abstrak.
Sebagai contoh
kata غفر yang arti asalnya adalah menutup sesuatu yang tampak kemudian
dalam Islam berkembang menjadi pengampunan atau menutupi dosa. Demikian pula
kata ذكي yang arti dasarnya
adalah berkembang dan bertambah kemudian dalam Islam berubah menjadi penyucian
jiwa, kata نبط yang pada mulanya
berarti mengeluarkan air dari sumur kemudian muncul kata إستنباط yang sering dipergunakan dalam istilah ushul
fiqh. Demikian pula kata النفق yang berarti fatamorgana kemudian berkembang
dan memunculkan kata منافق .
b)
Pergeseran dari makna abstrak ke
makna konkrit.
Pergeseran
jenis kedua ini seringkali dimaksudkan untuk memperjelas konsep yang bersifat
abstrak sehingga seakan-akan dapat diraba, dicium, didengar, dilihat dan
dirasakan. Jenis ini banyak digunakan dalam bahasa sastra maka seakan-akan
objek abstrak tersebut dapat terlihat , misalnya kata الكرم
diungkapkan dengan kata الرماد
كثرة
.[1]
B.
KAJIAN
PERKEMBANGAN MAKNA
Dalam
perkembangan psikolingistik ada beberapa teori mengenai proses pemerolehan
semantik :
1.
Teori Hipotesis Fitur semantik
Pada masa kanak-kanak dalam memperoleh makna suatu kata dengan cara
menguasai fitur-fitur semantik kata itu satu demi satu sampai semua fitur
semantik itu dikuasai, seperti yang dikuasai oleh orang dewasa.
Asumsi-asumsi
yang menjadi dasar hipotesis fitur-fitur semantik adalah:
a.
Fitur-fitur yang digunakan
kanak-kanak dianggap sama dengan fitur makna yang digunakan oleh orang dewasa
b.
Karena pengalaman kanak-kanak
mengenai dunia ini dan mengenai bahasa masih sangat terbatas bila dibandingkan
dengan pengalaman orang dewasa, maka kanak-kanak hanya akan menggunakan dua
atau tiga fitur makna saja untuk sebuah kata sebagai masukan leksikon.
c.
Karena pemilihan fitur-fitur yang
berkaitan ini didasarkan pada pengalaman kanak-kanak sebelumnya, maka
fitur-fitur ini pada umumnya didasarkan pada informasi persepsi atau
pengamatan.
Akhirnya Clark (1977) secara umum menyimpulkan perkembangan
pemerolehan semantik ini kedalam 4 tahap yaitu:
1)
Tahap penyempitan makna kata
2)
Tahap generalisasi berlebihan
3)
Tahap medan semantik
4)
Tahap generalisasi
2.
Teori Hipotesis Hubungan –Hubungan
Gramatikal
Diperkenalkan oleh Mc.Neil (1970) menurutnya pada waktu
dilahirkan kanak-kanak telah dilengkapi
dengan hubungan –hubungan gramatikal dalam yang murni. Oleh karena itu
anak-anak pada awal proses pemerolehan bahasanya telah berusaha membentuk satu
“kamus makna kalimat” yaitu setiap butir leksikal dicantumkan dengan semua
hubungan gramatikal yang digunakan secara lengkap pada tahap holofrasis. Pada
tahap holfrasis ini kanak-kanak belum mampu menguasai fitur-fitur semantik
karena terlalu membebani ingatan mereka. Jadi, pada awal pemerolehan semantik
hubungan-hubungan gramatikal inilah yang paling penting karena telah tersedia
secara nurani sejak lahir. Sedangkan fitur-fitur semantik hanya perlu pada
tahap lanjutan pemerolehan semantik ini.
Jika kanak-kanak telah mencapai tahap dua kata pada usia + 2 tahun mereka baru
menguasai kamus makna kata berdasarkan makna kata untuk menggantikan kamus
makna kalimat yang telah dikuasai sebelumnya. Penyesuaian kemus makna kata ini
merupakan perkembangan kosakata kanak-kanak yang dilakukan secara horizontal
atau secara vertikal.
3.
Teori Hipotesis Generalisasi
Diperkenalkan oleh Anglin (1975, 1977). Menurut Anglin perkembangan
semantik kanak-kanak mengikuti suatu proses generalisasi , yakni kemampuan
kanak-kanak melihat hubungan-hubungan semantik antara nama-nama benda
(kata-kata) mulai dari yang konkrit sampai yang abstrak. Pada tahap permulaan
pemerolehan semantik ini kanak-kanak hanya mampu menyadari hubungan-hubungan
konkrit yang khusus diantara benda-benda itu. Bila usianya bertambah mereka
membuat generalisasi terhadap kategori-kategori abstrak yang lebih besar.
Umpamnya, pada awal perkembangan pemerolehan semantik kanak-kanak telah
mengetahui kata-kata melati dan mawar melalui hubungan konkrit antara kata itu
dengan bunga-bunga tersebut. Pada tahun berikutnya setelah mereka semakin
matang, mereka akan menggolongkan kata-kata ini dengan butir leksikal yang
lebih tinggi kelasnya/super ordinatnya melalui generalisasi yaitu bunga.
Selanjutnya, setelah usia mereka semakin bertambah, maka merekapun
akan memasukkan bunga kedalam kelompok-kelompok yang lebih tinggi, yaitu
tumbuh-tumbuhan.
4.
Teori Hipotesis Primitif-Primitif
Universal
Teori ini mula-mula diperkenalkan oleh Postal (1966), lalu
dikembangkan oleh Bierwish (1970) dengan lebih terperinci. Menurut Postal semua
bahasa yang ada didunia ini dilandasi oleh satu perangkat primitif-primitif semantik
universal (yang kira-kira sama dengan penanda-penanda semantik dan fitur- fitur
semantik), dan rumus-rumus untuk menggabungkan primitif-primitif semantik ini
dengan butir-butir leksikal. Sedangkan setiap primitif semantik itu mempunyai
satu hubungan yang sudah ditetapkan sejak awal dengan dunia yang ditentukan
oleh struktur biologi manusia itu sendiri.
Bierwish mengatakan bahwa primitif-primitif semantik atau
komponen-komponen semantik ini mewakili kategori-kategori atau prinsip-prinsip
yang sudah ada sejak awal yang digunakan oleh manusia untuk
menggolong-golongkan struktur benda-benda atau situasi-situasi yang diamati
oleh manusia itu. Ia selanjutnya menjelaskan primitif-primitif semantik ini
tidak mewakili ciri-ciri fisik luar dari benda-benda itu, tetapi mewakili
keadaan-keadaan psikologi berdasarkan bagaimana manusia memproses keadaan
sosial denga fisiknya.
Ilmu dalalah berkembang seiring dengan bahasa dimana dia merupakan
sarana komunikasi dalam kehidupan masyarakat, selain itu perkembangan gaya
hidup juga mempengaruhi perkembangan bahasa. Maka perkembangan makna merupakan
fenomena umum dalam semua bahasa karena perkembangan bagian dari ilmu dalalah.
Dalam bahasa Inggris perkembangan ini muncul ketika Shakespeare datang
dan memasukkan banyak implikasi baru kedalam beberapa istilah yang digunakan
dan juga memperkenalkan beberapa kata baru. Begitu juga dengan kata-kata bahasa
Inggris yang mengadopsi dari bahasa latin telah terjadi perubahan maknanya dari
bahasa aslinya.
Berikut kata-kata yang berkembang maknanya dalam bahasa Arab:
الدلالة
القديمة (الإستعمال القديم) (أصل معنى الكلمة )
|
الدلالة
الحالية (الجديدة )
|
الكلمة
|
ماء
، ورقة ،عذوبة في الأسنان
|
الشارب،
|
الشنب
|
طعام
المسافر
|
من
حجرة السفرة
|
السفرة
|
هو
ما حرم مسه
|
المرأة
|
الحريم
|
كانت
تستخدم للرجل عندما نقول " تبغدد الرجل" أى انتسب إلى بغداد ، أى انه
أصبح متحضر راقي في سلوكه
|
التدلل
|
البغددة
|
Dan kata-kata
yang diadopsi dari bahasa persia telah berkembang maknanya seperti:
الدلالة
القديمة (الإستعمال القديم) (أصل معنى الكلمة )
|
الدلالة
الحالية (الجديدة )
|
الكلمة
|
كان
وصفا للسخاء والجود والكرم
|
السارق
|
طول
اليد
|
أى
النظافة
|
شاع
استخدامها في الختان
|
الطهارة
|
C.
FAKTOR
PERKEMBANGAN MAKNA
Perkembangan
makna yang seiring dengan perkembangan zaman dibagi menjadi dua :
1.
Perkembangan subliminal: meliputi
setiap bahasa dan setiap lingkungan
2.
Perkembangan yang disengaja dan
didukung : ahli bahasa melakukan ini dengan tujuan tertentu.
Adapun
perkembangan dasar memiliki dua faktor :
1.
Penggunaan
Orang akan saling bertukar kata-kata dalam kehidupan sosial mereka
dan pertukaran ini melalui jalan cara
berfikir dan lingkungan mereka yang berbeda antara satu generasi dengan
generasi yang lain mengakibatkan pengalaman yang berbeda sehingga menyebabkan beberapa
penyimpangan dalam arti, unsur yang paling penting pada faktor ini adalah
kesalahpahaman, penggunaan kata dan ketidaksopanan.
a.
Kesalahpahaman
Pertama kali seseorang akan mendengarkan pembicaraan dengan
memahami dan meneruskan ke fikiran terkait dengan makna asing dari pembicara
yang tidak dimengerti. Dan kata ini akan tetap didalam fikirannya sebagai makna
yang baru dan menjadi biasa tatkala kejadian ini dialami oleh beberapa orang.
Mereka salah paham mengenai satu makna dalam memahami kata yang diucapkan
sehingga hal inilah yang menjadi faktor perkembangan makna. Terkadang sesuatu
terjadi saat berbicara misalnya gerakan tangan atau mengedipkan mata.hal
seperti ini akan mempengaruhi makna kata meskipun kejadian tersebut tidak
disengaja yang mengarah pada munculnya makna baru. Dalam hal ini tidak perlu
menghilangkan makna asli, namun tetap pada makna baru yang mengarah pada kata
umum yang berarti satu kata mempunyai makna yang berbeda tetapi barkaitan
antara keduanya dan tidak saling menyerupai, misalnya :
الدلالات
المختلفة للكلمة التي تؤدي إلى ظاهرة المشترك اللفظي
|
الكلمة
|
- الأسد
- العنكبوت
|
الليث
|
- وقت الغروب
- الدلاء جمع دلو
- الوهاد المنخفضة
|
الغروب
|
Dan kesalahpahaman yang sebenarnya adalah hanya dari seberapa
“ukuran kesalahan “ yang selalu dialami dalam hidup sehingga seseorang akan
menempuh dengan cara menghilangkan sesuatu dari fikirannya melalui percaya pada
diri sendiri dan menyimpulkan yang tidak diketahuinya hingga ia memahami
maknanya dengan benar dan terkadang kesalahan keluar dari makna baru yang telah
dialami oleh banyak orang.
Berikut ini contoh dari Al-Qiyassul Khoti’i :
- Ketika seorang
anak mengatakan “ الفرملة “
maka yang dimaksud “الوقافة”
- Siswa mengira
bahwa "المستشفى " والرأ
س " “ : مؤنث
b.
Penggunaan kata
Penggunaan kata menjadi faktor kedua, sementara kita melihat
beberapa perubahan kata yang dapat mempengaruhi gambar dan menyebutkan kata
yang serupa dengan kata yang lain pada gambar tersebut, seperti kata القماش yang akrab bagi kita berarti النسيج
akan tetapi ketika kita mencari dikamus maka yang kita dapatkan dalam kamus, sebagai
berikut :
- القماش أي أرازل الناس
- ما وقع على الأرض من فتات ، وعند
الجوهري في تاج اللغة وصحاح العربية :أي متاع البيت
Beberapa ahli berpendapat bahwa القماش berasal dari kata Persia كماش "” yang berarti من قطن خشن نسيج dengan demikian kata Arab yang asli mungkin dalam pengucapannya
menggunakan irama sajak untuk satu alasan tertentu sehingga mirip dengan bahasa Persia
yang perubahan maknanya menjadi makna " الغاريبة في النسيج " .
c.
Ketidaksopanan
Unsur ketiga adalah penggunaan kata yang mempengaruhi beberapa kata
dalam bahasa yang disebabkan oleh : politik, sosial, emosional dan psikologis.
a)
Faktor pollitik
Sebagaimana akibat dari kondisi politik dapat dipastikan ada beberapa
kata yang disalahgunakan dan degenerasi beberapa kata julukan. Seperti kata " باشا –بيه
–افندي " berangsur-angsur hilang
dari waktu ke waktu sehingga menjadi kata " أفندي
" yang terkenal pada abad
ke 19 الوزير " “ dalam bahasa arab berangsur-angsur mengalami
perkembangan makna dalam bahasa Spanyol yaitu "
الشرطي " dan dalam bahasa Italia
berarti " مساعد عشماوي" .
b)
Faktor psikologis dan emosional
Kata-kata berikut ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor
psikologi:
1.القذارة والدنس
2.الموت
والأمراض والأشباح
3.الغريزة
الجنسية
Kata-kata ini
telah lenyap dan digantikan oleh kata lain yang lebih ramah saat diucapkan. Dan makna ini lebih mengarah
kepada eufimisme (التسميل )
masyarakat menggunakan kata atau frase ini pada situasi lain ketika mereka
yakin bahwa kata-kata tersebut menyinggung atau tidak senonoh dan kata-kata ini
berubah secara permanen pada zamannya masing-masing, misalnya :
- Kata-kata yang
merujuk kepada ( والتبرز التبول), misalnya :
الراحة
– بيت ، الأدب – المرحاض. -بيت، الكنيف
- Kata ( والصديد المدة), pada kata المدة
penggunaannya telah lenyap dan sekarang telah digantikan dengan kata الصديد
yang dipakai oleh masyarakat tingkat atas.
- Kata-kata yang
merujuk pada ( الموت
والأشباح والعغريت ) misalnya kata الحمى ini telah diganti dengan kata المبروكة atau
mungkin tidak memiliki sebuah nama, orang orang hanya mengacu pada ungkapan تتسمى اللي ما dan juga kata الموت yang telah diganti dan menggunakan kata توفي الذهاب-إنتهى – dan kata ini
sangat berpengaruh dengan jiwa masing-masing. Pada waktu tertentu akan ada
kata-kata yang mengembangkan kata( الموت
والأشباح والعغريت ) hingga terjadi perubahan dan perkembangan yang berlangsung cepat
dalam beberapa waktu sehingga mengakibatkan kelangkaan dalam penggunaan kata
tersebut dan tidak ada lagi yang menggunakannya . fenomena ini nampak dalam
lingkungan masyarakat yang sederhana dan mereka hanya bergantung pada sikap optimisme, pesimisme
dan takhayul sebagai peran besar bagi kehidupan mereka.
- Kata-kata yang
merujuk pada ( الغريزة الجنسية) , kita akan
menemukan bahasa yang setiap kata-katanya ada yang terhina dan terhormat dan
kata yang sangat mencolok dan bermakana seperti yang ada dalam Al-Qur’an,
misalnya: kata، الإجتماع ، النوم الإفضاء .
2.
Kebutuhan
Faktor yang kedua ini juga mempengaruhi perkembangan makna
terkhusus bagi sastrawan bahasa dalam
menyusun atau menciptakan sebuah sya’ir dan menulis sebuah artikel, selain itu
para akademisi menggunakan kata ini dalam karya ilmiah mereka sebagai kebutuhan
untuk menunjang wawasan mereka. Ketika sebuah masyarakat memiliki sebuah ide
atau sesuatu yang ingin mereka sampaikan tentang permasalahan dalam masyarakat,
mereka akan menggunakan bahasa yang diperlukan saja sehingga kesan dalam
pembicaraan masalah itu cukup terbatas seperti contoh berikut ini :
1)
Meminjam sebuah kata yang diambil
dari sumber eksternal
2)
Instrumen kata baru yang sering digunakan
dalam perdagangan dan biasanya diperlukan tanpa mempertimbangkan asal mereka,
tetapi sebagai pengingat yang mudah dan daya tarik yang baik.
D.
MEMINJAM KATA-
KATA ASING
Keterbatasan
dalam meminjam makna atau kata yang disebabkan oleh unsur-unsur bahasa misalnya
mengenai morfologi dan susunan kalimat, maka kita tidak bisa meminjam susunan
kalimat dari bahasa Inggris dan kita menggunakannya dalam susunan kalimat
bahasa Arab dan sebagainya. Terdapat beberapa bahasa asing yang meminjam
kata-kata dari bahasa Arab maka kita akan dapatkan bahasa Inggris meminjam kata dalam bahasa Arab dalam jumlah yang
banyak, misalnya:
الكلمة
المستعارة في اللغة الإنجلزية (اللفظ
الدخيل )
|
أصل
الكلمة
|
Algebra / Al jabar
|
الجبر
|
Alcohol
|
الكحول
|
Alkali
|
القلوى
|
Coffe
|
القهوة
|
Syrup
|
الشراب
|
Cotton
|
القطن
|
Sofa
|
السفّ
|
Sugar
|
السكّار
|
Zero
|
صفر
|
Sedangkan dalam bahasa Indonesia banyak
sekali peminjaman kata dari bahasa Arab diantara contohnya :
abadi
|
ﺃﺑﺪﻱ
|
adat
|
ﻋﺎﺩﺓ
|
akhir
|
ﺃخير
|
alamat
|
علامة
|
hukum
|
ﺣﻜﻢ
|
daftar
|
ﺩﻓﺘﺮ
|
makalah
|
ﻣﻘﺎﻟﺔ
|
Didalam bahasa Inggris kita juga bisa mendapatkan peminjaman kata
dari bahasa cina misalnya: tea ( شاي ) dan peminjaman kata dari bahasa Meksiko yaitu
kata الشيكولاتة .
dalam peminjaman kata ini tidak akan mempengaruhi lingkungan, budaya dan
politik bagi yang meminjam kata tersebut.
Tidak semua kata-kata yang dipinjamnya akan berubah menjadi
kata-kata yang baik namun ada
unsur-unsur bahasa yang menjadi patokan dalam meminjam bahasa, misalnya :
jumlah kata, kata ganti, dan kata tunjuk, dan kata penghubung . dan ini sangat
mempengaruhi dalam perkembangan makna.
- Dalam bahasa
Persia , kita akan menemukan bahwa setengah dari kosa kata dipinjam dari bahasa
arab
- Dalam bahasa
Turki, kita akan menemukan bahwa setengah dari kosakata dipinjam dari bahasa
Persia dan bahasa Arab
- Dan bahasa
Inggris, kita akan menemukan bahwa sepertiga dari kosa kata adalah bahasa asli.
Tidak ada bahasa yang bebas dari unsur bahasa asing kecuali hanya
sedikit dari suku-suku primitif didunia, maka peminjaman kata-kata asing
memiliki dampak besar pada perkembangan makna.
E.
JENIS-JENIS
PERKEMBANGAN MAKNA
1.
Penyempitan
makna
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata
yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi
terbatas hanya pada sebuah makna saja. Sebagai contoh kata motor didalam bahasa
aslinya menunjukkan pada semua alat penggerak. Didalam bahasa Indonesia, kata
ini kemudian mengalami penyempitan makna, yakni sepeda motor. Selanjutnya pada
kitab yang berasal dari bahasa Arab semula bermakna semua jenis buku. Pada saat
sekarang ini, kata kitab hanya digunakan untuk menunjuk buku-buku suci atau
buku-buku keagamaan. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau
cendikiawan, kemudian hanya berarti orang yang lulus dari perguruan tinggi,
seperti tampak pada sarjana Pendidikan, Sarjana Sastra dan
Sarjana Hukum, berikutnya kata pendeta dulu pendeta berarti orang yang berilmu
pada saat sekarang kata pendeta hanya dipakai untuk menyebut guru agama
Kristen.
Adapun contoh dalam bahasa
asing sebagai berikut:
الدلالة
الحديثة
(المعنى الجزئى)
|
الدلالة
القديمة (المعنى الكلى )
|
الكلمة
|
لحم
|
طعام
|
Meat
|
نوع
خاص من الكلاب
|
أى
نوع من أنواع الكلاب
|
Hound
|
الجرعات
السامة
|
الجرعة
من أى سائل
|
Poison
|
يطلق
على النساء
|
تطلق
على كل محرم لا يمس
|
الحريم
|
Ini adalah kata-kata yang ditemukan dalam bahasa Arab, yang
dikhususkan maknanya dalam agama Islam:[2]
المعنى
بعد التخصيص
|
معناها
فى الأصل
|
الكلمة
|
القصد
إلى البيت الحرام
|
القصد
والتوجه
|
الحج
|
دعاء
مننوع معين وبصورة محددة
|
الدعاء
|
الصلاة
|
2.
Perluasan
makna
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada
mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor
menjadi memilki makna-makna lain. Berdasarkan pengamatan, meluasnya komponen
makna sebuah kata dapat pula disebabkan oleh rendahnya frekuensi penggunaan
sebuah kata. Makna kata yang jarang digunakan ini kemudian dipindahkan kepada
bentuk imbangannya yang frekuensi pemakaiannya lebih tinggi.
Sebuah kata dikatakan
mengalami perluasan makna jika cakupan arti sekarang lebih luas dari arti dulu Misalnya
, kata mahasiswa dan kata siswa dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang ini
tidak mengacu kepada “ mahasiswa atau pelajar “ yang berjenis kelamin pria,
tetapi juga berjenis kelamin perempuan, sehubungan dengan semakin rendahnya
frekuensi pemakaian kata mahasiswa dan siswi, contoh berikutnya kata bapak dulu
digunakan untuk menyebut orang yang ada hubungan biologis dengan pembicara,
sekarang digunakan untuk siapa saja yang lebih tua atau lebih tinggi
kedudukannya begitu juga dengan kata saudara, dulu digunakan untuk menyebut
kakak atau adik, tetapi sekarang digunakan untuk menyebut semua orang yang
sederajat dengan kita. Fenomena ini muncul dengan cara lain dengan mengkonversi
nama-nama ke dalam sifat yang kita temukan, dalam bahasa arab misalnya :
الصفة
|
العلم
(الإسم)
|
اصبح
اسم (قيصر ) صفة تطلق على كل عظيم طاغية
|
قيصر
|
اصبح
اسم ( نيرون ) صفة تطلق على كل الظالم أو المجنون
|
نيرون
|
اصبح
اسم ( حاتم) صفة تطلق على كل كريم مضياف
|
حاتم
|
3.
Perubahan makna total
Perubahan total adalah berubahnya sama-sekali makna sebuah kata dan
makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada
sangkut pautnya dengan makna asalnya, tetapi sangkut pautnya ini sudah jauh
sekali. Sebagai contoh kata ceramah pada
mula berarti cerewet atau banyak cakap, tetapi kini berarti pidato atau uraian
mengenai suatu hal yang disampaikan didepan orang banyak. Contoh berikutnya
adalah kata pena zaman dulu hanya bermakna “ bulu angsa “ tapi sekarang
bermakna alat tulis bertinta.
4.
Ameliorasi
Perubahan makna membaik
disebut juga ameliorasi atau amelioratif. Kata ameliorasi berasal
dari bahasa latin “melior” atau lebih baik, berarti membuat menjadi
lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun, lebih halus. Dengan kata lain
amelioratif mengacu pada peningkatan makna kata, makna baru dianggap lebih baik
atau lebih tinggi nilainya dibanding makna dulu
Contoh dalam bahasa indonesia buta – tuna netra (Kata tuna netra
menjadi lebih sopan diucapkan dibandingkan kata buta) , sedangkan dalam bahasa
arab misalnya :
دلالة
الكلمة بعد ارتقائها
|
أصل
الدلالة
|
الكلمة
|
تطلق
الآن على رتبة من الرتب العسكرية العالية
|
كان
يعنى قديمًا خادم الإسطبل
|
Marshall
|
تعبر
الآن عن مركز مرموق في الغروسية في القرون الوسطى في انجلترا.
|
كلن
يعنى ولد خادم
|
Knight
|
5.
Peyorasi
Perubahan makna memburuk disebut juga peyorasi atau peyoratif.
Kata peyorasi berasal dari bahasa latin “pejor” yang berarti
jelek,buruk. Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna kata menjadi lebih
jelek atau lebih rendah daripada makna semula. Hampir sama dengan perubahan
makna pengasaran yang disebut juga disfemia. Pengasaran merupakan usaha
untuk menggantikan kata maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang
maknanya kasar.
Berlawanan dengan perkembangan makna kata wanita, perkembangan
makna kata perempuan mengalami perubahan yang memburuk. Kata perempuan pada
masa lalu memilki nilai rasa netral. Kata perempuan pada zaman dahulu sering
digunakan untuk menemai gerakan, perkumpulan, atau organisasi-organisasi masa.
Pada masa sekarang, sehubungan dengan adanya perubahan yang memburuk itu, kata
ini diganti dengan kata wanita. Saat ini, tidak ada organisasi atau kesatuan
kewanitaan yang menggunakan kata wanita, sebagai contoh, Ikatan Sarjana Wanita
Indonesia, Polisi Wanita, dan sebagainya
6.
Pertukaran
makna (sintesia)
Pertukaran makna adalah proses perubahan makna yang terjadi sebagai
akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.Sebagai contoh dalam
kalimat berikut:
a.
Suaranya sedap betul didengar
b.
Namanya sudah harum
Dari kedua contoh kalimat tersebut kata sedap dan harum itu
merupakan tanggapan suatu indera. Kata sedap dari indera perasa sedangkan kata
harum dari indera pencium. Tetapi, pada kalimat diatas dipakai sebagai
tanggapan indera pendengaran.
7.
Persamaan makna
(asosiasi)
Asosiasi adalah
perubahan makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat. Sebagai contoh
dalam kalimat berikut:
a.
Jika ingin mudah bekerja harus
memakai amplop
b.
Saya naik garuda ke Surabaya.
Kata amplop yang terdapat dalam kalimat pertama itu berasosiasikan
dengan uang sogokan, sedangkan kata garuda (yang bermakna sebangsa burung elang besar)
diasosiasikan dengan pesawat udara atau kapal terbang.
8.
Penggantian
makna ( metonimia)
Penggantian makna adalah proses perubahan makna yang terjadi karena
hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna
yang sama. Sebagai contoh,
a.
Istana merdeka mengganti presiden
RI
b.
Ohm, ampere, watt, mengganti
istilah dalam elektronik.
9.
Homonim
Adalah
hubungan makna dan bentuk, bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan
sebuah bentuk yang sama. Penyebab umum terjadinya homonim:
1.
Perbedaan dialek
Perkembangan homonim itu tidak terlepas dari perbedaan dialek,
setiap dialek satu daerah itu berbeda arti. Penggunaan makna kata yang
digunakan antar kabilah mempunyai batasan-batasan makna yang berbeda. Hal
inilah yang menyebabkan dialek yang
digunakan mempunyai perbedaan makna, walaupun kata yang digunakan sama.
Contoh kata السيد
secara umum artinya الذئب (serigala) tetapi dalam kabilah Hudzail
berarti الأسد (singa) , kata الضنا
tetapi secara umum artinya المرض
(sakit) tetapi dalam kabilah Toyyi’ artinya الولد
(anak).
2.
Penggunaan majaz
Menurut banyak tokoh klasik dan modern pengaruh yang dominan dalam
homonim adalah penggunaan majaz. Hal ini karena adanya penggunaan makna hakiki
(asli) kemudian beralih ke makna majaz, artinya dalam majaz tidak mungkin
penggunaan satu kata dan mempunyai satu arti saja, pasti mempunyai banyak arti.
Contoh kata المسّ
makna aslinya مسّ شيئ باليد (menyentuh
dengan tangan).
3.
Kaidah sharaf
Perkembangan homonim dari sisi kaidah sharaf itu menghasilkan
perbedaan maksud dalam satu kata, menghasilkan persamaan ucapan pada isim dan
fiil, menghasilkan persamaan dalam bentuk jamak dan mashdar, dan sebagainya.
Hal ini diutarakan oleh para tokoh klasik.
Contoh : kata هوى dari bentuk isim dan fiil berarti الشهوة
إلى النفس ميل
(mengalirnya hawa nafsu).
4.
Bercampurnya bahasa lain
Yaitu mengambil bahasa asli dari bahasa lain melihat kesesuaian
bentuk kata dan pengucapannya. Sehingga menjadi satu kata yang mempunyai dua
makna yang berbeda. Prosesnya yakni masuknya arti bahasa asing kedalam bahasa
asli, yang sebelumnya memperhatikan dua point (bentuk kata dan pengucapannya).
Contoh kata كلية awalnya berarti kegiatan belajar mengajar
yang ada dikampus, tetapi terpengaruh dengan bahasa Inggris dimana kata كلية berarti من الجامعة
جزء
sehingga kata كلية berarti fakultas (college).
5.
Perkembangan bahasa
Dalam hal ini, seperti para tokoh klasik mengutarakan homonim itu
dihasilkan dari perubahan bahasa itu sendiri karena terjadinya perubahan pada
fonologi dan semantik. Perubahan fonologi terjadi karena adanya kemiripan
dengan kata lain yang mempunyai arti yang berbeda, sehingga dirubah untuk
menghasilkan satu kata yang mempunyai dua arti atau lebih
Contoh kata الغروة
asalnya kata الثورة dan
hasilnya mempunyai dua arti yakni, الراس
جلد
(kulit kepala) dan الغنى
(kaya).
6.
Pentingnya kontek dalam pembatasan
makna homonim.
Peringatan dari tokoh kontemporer dan klasik dalam pemaknaan kata,
untuk menyesuaikan kondisi kata, serta menklasifikasi beberapa makna yang tidak
terbatas dan tidak jelas, hal ini dapat dicapai dengan adanya pemaknaan sesuai
konteks. Pembatasan makna juga dapat digunakan untuk menentukan posisi makna
terdahulu dan terkini.
Contoh pembatasan makna dalam perbedaan
konteks , kata الباطل mempunyai arti إفساد الشئ (rusaknya sesuatu ) dan حقا
إذالته ( hilangnya kebenaran).
10.
Antonim
Kata antonom
berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma yang artinya “nama” dan anti yang
artinya melawan maka secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain
pula, secara semantik Verhaar (1987) mendefinisikan sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat
pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang makna dianggap kebalikan dari makna
ungkapan lain.
Dari uraian
diatas dapat dikatakan bahwa antonim adalah
lawan kata , akan tetapi pada hakikatnya yang berlawanan adalah
makna dari kata-kata tersebut, dan lawan makna relatif sifatnya.
- Antonim dalam
balaghah
Pertentangan makna dalam
ilmu balaghah termasuk bagian dari ilmu badi’ yang bertujuan untuk memperindah
susunan kalimat yang disebut dengan Ath-Thibaq ,yang juga dikenal dengan nama al-Muthabaqh,
at-Takafu’ dan at-Tadhad. Sedangkan secara istilah at-Thibaq adalah
kumpulan dua makna yang saling bertentangan , yakni kumpulan antara dua makna
yang bertentangan yakni keduanya berada dalam satu kalimat.
Macam-macam
At-Tadhad
Taufiqurrohman
mengklasifikasikan antonim menjadi lima macam :
1.
Antonim Mutlak (Tadhah Had)
وما خلق الذكر
والأنثى
2.
Antonim Bertingkat (Tadhad
Mutadarrij)
واذكر اسم ربك
بكرة و أصيلا
3.
Antonim Berlawanan (Tadhad Aksiy)
وشاهد ومشهود
4.
Antonim Garis Samping ( Tadhad
Amudiy)
شمال – جنوب
5.
Antonim Garis Lurus (Tadhad
Imtidadi)
يعلم ما بين
أيديهم وما خلفهم
F.
PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN DAN PERGESERAN SUATU MAKNA
Adanya
kemungkinan perubahan dan Pergeseran
makna ini tidak berlaku untuk semua kosa kata yang ada, karena masih banyak
juga kata yang maknanya sejak dahulu sampai sekarang tidak pernah berubah.
Malah jumlahnya mungkin lebih banyak dari pada yang berubah atau pernah berubah
. Apabila dikaji perubahan, dan pergeseran makna tersebut dilatari oleh unsur
penyebab tertentu. Beberapa diantara latar atau penyebab perubahan makna itu
dapat di paparkan sebagai berikut :
1.
Perkembangan dalam bidang ilmu dan
teknologiPerkembangan dalam bidang ilmu
dan kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata.
Sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna suatu yang sederhana, tetap
digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah akibat pandangan
baru tentang suatu ilmu dan perkembangan teknologi.Contoh : kata “berlayar”
dulu hanya digunakan untuk kapal / perahu yang menggunakan layar yang
mengandalakan tenaga angin tetapi sekarang perahu / kapal yang menggunakan
mesin diesel / turbo / uap, tetapi kata berlayar tetap digunakan untuk
menyebut perjalanan di air.
2.
Perkembangan sosial dan budaya.
perkembangan dalam masyarakat tentang sikap dan sosial budaya , juga terjadi
perubahan makna. Jadi bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang
dikandungnya telah berbeda.Contoh : istilah kekerabatan. Kata saudara, bapak,
dan ibu yang semula hanya digunakan karena adanya ikatan secara biologis tetapi
sekarang digunakan untuk sapaan.
3. Perbedaan
bidang pemakaian. Bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata
tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang
tersebut, Contoh : dalam bidang pertanian ( menggarap, membajak, penen ,
menabur, dll )
4. Adanya Asosiasi. Adanya hubungan antara sebuah bentuk
ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran
tersebut,”bila disebut ujaran tersebut maka yang dimaksud adalah sesuatu yang
lain yang berkenaan dengan ujaran tersebut. Contoh; suaranya sedap
didengar/ wajahnya manis. Kata sedap dan manis adalah urusan indra
perasa lidah tetapi menjadi tanggapan indra pendengaran dan pengelihatan.
5.
Perbedaan tanggapan. Contoh ; kata bini lebih peyoratif (nilainya merosot
menjadi rendah), sedangkan istri dianggap amelioratif (nilainya naik menjadi
tinggi). Dulu penggunaan kata bini adalah hal yang biasa dan lazim digunakan
untuk menyebut pasangan hidup tetapi karena berbedanya tanggapan akhirnya kata
bini dianggap sebagai peyoratif dibandingkan kata istri.
6.
Pengembangan istilah. Memanfaatkan kosakata yang telah ada dengan
memberikan makna baru, baik dengan menyempitkan, meluaskan, ataupaun memberikan
arti baru sama sekali.contoh : papan’lempeng kayu’ kini menjadi
perumahan/rumah, sandang’selendang’kini bermakna pakaian, dll.[3]
7.
Akibat ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa, yakni makna
kata selain dapat memiliki hubungan erat dengan dengan kata lainnya, misalnya
dalam kolokasi, makan dan bentuk kata, bisa juga tumpang tindih,
misalnya dalam polisemi, sinonimi, homonim. Kolokasi yang sangat ketat antara kopi
dangan minuman, misalnya, menyebabkan adanya perkembangan makna kopi itu
sendiri yang selain mengacu pada “buah” juga “bubuk” dan “minuman”.
8.
Akibat adanya proses gramatik, yaitu misalnya kata ibu akibat
mengalami relasi gramatik dengan kota akhirnya tidak merujuk pada
“wanita” tetapi pada tempat atau daerah.
9.
Akibat unsur kesejarahan, yakni berkaitan dengan perjalanan bahasa itu
sendiri dari generasi ke generasi, perkembangan konsep ilmu pengetahuan,
kebijakan institusi, serta perkembangan ide dan objek yang dimaknai. Sebagai
contoh kata penghayatan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila berbeda dengan penghayatan musik klasik.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perkembangan
makna dalalah adalah salah satu bentuk perkembangan bahasa yang objeknya adalah
kata dan arti kata. Arti sebuah kata sebenarnya tidak permanen tetapi mengalami
perubahan yang terus menerus dan tak seorangpun yang mampu menghalangi
perubahan itu, ini dapat dibuktikan dengan melihat kamus, dimana sebuah kata
dapat mengalami perubahan makna setiap saat
Adapun Jenis –
Jenis perkembangan makna adalah sebagai berikut :
a.
Penyempitan makna
b.
Perluasan makna
c.
Perubahan makna Total
d.
Ameliorasi
e.
Peyorasi
f.
Pertukaran Makna ( Sintesia )
i.
Persamaan makna (asosiasi)
j.
Homonim
k.
Antonim
DAFTAR PUSTAKA
-
Dr.Taufiq Muhammad Syahin, ‘Ilmu
Al-Lughah al-‘Am,( Darul at-Tadhaamin li at-Tabha’ah:Kairo,1980)
-
Chaer
Abdul, Linguistik Umum, ( Jakarta : Rineka Cipta. 2007).
-
http://ukonpurkonudin.blogspot.co.id/2011/10/pergeseran-dan-perubahan-makna.html 07/10/2017: 20,31
[2]
Dr.Taufiq Muhammad Syahin, ‘Ilmu Al-Lughah
al-‘Am,( Darul at-Tadhaamin li at-Tabha’ah :Kairo ,1980)
Hal. 162
0 komentar:
Post a Comment