MAKALAH AL-QUR’AN; pengertian, nuzul al-qur’an, ayat-ayat pertama dan terakhir, kodefikasi al-qur’an pada zaman nabi, mushaf utsmani











BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai risalah yang universal. Dan merupakan sebuah petunjuk bagi semua manusia yang lengkap dan komprehensif. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa al-Quran merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah SWT, dan ia adalah kitab yang senantiasa dipelihara oleh Allah sampai hari akhir nanti.
Banyak sekali berbagai pendapat mengenai Al-Qur’an baik dari pengertian, perkembangan serta penulisan Al-Qur’an. Selain itu juga, masih banyak dari kalangan orang muslim yang belum mengerti dan paham mengenai Al-Qur’an. Maka dari itu beberapa ahli membuat suatu kesepakatan mengenai ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan Al-Qur’an yang dinamakan dengan Ulumul Quran.
Dari segi turunnya Al-Qur’an dan penulisan Al-Qur’an terdapat pula beberapa perbedaan pendapat para ahli. Adapun perbedaan itu dari segi pengertian Al-Qur’an, sejarah turunnya Al-Qur’an, penulisan serta rasm Al-Qur’an dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan pada bab berikutnya.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Al-Qur’an ?
2.      Kapan turunnya Al-Qur’an dan ayat-ayat apa saja dan kaitannya dngan kondisi saat ini ?
3.      Apa Ayat-ayat yang terakhir turun ?
4.      Bagaiman Kodifikasi Al-Qur’an di zaman nabi dan sahabat ?
5.      Kapan Terbentuknya Mushaf Usmani ?

  1. Tujuan Pembahasan
Makalah Studi Al-Qur’an ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Studi Islam Komprehensif, serta sebagai bahan untuk mengetahui :
1.      Pengertian Al-Qur’an
2.      Turunnya Al-Qur’an dan ayat-ayat apa saja dan kaitannya dngan kondisi saat ini
3.      Ayat-ayat yang terakhir turun
4.      Kodifikasi Al-Qur’an di zaman nabi dan sahabat
5.      Terbentuknya Mushaf Usmani




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Al-Quran
1.      Secara Etimologi
Al-qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab berasal dari kata :    قرا - يقرا - قراءة - وقراناYang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca (المقروء).[1] Kata Al-Quran adalah bentuk mashdar dari fi’il qoro’a (قرا) yang diartikan isim maf’ul, yaitu المقروء (yang dibaca/bacaan).[2] Menurut pengertian di atas dapat kita lihat pada firman Allah swt pada suroh al-qiyyamah ayat 17-18 :
¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ #sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
Artinya :  Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
2.      Secara Terminologi
Secara Terminologi, terdapat beberapa definisi yang di kemukakan para ulama dari berbagai keahlian,yaitu bahasa, kalam, ushul fiqh dan sebagainya. diantara definisi itu adalah:
a.       Menurut al-Zuhaili
Al-qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz,diturunkan kepada nabi SAW dengan Lafazd Arab,tertulis dalam mushaf,merupakan ibadah dalam bacaannya,diriwayatkan secara mutawatir,diawali dengan surah al-fatihah dan di akhiri dengan surat an-nas.
b.      Subhi shaleh, merumuskan definisi al-qur’an yang dipandang sebagai definisi yang dapat diterima oleh para ulama,terutama ahli bahasa,fiqh dan ushul fiqh:
Al-qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz, yang di turunkan kepada Nabi SAW,yang di tulis dalam mushaf,yang diriwayatkan darinya secara mutawatir dan dinilai sebagai ibadah membacanya
c.       Menurut al-Shabuni
Al-qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz,diturunkan kepada nabi yang terakhir,melalui al-Amin Jibril,yang tertulis dalam mushaf,yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir,merupakan ibadah membacanya,dimulai dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan an-nas.[3]
Jadi, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa al-Quran adalah kumpulan firman Allah SWT yang dikumpulkan dalam bentuk mushaf, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril secara mutawatir, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, dan membaca serta mempelajarinya bernilai ibadah.

B.     Nuzul al-Quran
1.      Pengertian Nuzul al-Quran
Al-Quran sebagai kalam Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui suatu proses yang disebut dengan nuzul atau inzal. Kata nuzul berasal dari bahasa Arab النزول yang secara bahasa memiliki beberapa arti :
a.       الحلول في مكان (menetap di suatu tempat), artinya menempatkan sesuatu pada suatu tempat.
b.      انزل الشيئ من علو إلى سفل (sesuatu turun dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah)
c.       اظهر المعنى (menampakkan atau melahirkan al-Quran)
d.      الإعلام به (memberitahukannya). Artinya memberitahukan melalui tahapan pada Lauh Mahfuzh, lalu ke Bait al-Izzah di langit dunia kemudian disampaikan ke dalam jiwa Nabi Muhammad SAW.
Nuzul Al-Quran adalah diangkatnya atau dipindahkannya Al-Quran dari suatu tempat ke tempat lain. Digunakan kata nuzul untuk menunjukkan ketinggian Al-Quran dan mengisyaratkan kebesaran dan ketinggian zat pemilik Kalam tersebut, yaitu Allah SWT. Nuzul Al-Quran juga diartikan proses pemberitahuan atau pemberian pemahaman kepada malaikat atau Nabi Muhammad SAW tentang al-Quran.
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa nuzul al-Quran adalah proses pemindahan al-Quran dari suatu tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, dalam rangka pemberitahuan atau pemberian pemahaman kepada malaikat atau kepada Nabi Muhammad SAW tentang al-Quran.

2.      Tahapan Nuzul al-Quran
Para ulama sepakat membagi proses turunnya al-Quran menjadi tiga tahap, sebagai berikut:
a.       Penurunan dari Allah SWT ke Lauh Mahfuzh
Penurunan al-Quran pada tahap ini berlangsung secara sekaligus, tidak terpisah-pisah atau berangsur-angsur. Namun, bagaimana wujud dan kapan al-Quran berada di Lauh Mahfuzh, hanya Allah Yang Maha Mengetahui, sebagaimana firman Allah SWT:
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C ÇËÊÈ Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C ÇËËÈ
Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.” (QS al-Buruuj: 21-22)
b.      Penurunan dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-Izzah
Turunnya Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-Izzah terjadi pada malam kemuliaan, yaitu malam lailatul qadr. Dan mengenai lama turunnya para ulama berbeda pendapat, namun mayoritas ulama sepakat mengatakan bahwa al-Quran diturunkan ke bait al-izzah secara sekaligus (جملة واحدة) pada malam Lailatul Qard dan kemudian diturunkan kepada Rasulullah SAW secara bertahap selama 23 tahun,[4] sebagaimana firman Allah SWT:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan.” (QS al-Qadar: 1)
c.       Penurunan dari Bait al-Izzah kepada Rasulullah SAW
Proses turunnya al-Quran dari Bait al-Izzah kepada Rasulullah SAW adalah secara berangsur-angsur, sejak Nabi SAW diangkat menjadi Rasul sampai ketika beliau wafat yaitu dalam jangka waktu 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah, ini pendapat yang masyhur[5]. Sebagaimana firman Allah SWT:
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s? ÇÊÉÏÈ
Artinya: “Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS al-Isra: 106)

C.    Pengetahuan Mengenai Ayat yang Turun Pertama dan Terakhir
Pembicaraan mengenai apa yang pertama kali dan yang terakhir kali turun itu memerlukan pembahasan mengenai segala perundang-undangan ajaran-ajaran Islam, seperti makanan, minuman, peperangan, dan lain sebagainya.
Dalam hal apa yang pertama kali diturunkan dan apa yang terakhir kali, para ulama mempunyai banyak pendapat, yang akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.
1.         Yang Pertama Turun
a.    Pendapat yang paling sahih mengenai ayat yang pertama kali turun ialah firman Allah :

ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al-‘Alaq : 1-5).
Pendapat ini didasarkan pada suatu hadis yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis dan yang lain, dari Aisyah r.a., yang mengatakan: “Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah Saw. Adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Dia melihat dalam mimpi itu datangnya bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian dia suka menyendiri. Dia pergi ke gua Hira untuk beribadah beberapa malam. Untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia pulang kepada Khadijah r.a., maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu. Di gua Hira dia dikejutkan oleh suatu kebenaran. Seorang malaikat datang kepadanya dan mengatakan : ‘Bacalah!’ Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab : ‘Aku tidak pandai membaca.’ Malaikat tersebut kemudian memelukku sehingga aku merasa amat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi : ‘Bacalah!’ Maka aku pun menjawab : Aku tidak pandai membaca. Lalu dia merangkulku yang kedua kali sampai aku kepayahan. Kemudian dia lepaskan lagi dan dia berkata : ‘Bacalah!’ Aku menjawab : ‘Aku tidak pandai membaca.’ Maka dia merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian dia berkata : ‘Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan ...’ sampai dengan ‘...apa yang tidak diketahuinya”, (Hadis). [6]
b.    Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah :
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (١)
wahai orang yang berselimut

     Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis yaitu Abu Salamah bin Abdurrahman dan Jabir bin Abdullah.
c.    Diakatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah surah Fatihah[7]. Mungkin yang dimaksudkan adalah surah yang pertama kali turun secara lengkap.
d.    Dikatakan juga bahwa yang pertama kali turun adalah Bismillahirrahmanirrahim, karena basmalah itu turun mendahului setiap surah.
Az-Zarkasyi telah menyebutkan di dalam kitabnya al-Burhan, hadis Aisyah yang menegaskan bahwa yang pertama kali turun adalah Iqra’ bismi rabbikal lazi khalaq dan hadis Jabir yang menegaskan bahwa yang pertama kali turun ialah Ya ayyuhal muddassir; qum faanzir. Kemudian dia berkat : “Sebagian besar ulama menyatukan keduanya yaitu, bahwa Jabir mendengar Nabi menyebutkan kisah permulaan wahyu dan dia mendengar bagian akhirnya, sedang bagian pertamanya dia tidak mendengar. Maka dia (Jabir) menyangka bahwa surah yang didengarnya itu adalah yang pertama kali diturunkan, padahal bukan. Memang surah Muddassir itu adalah surah pertama yang diturunkan setelah Iqra’ dan setelah terhentinya wahyu.

2.         Yang Terakhir Turun
a.    Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai riba.[8] Ini didasarkan pada hadis yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Ibn Abbas, yang mengatakan :
“Ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat mengani riba.” Yang dimaksudkan ialah firman Allah :
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#râsŒur $tB uÅ+t/ z`ÏB (##qt/Ìh9$# bÎ) OçFZä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÐÑÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. al-Baqarah : 278).
b.    Dan dikatakan pula bahwa ayat Qur’an yang terakhir diturunkan ialah firman Allah :
(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè? ÏmŠÏù n<Î) «!$# (
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah...” (QS. al-Baqarah : 281).
c.    Juga dikatakan bahwa yang terakhir kali turun itu ayat mengenai utang, berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyab : “Telah sampai kepadanya bahwa ayat Qur’an yang paling muda di ‘Arsy ialah ayat mengenai utang.” Yang dimaksudkan adalah ayat :
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) LäêZtƒ#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya...”
d.    Dikatakan pula bahwa yang terakhir kali diturunkan adalah ayat mengenai kalalah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Barra’ bin ‘Azib, dia berkata : “Ayat yang terakhir kali turun adalah :
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿムÎû Ï's#»n=s3ø9$# 4 È
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah, Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah...” (QS. an-Nisa’ : 176).
e.    Pendapat lain menyatakan bahwa yang terakhir turun firman Allah:
ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& î
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri...” sampai akhir surah. (QS. at-Taubah : 128).
f.     Dikatakan pula bahwa yang terakhir kali turun adalah Surah al-Ma’idah.[9] Ini didasarkan pada riwayat Tirmizi dan Hakim, dari Aisyah r.a.
g.    Juga dikatakan bahwa yang terakhir kali turun adalah firman Allah :
z>$yftFó$$sù öNßgs9 öNßgš/u ÎoTr& Iw ßìÅÊé& Ÿ@uHxå 9@ÏJ»tã Nä3YÏiB `ÏiB @x.sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& ( Nä3àÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ (
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” (QS. al-‘Imran : 195).
Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih melalui Mujahid .
h.    Ada juga dikatakan bahwa ayat terakhir yang turun ialah ayat :
`tBur ö@çFø)tƒ $YYÏB÷sãB #YÏdJyètGB ¼çnät!#tyfsù ÞO¨Yygy_ #V$Î#»yz $pkŽÏù |=ÅÒxîur ª!$# Ïmøn=tã ¼çmuZyès9ur £tãr&ur ¼çms9 $¹/#xtã $VJŠÏàtã ÇÒÌÈ  
“Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. an-Nisa’ : 93).
Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Ibn Abbas.

i.      Dari Ibn Abbas dikatakan : “Surah terakhir yang diturunkan ialah :
#sŒÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ  
“apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (QS. al-Nasr : 1).
Semua pendapat-pendapat di atas tidak mengandung sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw., masing-masing merupakan ijtihad dan dugaan. Mungkin pula bahwa masing-masing pendapat itu memberitahukan mengenai apa yang terakhir didengarnya dari Rasulullah atau mungkin juga masing-masing mengatakan hal itu berdasarkan apa yang terakhir diturunkan dalam hal perundang-undangan tertentu, atau dalam hal surah terakhir yang diturunkan secara lengkap seperti  setiap pendapat yang telah dijelaskan di atas.

D.  Kodifikasi Al-Qur’an di zaman Nabi dan Sahabat
1.         Periode Nabi Muhammad SAW
Penulisan atau pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah di kelompokkan menjadi dua kategori , yaitu: pertama,pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.
Fakta sejarah mengimformasikan bahwa segera setelah menerima ayat Al-Qur’an,Nabi SAW memanggil para sahabat yang pandai menulis,untuk menulis ayat-ayat yang baru saja diterimanya disertai informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis di pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit aau tulang-tulang binatang.
Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf di sebabkan beberapa faktor,yakni: pertama,tidak adanya factor pendorong untuk membubukan Al-Qur’an menjadi satu mushaf.Kedua Al-Qur’an diturunkan secara beransur-ansur. Ketiga,selama proses turunnya Al-qur’an, masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Qur”an yang Mansukh.[10]

2.         Periode Abu Bakar r.a
Ketika rasullulah wafat dan kekhalifahan jatuh ketangan Abu Bakar, banyak dari kalangan orang islam kembali kepada kekhafiran dan kemurtatan, dengan jiwa kepemimpinannya umar mengirim pasukan untuk memerangi. Tragedi ini dinamakan perang Yamamah (12 H),yang menewaskan sekitar 70 para Qori’dan Hufadz. dari sekian banyaknya para hufadz yang gugur, umar khawatir Al-Qur’an akan punah dan tidak akan terjaga, kemudian umar menyusulkan kepada Abu Bakar yang saat itu menjadi khalifah untuk membukukan Al-Qur’an yang masih berserakan kedalam satu mushaf, pada awalnya Abu Bakar menolak dikarenakan hal itu tidak dilakukan pada masa rasulullah, dengan penuh keyakinan dan semangatnya untuk melestarikan Al-Qur’an umar berkata kepada Abu Bakar “ Demi allah ini adalah baik” dengan terbukanya hati Abu Bakar akhirnya usulan Umar diterima. Abu Bakar menyerahkan urusan tersebut kepada Zaid Bin Tsabit.ada pun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar ini adalah:
Seluruh ayatAl-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama. Meniadakan Ayat-ayat Al-Qur’an yang telah mansukh. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.Dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (Qira’at) sebagai mana yang ditulis dikulit unta pada masa Rasulullah.


3.         Periode Umar Bin Khattab
Pada masa masa Umar Bin Khattab tidak terjadi penyusunan dan permasalahan apapun tentang Al-Qur’an karena Al-Qur’an dianggap sudah menjadi kesepakatan dan tidak ada perselisihan dari kalangan sahabat dan para tabi’in. dimasa kekhalifaan umar lebih konsen terhadap perluasan wilayah, sehingga ia wafat. Yang selanjutnya kekhalifaan jatuh ketangan Ustman bin Affan.

4.         Periode Ustman Bin Affan
Semakin banyaknya negara yang ditaklukkan oleh Umar Bin Khattab, semakin beraneragamlah pula pemeluk agama islam, disekian banyaknya pemeluk agama islam mengakibatkan perbedaan tentang Qiro’ah antara suku yang satu dengan yang lain, masing-masing suku mengklaim Qiro’ah dirinyalah yang paling benar. Perbedaan Qiro’ah tersebut terjadi disebabkan kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Nabi kepada Kabilah-kabilah Arab dalam membaca Al-Qur’an menurut dialeknya masing-masing. Hufaidzah bin Yaman yang pernah ikut perang melawan syam bagian Armenia bersamaan Azabaijan bersama penduduk Iraq. Telah melihaT perbedaan tentang Qiro’ah tersebut. Setelah pulang dari peperangan. Hufaidzah menceritakan adanya perbedaan qiro’ah kepada Ustman Bin Affan, sekaligus ia mengusulkan untuk segera menindak perbedaan dan membuat kebijakan, dikhawatirkan akan terjadi perpecahan dikalangan ummat islam tentang kitab suci, seperti perbedaan yang terjadi dikalangan orang yahudi dan Nasrani yang mempermasalahkan perbedaan antara kitab injil dan taurat. Selanjutnya Ustman Bin Affan membentuk lajnah (panitia) yang dipimpin oleh Zaid Bin Harist dengan anggotanya Abdullah bin Zubair. Said ibnu Ash dan Abdurahman bin Harits ibn Hisyam.[11]
Ustman Bin Affan memerintahkan kepada Zaid untuk mengambil Mushaf yang berada dirumah Hafsah dan menyeragamkan bacaan dengan satu dialek yakni dialek Qurays, mushaf yang asli dikembalikan lagi ke hafsah. Ustman Bin Affan menyuruh Zaid untuk memperbanyak mushaf yang diperbaruhi menjadi 5 mushaf, yang lima dikirimkan kewilayah islam seperti Mekkah, Kuffah, Basrah dan Suria, yang satu tersisa disimpan sendiri oleh Ustaman dirumahnya. Mushaf ini dinamai Al-Imam yang lebih dikenal mushaf Ustmani, demikian terbentuknya mushaf ustmani dikarenakan adanya pembaruan mushaf pada masa ustmani.

E.     Terbentuknya Mushaf Usmani
1.  Pengertian Rasmul Qur’an dari Berbagai Sumber
Rasmul Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan  Ar-Rasm Al-‘Utsmani lil Mushaf (penulisan mushaf Utsmani) adalah : Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui oleh Utsman.
Rasmul Al-Qur’an yaitu : Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan oleh 4 sahabat yang dikepalai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat yaitu Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan yang dilatar belakangi oleh saran dari Umar bin Khattab kepada Abu Bakar, kemudian keduanya meminta kepada Zaid bin Tsabit selaku penulis wahyu pada zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk mengumpulkan (menulis) Al-Qur’an  karena banyaknya para sahabat dan khususnya 700 penghafal Al-Qur’an syahid pada perang Yamamah.
Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yaitu: Zaid bin Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan bersama  disetujui oleh khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan Al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :[12]
a.       Al-Hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contohnya, menghilangkan huruf alif  pada ya’ nida’ (â¨$¨Y9$#$pkšr'¯»tƒ ).
b.      Az-Ziyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ (بنوا اسرائيل  ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu (تالله تفتؤا).
c.       Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelumnya, contoh (ائذن ).
d.      Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata (الصلوة).
e.       Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung (كلما  ).
f.        Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi, penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani, penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,(ملك يوم الدين ). Ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).


2.      Kedudukan Rasm Utsmani 
Khalifah Utsman menyuruh  Ziad bin Tsabit untuk mengambil suhuf dari aisyah sebagai perbandingan dengan suhuf yang telah disusun oleh panitia yang telah dibentuk Utsman, dan melakukan pengoreksian terhadap kesalahan-kesalahan yang ada pada mushaf yang dipegang oleh panitia. Khalifah Utsman juga melakukan verifikasi dengan suhuf resmi yang sejak semula ada pada Hafsah guna melakukan verifikasi dengan mushaf yang dia pegang.
Seseorang bisa keheran-heranan mengapa Khalifah Utsman bersusah payah mengumpulkan naskah tersendiri sedang akhirnya juga dibandingkan dengan suhuf yang ada pada hafsah. Alasan yanga paling mendekati kemungkinan berangkali sekedar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan ditempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi suhuf. Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan–bahan tulisan, naskah Utsman tersendiri memberi kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk melakukan usaha yang penting ini.
Dalam keterangan diatas, tidak terdapat inkonsistensi di antara suhuf dan mushaf tersendiri, dan dari kesimpulan yang luas terdapat:pertama, sejak awal teks Al-Qur’an sudah benar-benar kukuh hingga abad ketiga. Kedua Metodologi yang dipakai dalam kompilasi Al-Qur’an pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
Setelah naskah mushaf tersebut selesai dibuat, maka disebarkan dan dibuat menjadi beberapa duplikat dan dikirimkan  ke beberapa tempat. Maka tak perlu lagi ada (fragmentasi) Al-Qur’an telah dibakar. Mus’ab bin Sa’ad menyatakan bahwa masyarakat telah menerima keputusan Utsman, setidaknya tidak mendengar kata-kata keberatan. Riwayat lain mengukuhkan kesepakatan ini, termasu Ali bin Thalib berkata,”Demi Allah, dia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-pecahan (mushaf) kecuali dengan persetujuan kami semua (tak ada seorang pun diantara kami yang membantah)”.
Didalam melakukan pengumpulan tujuan utama Utsman adalah ingin menutup semua celah-celah perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an dengan mengirim mushaf atau mengirim sekalian dengan pembacanya. Dan juga dengan dua perintah :
a.    Agar membakar semua mushaf milik pribadi yang berbeda dengan mushaf miliknya harus dibakar.
b.    Agar tidak membaca sesuatu yang berbeda dengan mushaf Utsmani. Oleh karena itu adanya kesatuan secara total yang ada teks Al-Qur’an di seluruh dunia selama empat belas abad, diberbagai wilayah dengamn warna-warni yang ada, merupakan bukti keberhasilan Utsman yang tak mungkin tersaingi oleh siapa pun dalam menyatukan umat Islam dalam satu teks.        



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Al-Quran adalah kumpulan firman Allah SWT yang dikumpulkan dalam bentuk mushaf, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril secara mutawatir, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, dan membaca serta mempelajarinya bernilai ibadah.
Nuzul Al-Quran adalah proses pemindahan al-Quran dari suatu tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, dalam rangka pemberitahuan atau pemberian pemahaman kepada malaikat atau kepada Nabi Muhammad SAW tentang al-Quran.
a.      Tahapan Nuzul al-Quran
1.      Penurunan dari Allah SWT ke Lauh Mahfuzh
2.      Penurunan dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-Izzah
3.      Penurunan dari Bait al-Izzah kepada Rasulullah SAW
b.     Kodifikasi Al-Qur’an di zaman Nabi dan Sahabat
1.      Periode Nabi Muhammad SAW
2.      Periode Abu Bakar r.a
3.      Periode Umar Bin Khattab
4.      Periode Ustman Bin Affan
Rasmul Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan  Ar-Rasm Al-‘Utsmani lil Mushaf (penulisan mushaf Utsmani) adalah : Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui oleh Utsman.



B.     Saran
Demikianlah makalah yang penulis susun, tentunya masih banyak kesalahan karena minimnya pengetahuan penulis. Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya. Akhirnya, kurang dan lebih penulis minta maaf. Semoga bermanfaat dan dapat menambah khasanah keilmuan bagi kita semua.



DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anshori, 2003, Ulumul Qur’an: Kaidah Memahami Firman Tuhan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Anwar, Rosihan, 2013, Ulum Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia
al-Qattan, Manna Khalil al-Qattan. 1992. Terjemahan Mabaahits Fii Uluumi al-Quran, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa
Al munawar,husni agil said, 2002, Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki, Jakarta Selatan: Ciputat Press
Al-Shalih, Subhi. 1988. Mabahits fi’ulum Al-Qur’an, Bairut: Dar Al-Qalam li al-Malayyin
Abu syuhbah Muhammad bin Muhammad, 2003, Studi Ulumul Qur’an Telaah Atas mushaf Usmani, Bandung: Pustaka Setia
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 1999. Terjemahan At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, Bandung: Pustaka Setia
Rusyadi. 1999. Ulum Al-Qur’an 1, Padang : IB Press, 1999
Umar, Nasaruddin. 2010. Ulumul Qur’an Jakarta : Al-Ghazali Center
Wahid, Ramli Abdul. 2002. ‘Ulumul Qur’an, Cet. 4-Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Zaini, Hasan dan Radhiatul Hasanah. 2010. ‘Ulum Al-Qur’an, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press






[1] Anshori., Ulumul Qur’an (Kaidah-Kaidah Memahami Al-Qur’an), Raja Grfindo Persada, Jakarta, cet. 1 2003, hlm.17
[2] Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, Cet.iv 2013, Hlm. 31
[3] Rusyadi AM,Ulumul Qur’an 1,(padang: IAIN Press,cet.1 1999),h.14
[4] Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 1, (Jakarta : Rineka ciPta), cet.1 1993 Hal.113
[5] rusyadi Am,ibid,h.21
[6] Manaul Quthan, Op.Cit, hal.69
[7] Manaul Quthan, Ibid, hal. 70
[8] Manaul Quthan, Ibid, hal. 74
[9] Ibid,h.76
[10] Said Agil Husni Al Munawar,Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Jakarta Selatan: Ciputat Press, Cet,1 2002, Hal 16
[11] Said Agil Husni Al Munawar, Ibid hal.21
[12] Muhammad bin Muhammad abu syuhbah, Studi Ulumul Qur’an Telaah Atas Mushaf Ustmani, (Bandung : Pustaka Setia), cet. 1 2003, hal.123-129

Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment