Makalah Sejarah Peradaban Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orang-orang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara.
Sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (570 -650 M), periode pertengahan (650 -1250  M), periode modern(1250 1800 M), dan periode post modern (1800 - sekarang) .
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sejarah peradaban islam?
2.      Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman klasik (masa Rasulullah SAW – Khulafaur Rasyidin )?
3.      Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman pertengahan (masa Umayyah, Abbasiyah 1 dan Abbasiyah 2 )?
4.      Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman modern (masa Turki Usmani )?
5.      Apa saja factor keruntuhan Turki – sekarang pada zaman post modern?

1.          Untuk memahami sejarah peradaban islam.
2.          Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada zaman klasik.
3.          Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada zaman pertengahan.
4.          Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada zaman modern.
5.          Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada zaman post modern.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Islam pada Masa Klasik(570  650 M)
Masa klasik dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Ada juga yang mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa dimana hijrahnya Rasulullah ke Madinah sampai Masa Khulafaur Rasyidin.
Nabi Muhammad diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga utamanya.Oleh karena masyarakat jahiliyah sangat menyukai dengan kesusastraan.Maka, al-Qur’an diturunkan dengan bahasa sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu semua didasarkan yaitu :
1.      untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar komunikatif)
2.      untuk menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.
Dalam menyampaikan risalah Tuhan, Nabi Muhammad SAW menemui gangguan dan rintangan yang keras.Rintangan itu dapat berupa ancaman pembunuhan dari masyarakat kafir Quraisy.Oleh karena beratnya penderitaan yang ditanggung kaum muslimin, Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya mencari suaka ke Ethiopia. Pemimpin negeri Ethiopia Raja Negus menolak ekstradisi para imigran islam yang dituntut oleh kaum Quraisy.
Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama berdakwah di Mekkah, sampai kemudian ia melakukan perjanjian dengan beberapa orang utusan dari masyarkat kota Yastrib, yang tidak berapa lama kemudian mengantarkannya berhijrah ke Madinah. Di tempat baru ini, beliau membangun masyarakat dan meneruskan dakwahnya.Ia menyebut pernduduk asli dengan Anshor, sedangkan penduduk yang bermigrasi disebut Muhajirin.
Selama 10 tahun Rasulullah SAW tinggal di Madinah hingga akhirnya ia dan kaum muslimin berhasil mendapatkan kesempatan menaklukan kota Mekkah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai berhala.
Setelah wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para khalifah.Mulai dari khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut sebagai masa al-Khualafa’ al-Rashidun. Berikut ini adalah urutan khalifah yang memimpin setelah Rasul wafat, yaitu :
a.    Abu Bakar al-Shidiq (w. 634M/11 H)
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang yang murtad dan golongan orang yang menolak membayar zakat. Ia juga melanjutkan kebijakan Rasul SAW dengan mengirim pasukan pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria, yang sebelumnya sampai tertunda karena sakit keras yang menderanya, menjelang kewafatannya. Ia juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an  dalam satu mushaf yang berserakan pada pelepah kurma, batu tipis, tulang dan lembaran kain  atau kulit binatang.
b.    Umar bin Khattab (w. 644 M/23 H)
Pada masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri Persia, Iraq, Palestina, Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi membebaskan wilayah jajahan-jajahan tersebut dari jajahan Romawi. Ia meninggal di usia 63 tahun akibat dibunuh oleh Abu Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.
c.     Usman bin Affan (w. 656 M/35 H)
Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam satu bentuk bacaan yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga berhasil memperluas wilayah islam ke Turki, Siprus, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan. Pasukan tangguh dan kuat pertahanannya. Usman meninggal dunia dalam usia 82 tahun ketika membaca al-Qur’an, akibat ketidakpuasan rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.


d.    Ali bin Abi Thalib (w. 661 M/40 H)
Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai kerusuhan dan kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat menuntutnya untuk segera menghukum pembunuh Usman. Itu sulit diwujudkan,karena kondisi negara yang tidak stabil. Ia hanya menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut yang berujung pada terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang didukung Zubair dan Talhah dan perang Siffin pimpinan Mu’awiyah.Dalam perang Siffin, Ali menerima arbitrasi yang menyebabkan pasukannya terbelah menkadi dua.Satu menolak, sedang yang lain menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut Khawarij yang bertanggung jawab atas terbunuhnya sang Khalifah.


B.  Islam pada Masa Pertengahan(650  1250 M)
Setelah pemerintahan yang dipimpin oleh para khalifah, pemerintahan islam itu berganti menjadi Monarchy heredits (kerajaan turun-temurun). Dinasti-dinastinya terdiri dari :
1.      Dinasti Amawi (Bani Ummayah)
2.      Dinasti Abbasiyah (Bani Abbasiyah)
Pada periode klasik dan Pertengahan (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India. Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan.Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ibn Hanbal.Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidi, Wasil ibn Atha’ al-Mu’tazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i.Di bidang ketasawwufan dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi. Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi;

1. Pola Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
Aku tidak akan menggunakan pedang ketika cukup mengunakan cambuk, dan tidak akan mengunakan cambuk jika cukup dengan lisan. Sekiranya ada ikatan setipis rambut sekalipun antara aku dan sahabatku, maka aku tidak akan membiarkannya lepas. Saat mereka menariknya dengan keras, aku akan melonggarkannya, dan ketika mereka mengendorkannya, aku akan menariknya dengan keras. (Muawiyah ibn Abi Sufyan).
Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi Sufyan. Ia cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang negarawan yang mampu membangun  peradaban besar melalui politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah dinasti besar yang mampu bertahan selama hampir satu abad. Dia lah pendiri Dinasti Umayyah, seorang pemimpin yang paling berpengaruh pada abad ke 7 H.
Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa melebihi tokoh-tokoh muslim lainnya. Baginya, politik adalah senjata maha dahsyat untuk mencapai ambisi kekuasaaanya. Ia wujudkan seni berpolitiknya dengan membangun Dinasti Umayyah.
Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah (41 H/661 M) berbeda dengan kepemimpinan masa-masa sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara para penguasa Bani Umayyah diangkat secara langsung oleh penguasa sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun temurun. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh Monarchi di Persia dan Binzantium. Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang di angkat oleh Allah.
Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukan secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkan dengan cara-cara yang tidak baik dengan mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan berdasarkan menunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang menjadi khalifah berikutnya.
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa (661 M-681 M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang akan menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah sendiri yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan kedudukannya kelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan konflik politik  intern umat Islam seperti yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untuk mendapatkan pengesahan, para penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para pemuka agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at) dihadapan sang khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran permusyawaratan Islam yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.
Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada masa pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalah Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat, dimana setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga raja seluruh penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1.         Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2.         Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
3.         Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
4.         Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5.         Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6.         Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7.         Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
8.         Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9.         Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10.       Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11.       Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12.       Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13.       Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
14.       Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)


2.    Masa Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz
Umar ibn Abdul Aziz adalah putra saudara Sulayman, yaitu Abdul Aziz. Umar pantas diberi gelar khalifah kelima khulafaur rasyidin karena kesholihan dan kemulyaannya. Sebelum ia diangkat menjadi khalifah Dinasti Umayyah kedelapan, ia seorang yang kaya raya dan hidup dalam kemegahan. Ia suka berpoya-poya dan menghambur-hamburkan uang. Namun setelah diangkat menjadi khalifah, ia berubah total menjadi seorang raja yang sangat sederhana, adil dan jujur. Karena kesholihannya, ia dianggap sebagai seorang sufistik pada jamannya. Ia juga disebut sebagai pembaharu islam abad kedua hijriyah.
Walaupun masa pemerintahnnya relatif singkat, yaitu sekitar tiga tahunan, namun banyak perubahan yang ia lakukan. Diantaranya, ia melakukan komunikasi politik dengan semua kalangan, termasuk kaum Syiah sekalipun. Ini tidak dilakukan oleh saudara-saudaranya sesama raja dinasti Umayyah. Ia banyak menghidupkan tanah-tanah yang tidak produktif, membangun sumur-sumur dan masjid-masjid. Yang tidak kalah pentingnya, ia juga melakukan reformasi sistem zakat dan sodaqoh, sehingga pada jamannya tidak ada lagi kemiskinan.
Pada masa pemerintahnnya, tidak ada perluasan daerah yang berarti. Menurutnya, ekspansi islam tidak harus dilakukan dengan cara imprealisme militer, tapi dengan cara dakwah. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan,kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Umar mangkat dari jabatannya pada tahun 101 H/719 M dengan meninggalkan karakter pemerintahan yang adil dan bijaksana terhadap semua golongan dan agama. Penerusnya nanti justru berbanding terbalik dengan karakter kepemimpinannya.
3.    Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangat luas. Daerah-daerah tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62)

 (2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258 M.
Masa disintregasi merupakan masa kemunduran ataupun masa kemerosotan dalam sejarah peradaban dan perkembangan islam bani Abbasiyah setelah mengalami masa kejayaan pada periode pertama(132H/750M-232H/847M)
Sebenarnya masa disintregasi sudah terasa setelah masa bani Abbasiyah periode pertama, namun baru benar benar terasa pada tahun1000-1250 M.
Adapun penyebab yang melatar belakangi masa ini adalah sebagai berikut:
a.       Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat lemah, karena dibawah pengaruh kekuasaan lain.
b.       Kecenderungan untuk hidup mewah melebihi pendahulunya sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.
c.        Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.
d.      Persaingan antar bangsa.
e.       Masuknya unsur turki dalam pemerintahan yaitu sebagai militer pemerintahan yang cenderung mementingkan kepentingan sendiri dan berebut jabatan.
            Dapat disimpulkan bahwa masa disintregasi adalah masa kemunduran bani Abbasiyyah setelah mengalami masa kejayaan.
Adapun faktor penyebab masa ini adalah:
a.       Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat lemah.
b.      Kecenderungan untuk hidup mewah.
c.       Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.
d.      Persaingan antar bangsa dan masuknya unsur turki dalam pemerintahan

A.    Dinasti yang memerdekaakan diri dari Baghdad
Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad pada masa bani Abbasiyah antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Dari bangsa Persia
      Thahiriyyah di Khurasan(205-259H/820-872 M)
      Shafariyyah di Fars(254-290H/868-901M)
      Samaniyyah di Transoxomania(261-389H/873-998M)
      Sajiyyah di Azerbaijan(266-318H/878-930M)
      Buwaihiyyah, menguasai Baghdad(320-117/923-1055 M)
b.    Dari bangsa Turki
      Thuluniyyah di Mesir(254-292H/837-903M)
      Ikhsyidiyyah di Turkistan(320-560 H/932-1163M)
      Ghaznawiyyah di Afganistan(351-585H/962-1189M)
c.    Dari bangsa Kurdi
      Al Barzuqani(348-406H/959-1015M)
      Abu Ali(380-489H/990-1095M)
      Ayyubiyah(564-648H/1167-1250M)

d.   Dari bangsa Arab
      Idrisiyyah di Maroko(172-375H/788-935M)
      Aghlabiyyah di Tunisia(184-289H/800-900M)
      Dulafiyyah di Khurdistan(210-285H/825-898M)
      Alawiyah di Tabaristan(250-316H/864-928M)
      Hamdaniyyah di Aleppo dan Maushil(317-394 H/919-1002M)
      Mazyadiyyah di Hillah(403-545H/1011-1150M)
      Ukailiyyah di Maushul(386-489H/996-1095M)
      Mirdasiyyah di Aleppo(414-472H/1023-1079M)
e.    Dinasti yang mengaku khilafah
      Umawiyah di Spanyol
      Fathimiyah di Mesir
Latar belakang timbulnya dinasti dinasti kecil ini adalah:
a.    Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dan daerah cenderung sulit dilakukan, bersamaan dengan kurangnya kepercayaan penguasa terhadap pelaksana pemerintahan.
b.      Dengan profesionalisme angkatan bersenjata dari luar, terutama Turki. ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan secara tidak langsung mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri sehingga banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
c.       Keuangan negara yang sangat sulit sehingga tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad dikarenakan bayaran tentara sangat tinggi.
d.      Persaingan antar bangsa yang sama sama ingin menonjolkan dirinya.
e.       Perbedaan kepahaman antara Sunni dan Syiah.
Dapat disimpulkan dinasti yang memerdekakan diri diantaranya adalah:
      Dinasti dari bangsa Persia(5 dinasti)
      Dinasti dari bangsa Turki(4 dinasti)
      Dinasti dari bangsa Kurdi(3 dinasti)
      Dinasti dari bangsa Arab(8 dinasti)
      Dinasti yang mengaku sebagai khilafah
Latar belakang timbulnya dinasti tersebut antara lain:
      Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah,.
      Adanya  angkatan bersenjata dari luar, terutama turki. ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan secara tidak langsung mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan sehingga banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
      Keuangan negara yang sangat sulit.
      Persaingan antar bangsa.
      Perbedaan kepahaman antara sunni dan syiah.
3.      Perebutan kekuasaan di pemerintahan abbasiyah
            Pada masa khalifah al mu’tashim, beliau memberikan kebijakan dengan menarik tentara turki untuk bekerja pada dinasti Abbasiyah. Dikemudian hari para tentara itu menguasai istana dan memerintah seenaknya sebagai Amir Al Umara. Hal ini berlanjut sanpai khalifah Al Mustakfi bi Allah(944-946M)mengundang dan meminta bantuan pada Ahmad Ibn Abu Shuza yang beraliran Syiah dari dinasti Buwaih, kemudian Ahmad menyerang Baghdad(945 M)dan berhasil mengusir tahta Turki. Hal ini menjadi peluang bagi Ahmad untuk melemahkan kekuasaan khalifah. Dikemudian hari kekhalifahan berpindah ke dinasti dinasti diantaranya dinasti Buwaih(945-1055M) dan dinasti Saljuk (1055-1160M).
1.      Dinasti Buwaih(945-1053M)
Didirikan oleh 3 bersaudara yaitu Ali, Hasan dan Ahmad pada tahun 945-1005 M. mereka adalah keturunan Abu Shuja Buya(Buwaih)salah satu pemimpin sebuah suku Dailam di daerah pegunungan di pesisir utara laut Kaspia yang beraliran Syiah, sementara bani Abbas beraliran Sunni.
Adapun kebijakan yang diambil pada dinasti Buwaih adalah:
a.       Memindahkan kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad
b.      Muncul dan berkembangnya ilmuwan besar diantaranya:
·         Al Faraby(w. 950 M)
·         Ibnu Sina(980-1037 M)
·         AL Farghani, Abd Al Rahman Al Shufi(w. 986 M)
·         Ibnu Maskawaih(w. 1030M)
·         Abu Al A’la Al Ma’arri(973-1057M)
·         Kelompok Ikhwan Al Shafa
c.       Pembangunan kanal kanal, masjid, dan rumah sakit dsb
d.      Kemajuan di bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan dan industri terutama permadani.
Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama, sepeninggal 3 bersaudara tersebut terjadi perebutan kekuasaan diantara anak anak mereka.
Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Buwaih:
1.      Faktor internal
a.       Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani buwaih
b.      Pertentangan dalam tubuh militer antara golongan dari Dailan dan keturunan Turki.
2.      Faktor eksternal
a.       Semakin gencarnya serangan Byzantium ke dunia islam
b.      Semakin banyaknya dinasti dinasti kecil yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad.


2.      Dinasti Saljuk
                        Latar belakang munculya dinasti ini adalah perebutan kekuasaan diantara Al Malik Al Rahim dari Bani Buwaih  yang dirampas oleh panglimanya Arsehan Al Basasiri. Dengan kekuasaannya dia bertindak sewenang  wenang terhadap Al Malik dan Al Qaim dari bani Abbas, kemudian dia mengundang khalifah dinasti Fathimiyah(Al Munthashir)untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong Al Malik untuk meminta bantuan Tughril Bek dari Dinasti Saljuk untuk memasuki Baghdad dalam usaha untuk menggagalkan rencana Arsehan.Al Malik dipenjarakan dan berakhirlah kekuasaan bani Buwaih kemudian dimulailah kekuasaan bani Saljuk.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di Turkhistan.
Adapun kebijakan kebijakan yang diambil Tughril Bek:
1.    Memusatkan pemerintahan di Naisabur dan Ray.
2.  Melakukan penaklukan kembali dinasti yang memisahkan diri dan mengakui kedudukan Baghdad.
3.    Membendung ajaran Syiah dan mengembalikan ajaran Sunni.
4.  Melakukan perbaikan pemerintahan, berupa mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya di hapus bani Buwaih.
5.    Berkembangannya ilmu pengetahuan diantaranya:
      Berdirinya Universitas Nizhamiyah(1065 M)
      Berdirinya Madrasah Hanafiyah di Baghdad
6.    Adanya tokoh ilmuan diantaranya:
      Al Zamaksyan(tafsir, bahasa dan teologi)
      Al Qusyaini(Tafsir)
      Abu Hamid Al Ghazali(Teologi)
      Al Farid Al Diin Al Attar dan Umar Khayyam(Sastra)
7.    Pembangunan masjid, jembatan, jalan raya  dan irigasi(khalifah malik syah)
8.    Melakukan perluasan wilayah dari Kasygon sampai Yerussalem.wilayah luas dibagi 5 bagian:
      Saljuk besar(429-522H/1037-1127M) menguasai Khurazan, Ray, Jabal, Irak, Persia dan Aharas. Merupakan induk dari yang lain. Jumlah syeikh 8 orang
      Saljuk Kirman(433-583H/1040-1187M) di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek Ibn Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh yang memerintah 12 orang
    Saljuk Iran dan Khurdistan(511-590/1117-1194M), pemimpin pertamanya adalah Mughirst Al Din Mahmud. Saljuk ini berturut turut diperintah oleh 9 syeikh
      Saljuk Syiria(487-511H/1094-1117M) diprintah oleh  keluarga Tutush Ibn Alp Arsehan Inb Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh yang memerintah 5 orang
      Saljuk Ruum(470-700H/1077-1299M) diperintah oleh keluarga Qutlumish Ibn Isrel Ibn Saljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah 17 orang.
Adapun kholifah sepeninggal Tughril Beik adalah sebagai berikut:
a.       Alp Arsehan(455-465h/1063-1072m)
b.      Maliksyah(465-485H/1072-1092M)
c.       Mahmud(485 487H/1092-1092M)
d.      Barkiyruq(487-498H/1094-1103M)
e.       Maliksyah II(498H/1103M)
f.       Abu Syuja’ Muhammad(498-511H/1103-1117M)
g.      Abu Haris Sanjar(511-522H/1117-1128M)
Setelah Sultan Malik Syah dan perdana menterinya Nizam Al Mulk meninggal saljuk mengalami kemunduran dikarenakan perebutan kekuasaan oleh keluarga, sehingga banyak dinasti yang memisahkan diri darinya.
Dapat disimpulkan bahmwa perebutn kekuasaan di pust pemerintahan bani Abbas sangat lemah sehingga dapat dengan mudahnya dikuasai oleh dinasti dinasti, terutama Dinasti Buwaih dan Saljuk yang sukup lama berkuasa.
4.      Perang salib
Sebab sebab terjadinya perang salib adalah:
a.       Kebencian dan keinginan balas dendam atas kekalahan dalam peristiwa manzikart(464H/1071M) yaitu tentara Alp Arsehan yang berkekuatan 15.000 prajurit dapat mengalahkan tentara romawi sejumlah 200.000 prajurit.
b.      Penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan terkait dengan ziarah ke baitul maqdis yang dirasa terlalu memberatkan umat kristen
Dari sebab tersebut maka Paus Urbanus II berseru pada umat kristen untuk melakukan perang suci atau yang bisa di sebut perang salib yang terbagi menjadi 3 periode.
                        Perang salib membawa dampak yang cukup buruk bagi perkembangan pengetahuan dalam islam. Buku buku yang diterbitkan oleh orang islamsebagian besar  dibawa orang orang kristen untuk diterjemahkan(di adopsi) dan sebagian kecilnya dibakar.
                        Dapat diambil kesimpulan bahwa perang salib adalah perang suci antara kaum muslimin dan kaum kristen. Yang terbagi dalam 3 periode:
      Periode Pertama(1095M)
      Periode Kedua(1144M)
      Periode Ketiga(1219M)

5.      Sebab Sebab Kemunduran Bani Abbasiyah
a.       Faktor internal kemunduran bani abbasiyah:
1.      Persaingan an antar bangsa
Khilafah abbasiyah didirikan oleh keluarga Abbas yang turut digabungi oleh orang orang Persia yang pada mulanya dilatar belakangi oleh persamaan derajat pada masa Bani Umayyah. Setelah diproklamirkannya dinasti Abbasiyyah terjadi pertentangan diantaranya:
a.        bahwasanya orang Arab yang memiliki ras istimewa dan menganggap non arab sebagai bangsa yang lemah, sedangkan orang Persia menganggap dirinya adalah yang berhaak memegang kekuasaan.
b.      Adanya fanatisme kebangsaan karena perluasan wilayah abbasiyah yang mencapai Maroko, Irak, Syiria, Persia, Turki, dan India(Fanatisme Syu’ubiyyah)
c.       Praktik perbudakan yang dilakukan bani Abbas terhadap budak budak persia dan turki. Oleh karena merasa jumlah mereka yang besar mereka mersasa  bahwa negara adalah milik mereka.
d.      Kecenderungan masing masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan.
2.      Kemerosotan ekonomi
Disebabkan oleh:
a.       banyaknya wilayah yang memisahkan diri dan tidak membayar upeti
b.      banyaknya kerusuhan yang mengganngu perekonomin masyarakat
c.       diperingannya pajak
d.      pengeluaran membengkak karena kehidupan khalifah yang mewah dan maraknya korupsi.
3.      konflik keagamaan
yaitu terjadinya pertentangan antara:
a.       kaum muslim dan kaum zindiq yang juga menimbulkan konflik bersenjata
b.      antar aliran dalam islam, Mu’tazilah  dan kaum Salaf  dalam hal bid’ah
faktor eksternal kemunduran bani abbasiyah:
a.       serangan bangsa Mongol ke Baghdad
b.      perang salib yang berlangsung beberapa periode yang menelan banyak korban jiwa selaligus merusak peradaban islam
dapat disimpulkan faktor faktor yang menyebakan kemunduran bani Abbasiyah adalah:

a.       faktor internal
      persaingan antar bangsa
      kemerosotan ekonomi
      konflik keagamaan
b.      faktor eksternal
      serangan tentara mongol
      adanya perang salib


C. Islam pada Abad Modern (1250-1800 M)
Islam pada periode modern (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam dua fase penting: (1) Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentimen mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis (antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.Sementara perhatian terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800).Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya (klasik) setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia.Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama bertahan adalah kerajaan Usmani.
A.              Kerajaan Usmani
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun 1300 M (699 H).Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa.Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara.
Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang kuat terutama dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya kebudayaan Persia,Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah             sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama yang menjadi hukum yang berlaku.
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1.    Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1)      Masuk Islam
2)      Membayar Jizyah; atau
3)      Berperang
2.    Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3.    Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4.    Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
5.    Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
6.    Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7.    Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1)   Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
2)   Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
3)   Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1.      Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2.      Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3.      Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4.      Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5.      Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1.      Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2.      Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3.      Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4.      Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Lebih jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel dibawah ini :
No.
Nama Khilafah
Tahun Pengangkatan  (Masehi)
1
Utsman I
1281
2
Orhan
1324
3
Murad I
1306
4
Bayazid I
1389

Peralihan Kekuasaan
1402
5
Muhammad I
1413
6
Murad II
1421
7
Muhammad II
1444
8
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
1446
9
Muhammad II (menjabat ketiga kalinya)
1451
10
Bayazid II
1481
11
Saim I
1512
12
Sulaiman I
1520
13
Salim II
1566
14
Murad III
1574
15
Muhammad III
1594
16
Ahmad I
1603
17
Musthofa I
1617
18
Utsman II
1618
19
Musthofa I (menjabat kedua kalinya)
1622
20
Murad IV
1623
21
Ibrahim
1640
22
Muhammad IV
1648
23
Sulaiman II
1678
24
Ahmad II
1691
25
Musthofa II
1695
26
Ahmad III
1703
27
Mahmud I
1730
28
Utsman III
1754
29
Musthofa III
1757
30
Abdul Hamid I
1774
31
Salim III
1789
32
Musthofa IV
1807
33
Mahmud II
1808
34
Abdul Majid I
1839
35
Abdul Aziz
1861
36
Murad V
1876
37
Abdul Hamid II
1876
38
Muhammad Rasyid V
1909
39
Muhammad Wahid al-Din
1918
40
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah)
1914



D. Islam pada Masa Post Modern (1800 – Sekarang)
A.  RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
a)    Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih
b)   Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan menjadi :
1.      Faktor internal
a)      Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
b)      Heterogenitas penduduk dan agama.
c)      Kehidupan istimewa yang bermegahan.
d)     Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
2.      Faktor Eksternal
a)      Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
b)      Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Periode modern ini dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat Islam.Kekalahan demi kakalahan terutama ketika runtuhnya Kerajaan Utsmani tampaknya mulai menyadarkan dunia Islambahwa dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi yang takkan mungkin terlawan dengan mengandalkan kekuatan di berbagai aspeknya yang berada dalam keadaan lemah ketika itu.Dari sinilah muncul ide-ide pembaharuan yang bermaksud merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi ekspansi militer, politik imperialis, dan juga peradaban kolonial Barat yang semakin passif.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Perkembangan peradaban sejarahIslam pada abad pertengahan ini dilakukan melalui tiga jalan yang dilalui untuk memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga jalan tersebut adalah Jalan Barat , Jalan Tengah , Jalan Timur. Perkembangan Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan fase kemunduran. Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya setelah berkembangnya kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki.Ada beberapa sektor penting yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di abad pertengahan.diantaranya bidang Politik, bidang Ekonomi Sosial, bidang Kebudayaan, bidang Pendidikan.
B. Saran
6.          Kita dapat meneladani sikap intelektual dan semangat keislaman para  Khalifah
7.          Kita dapat mengambil berbagai tauladan dari para Khalifah
8.          Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan Islam atau dijadikan pandangan hidup dalam kegiatan sehari –hari
9.           Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan sehari-hari meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment