BAB
I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang penuh
dengan keberagaman. Didalamnya banyak terdapat berbagai suku bangsa yang
hidupnya disatukan oleh laut indonesia. Selain suku bangsa juga terdapat
berbagai keberagaman lainnya mulai dari aspek sosial, pendidikan, ekonomi,
agama, dan bahkan politik.Dalam hal tersebut pastinya terdapat bebagai karakter
– karakter yang berbeda dari setiap warga negaranya yang membuat kehidupan
menjadi sangat beragam.Dari mulai ketika kita berada dirumah, disekolah, ditempat
kerja, dipasar, dan tempat ibadah.Namun apakah yang membuat karakter – karakter
itu terbentuk dan bisa membuat suatu perubahan bahkan revolusi dari suatu
negara. Menyatukan semua unsur kehidupan menjadi satu an membuat perubahan yang
sangat signifikandalam tatanan kehidupan di masyarakat. Hal tersebut adalah
etika, akhlak dan moral. Dalam hal ini kita akan menjelaskan dari mulai
permasalahan – permasalaan yang ada berkaitan dengan akhlak, moral , serta
etika. Kemudian bagaimana cara kita menyelesasaikan dan menghadapinya. Terakhir
bagaimana juga caranya untuk menyatukan antara ketiga unsur tersebut menjadi
sebuah karakter yang akan kita bahas dalam penutupan.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Akhlak
Beberapa
permasalahan yang akan dibahas berkaitan dengan akhlak diantaranya :
1.
Pengertian
Akhlak
2.
Tujuan
dari Akhlak
3.
Faktor
– faktor pembentuk akhlak
4.
Cakupan
dan lingkup ajaran akhlak
5.
Sumber
dan model akhlak
6.
Sifat
– sifat seorang muslim dalam berakhlak
7.
Bagaimana
cara memperbaiki akhlak yang rusak.
2.2 Moral
Beberapa permasalahan yang akan
dibahas didalam moral diantaranya :
1.
Apakahpengertiandari moral?
2.
Apakah perbedaan etika, akhlak, dan
moral?
3.
Apakahpersamaanetika, akhlak, dan moral?
4.
Bagaimanahubunganantaraetika, akhlak, dan
moral?
5.
Apasajamacam-macam moral?
2.3 Etika
Beberapa
yang akan dibahas dalam etika diantaranya :
1. Pengertian Etika
2. Macam – macam etika
3. Karaktristik Etika dalam Islam
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Akhlak
Akhlak
merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat, yang
menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah Swt. Persoalan
akhlak merupakan persoalan yang penting bagi kaum muslim, sebagai pribadi dalam
keluarga, sebagai individu dalam masyarakat, sebagai muslim di tengah umat,
sebagai umat di tengah interaksinya dengan bangsa dan peradaban di dunia.
Satu demi satu, manusia mengalami proses
rekontruksi visi dan pandangan hidup mereka tentang diri mereka sendiri sebagai
manusia, tentang alam raya yang mengintari mereka, dan tentang visi kehidupan
mereka di dunia. Hal itu merupakan awal dari perubahan kepribadian mereka.
Dalam kehidupannya, manusia memberikan
penilaian terhadap beberapa perilaku manusia lainnya, bahwa perbuatan ini baik,
perbuatan itu buruk, tindakan ini benar atau tindakan itu salah.Sering kali
menentukan baik dan buruknya itu didasarkan pada perasaan dan ukuran-ukuran
yang ditetapkan sendiri.Bahkan sering didasarkan pada kepentingan-kepentingan
dan tujuan-tujuan yang dikehendakinya sendiri.
Untuk itulah dalam meniti dan menata
kehidupan, diperlukan norma dan nilai, diperlukan standar dan ukuran untuk
menentukan secara obyektif apakah perbuatan dan tindakan yang dipilih itu baik
atau tidak, benar atau salah, sehingga yang dilihat bukan hanya kepentingan
diri sendiri, melainkan juga kepentingan orang lain, kepentingan bersama,
kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Dan untuk itu setiap individu
dituntut memiliki komitmen moral, yaitu spiritual pada norma kebajikan dan
kebaikan (Aliya, 1992).
3.1.1
Pengertian Akhlak
a) Jati diri, karakter yang menyertai manusia dimana pun ia berada.
b) Salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan.
c) Lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat, karena
menentukan eksitensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT.
Dapat disimpulkan
bahwa akhlak adalah ajaran yang menyangkut masalah-masalah kehidupan yang
berkaitandengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar
salahnya suatu perbuatan lahir maupun perbuatan batin, baik perbuatan yang
hanya menyangkut diri pribadi atau yang berkaitan dengan orang lain atau dengan
alam. Akhlak Rasulullah merupakan akhlak islami yang merupakan refleksi
nilai-nilai islami yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan
Allah SWT.Akhlak islami merupakan nilai-nilai terpuji karena nilai-nilai islami
adalah nilai-nilai fitrah insani yang bersih dan lurus.
3.1.2
Tujuan Akhlak
Akhlak merupakan dimensi ketiga dari ajaran islam
setelah aqidah dan syariah.Akhlak menyangkut masalah-masalah kehidupan yang
berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruknya suatu
perbuatan.Perbuatan itu dapat berupa perbuatan lahir maupun perbuatan batin
yang hanya menyangkut diri pribadi ataupun orang lain atau dengan alam. Akhlak
juga berkaitan dengan ajaran bagaimana seseoarang bertindak sehingga ia dapat
mengukur dan diukur moralitasnya. Dengan ajaran akhlak, manusia baik sebagai
individu maupun kelompok dibersihkan jiwannya, ditingkatkan derajat moral
kemanusiaannya,dan dijauhkan dari kecenderungan untuk melakukan tindakan yang
mungkin dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
3.1.3
Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak
Akhlak terbentuk
oleh empat faktor, yaitu :
a. Faktor genetik. Sebagai contoh seseorang yang berasal dari
daerahyang panas cenderung berbicara “keras”.
b. Faktor psikologis. Faktor ini berasal dari nilai-nilai keluarga
(misal bapak dan ibu) tempat seseorang berkembang sejak lahir.
c. Faktor sosial. Faktor lingkungan tempat seseorang tinggal akan
berpengaruh juga terhadap pembentukan akhlak seseorang.
d. Faktor nilai islami. Akhlak islami adalah seperangkat tindakan /
gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai islam yang
diyakinidengan motifasisemmata-mata mencari keridhoan Allah SWT.
3.1.4
Cakupan dan Lingkup
Ajaran Akhlak
Akhlak sebagai ajaran tentang moral dan islam mencangkup dimensi
yang meliputi seluruh aspek hubungan yang terjalin pada manusia. Diantaranya :
a. Akhlak terhadap Allah, yaitu ditunjukan untuk membina hubungan yang
akrab dengan Allah SWT sebagai pencipta dan penentu segala sesuatu, sehingga
Allah dirasakan hadir dalam gerak dan langkahnya.
b. Akhlak padadiri sendiri, yaitu ditunjukan untuk membersihkan dan
menjernihkan jiwa juga perasaan sehingga ia memperoleh ketentraman dan
ketenangan dalam menghadapi berbagai problema kehidupan serta memelihara
eksitensinya sendiri. Seperti sabar, tawakal,iffah (menjaga diri),syukur, tidak
boros, rendah hatidan sebagainya.
c. Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu ditunjukan pada penciptaan
kondisi dan lingkungan sosial yang harmonis, penuh kedamaian sehingga kondusif
bagi perkembangan individu. Seperti :
1) Akhlak terhadap orang tua seperti hormat pada orang tua.
2) Akhlak terhadap tetangga seperti tidakmengganggu dengan perkataan
maupun perbuatan.
3) Akhlak terhadap masyarakat lainnya seperti tenggang rasa, tolong
menolong, pemaaf, dermawan, rasa bersaudara, adil, jujur dan sebagainya.
4) Akhlak terhadap pemimpin seperti taat, hormat, percaya.
5) Akhlak terhadap yang dipimpin seperti adil,musyawarah, ramah (kasih
sayang), lembut, menahan marah, tidak otoriter, adil dan sebagainya.
6) Akhlak terhadap guru seperti hormat, taat, menghargai, tidak
mencemooh dan sebagainya.
d. Akhlak terhadap lingkungan alamditunjukan agar lingkungan hidup terpelihara,
tidak rusak dan tetap lestari sehingga alam terus menerus memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia itu sendiri atau manusia di masa depan. Misalnya mengonsumsi
sekedar keperluan dan tidak mengambil secara berlebihan,memanfaatkan apa yang
dapat dimanfaatkan dan sebagainya.
3.1.5
Sumber dan Model Akhlak
a. Sumber Akhlak Islami
1) Al-Quran yang merupakan firman Allah SWT yang kebenarannya tidak diragukan
dan diperbantah lagi.
2) As-Sunah yang tertuang dalam hadis-hadis sebagai keterangan dan
penjabaran serta petunjuk dari apa yang dimaksud dalam Al-Quran.
3) Perundang-undangan , selama hal itu baik bagi kehidupan manusia.
4) Adat istiadat masyarakat.
b. Model Akhlak Islami
Nabi Muhamad SAW
adalah model akhlak dalammelaksanakan akhlak islami yaitu:
1. Akhlak Qurani
2. Akhlak manusia terbaik
“Sesungguhnya engkau
(wahai Muhamad) memiliki akhlak (moral) yang tinggi “ (QS Al Qalam[68] : 4)
3.1.6
Sifat – Sifat
Seorang Muslim dalam Berakhlak
a)
Menjauhi
perkara-perkara yang su’bat (samar)
“Seorang hamba (manusia) tidakmencapai derajat
orang-orang yang bertaqwa kecuali apabila kamu meninggalakan sesuatu yang tidak
bermasalah (tidak berbahaya) agar terhindar dari perkara yang bermasalah
(bahaya).
b) Menjaga pandangan, yaitu menjaga pandangan sehingga tidak melihat
perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah SWT
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,
‘hendaklah mereka menahan pandangannya....” (QS. An-Nur :30)
c) Menjaga ucapan, yaitu menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak
bermanfaat dan kotor seperti ghibah atau menggunjing.
“Bukankah banyak dari manusia yang tersungkur
di dalam neraka hanya karena akibat dari ulah lidahnya”.(HR. Tirmidzi)
d) Malu, yaitu senantiasa memiliki rasa malu dalam setiap kondisi,
tetapi tidak menghalangi keberanian untuk menyatakan kebenaran.
e) Lapang Dada dan Sabar, alangkah indahnya kehidupan seorang muslim
ketika ia mendapat nikmat bersyukur dan ketika mendapat cobaan bersabar.
f) Jujur, Seorang muslim harus selalu berkata benar tanpa merasa takut
terhadap ancaman orang lain,selama itu tulus dilakukan untuk Allah SWT.
g) Rendah hati (tawadhu)
“Tidak akan masuk syurga, orang yang pada
hatinya tersimpan kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah,” (HR. Muslim)
h) Menghindarkan prasangka buruk, ghibah, dan tidak mencari-cari
kesalahan (QS. Al-Huzurat : 12)
i)
Murah hati dan
Dermawan, seorang muslim harus murah hati, dermawan, dan mau mengorbankan diri
dan hartanya dijalan Allah SWT(QS. Al-Baqarah : 3)
j)
Menjadi teladan yang
baik bagi orang lain.
3.1.7
Bagaimana
Memperbaiki Akhlak yang Buruk?
Berikut ini enam kiat memperbaiki akhlak dari buku Mukhtashar
Minhajul Qashidin karya Imam Ibnu Qudamah:
1. Kiat Pertama
Akhlak yang baik
bisa didapatkan lewat pergaulan dengan orang-orang yang baik.Sebab tabiat itu
bisa diibaratkan pencuri, yang bisa mencuri kebaikan dan keburukan.Hal ini
dikuatkan dengan sabda Rasulullah Saw., “Seseorang itu berada pada agama teman
karibnya.Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi
temannya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad).
2. Kiat Kedua
Memperhatikan sebab-sebab yang mendatangkan
keutamaan berpengaruh terhadap jiwa serta dalam merubah tabiatnya, sebagaimana
bermalas-malasan yang kemudian menjadi kebiasaan, hingga tidak ada kebaikan
yang didapatkan.
3. Kiat Ketiga
Terkadang akhlak yang baik itu terwujud karena mencari, yang
dilakukan dengan latihan, yaitu dengan membawa jiwa kepada amal-amal yang bisa
mendatangkan sifat yang dimaksudkan.Siapa yang ingin memiliki sifat dermawan dan
murah hati, maka dia harus memaksa dirinya untuk berkorban, agar dia terbiasa
dengannya.Siapa yang ingin memiliki sifat tawadhu, maka dia harus memaksa
dirinya bersikap seperti orang yang tawadhu.Begitu pula halnya dengan
sifat-sifat terpuji lainnya. Kebiasaan untuk itu akan membawa pengaruh yang
sangat besar, sebagaimana orang yang ingin menjadi penulis, maka dia harus
melatih dirinya dalam tulis-menulis. Jika ingin menjadi ahli fiqih, harus rajin
berbuat seperti yang diperbuat para ahli fiqih, hingga di dalam hatinya
tertanam sifat orang yang mendalami dan memahami ilmu.Tapi harus diingat, dia
tidak bisa mendapatkan pengaruh dari latihan itu dalam tempo sehari dua hari.
Pengaruhnya akan tampak setelah sekian lama, sebagaimana tinggi badan yang
tidak bisa diperoleh hanya dengan latihan dalam tempo sehari dua hari. Tetapi
latihan secara kontinu akan membawa pengaruh yang besar.
4. Kiat Keempat
Yang sangat
diperlukan orang yang melatih jiwanya sendiri adalah kekuatan hasrat. Selagi
dia maju mundur, tentu dia tidak akan berhasil. Selagi merasa hasratnya
melemah, maka dia harus bersabar.Jika hasratnya semakin merosot, maka dia harus
menghukumnya agar tidak terulang, seperti kata seseorang kepada dirinya
sendiri, “Mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak perlu?Akan kuhukum
jiwamu dengan puasa.”
5. Kiat Kelima
Suatu penyakit yang
membuat badan kesakitan, harus diobati dengan kebalikannya. Jika badan terasa
panas, maka harus diobati dengan yang dingin. Jika badan kedinginan harus
diobati dengan yang panas.Bagitu akhlak-akhlak yang hina, yang termasuk
penyakit hati, harus diobati dengan kebalikannya.Penyakit kebodohan harus
diobati dengan ilmu, penyakit kikir harus diobati dengan kedermawanan, penyakit
takabur harus diobati dengan tawadhu, penyakit rakus harus diobati dengan
menghentikan hal-hal yang menggugah nafsunya.
Yang perlu dicatat,
seseorang harus bisa menahan diri merasakan pahitnya obat dan bersabar menahan
diri dari hal-hal yang diinginkannya, demi pemulihan badannya yang sedang
sakit.Begitu pula kesabaran dalam berusaha mengobari penyakit hati, yang justru
inilah yang lebih penting.Sebab penyakit badan bisa lepas karena kematian,
tetapi penyakit hati bisa berlanjut dengan siksa yang abadi setelah kematian.
6. Kiat Keenam
Jalan pertengahan
dalam akhlak merupakan tanda kesehatan jiwa.Beralih dari jalan pertengahan ini
merupakan tanda penyakit.Perumpamaan pengobatan jiwa itu seperti pengobatan
badan.Sebagaimana badan yang tidak diciptakan dalam keadaan sempurna, yang bisa
dibuat sempurna dengan latihan dan makanan, begitu pula jiwa yang diciptakan
dalam keadaan kurang, namun bisa dibuat sempurna, yaitu dengan pensucian dan
membimbing akhlak serta menyuapinya dengan ilmu.
3.2Moral
3.2.1
Pengertian Moral
Kata moral
berasal dari bahasa Latin "mores", jamak kata mos, yang berarti adat
kebiasaan.Perkataan moral berasal dari bahasa Latin "Mores".Mores
berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.Moral
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah,
baik, atau buruk.Dengan demikian moral dapat diartikan sebagai ajaran
kesusilaan.
Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia dari W.J.S. Poerwadarminto terdapat keterangan bahwa
moral adalah ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan, sedangkan etika
adalah ilmu pengetahuan asas-asas akhlak (moral).
3.2.2
Perbedaan Etika, Akhlak, dan Moral
Akhlak
merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah.Nilai-nilai yang
menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan,
sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran
Allah.
Sementara itu,
etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan
tentang baik dan buruk.Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan
renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati
nurani.Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang
menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.Namun demikian dalam beberapa hal
antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan
etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang
digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat), sedangkan
dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat.
Mengenai
istilah akhlak, etika dan moral dapat dilihat perbedaannya dari objeknya,
dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan dan sesama manusia,
sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama
manusia saja.Maka istilah akhlak sifatnya teosentris, meskipun akhlak itu ada
yang tertuju kepada manusia dan makhluk-makhluk lain, namun tujuan utamanya
karena Allah swt.Tetapi istilah etika dan moral semata-mata sasaran dan
tujuannya untuk manusia saja.Karena itu, istilah tersebut bersifat
antroposentris (kemanusiaan saja).
3.2.3
Persamaan Etika, Akhlak, dan Moral
Ada beberapa
persamaan antara akhlak, etika, dan moral
yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
a.
Pertama: akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau
gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
b.
Kedua: akhlak, etika, moral
merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan
harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral
seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas
kemanusiaannya.
c.
Ketiga: akhlak, etika, moral
seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor
keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi
positif yang dimiliki setiap orang.
Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut
diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan,
mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus menerus,
berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
3.2.4
Hubungan Etika, Akhlak, dan Moral
Hubungan
antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan ini bisa kita lihat
dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya,
benar dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan mempunyai kaitan yang sangat erat, di mana wahyu, akal dan adat adalah sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai.Terlebih lagi akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu sendiri. Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution, yang dikutip ulang oleh Abuddin Nata, yaitu :
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan mempunyai kaitan yang sangat erat, di mana wahyu, akal dan adat adalah sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai.Terlebih lagi akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu sendiri. Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution, yang dikutip ulang oleh Abuddin Nata, yaitu :
اَلدِّÙŠْـنُ Ù‡ُÙˆَ الْعَـقْÙ„ُ لاَ دِÙŠْـنَ Ù„ِـمَÙ†ْ لاَ عَـقْÙ„َ Ù„َـــهُ
Artinya:
“Agama itu adalah penggunaan akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak
berakal.”
3.2.5
Macam-Macam Moral
a) Moral keagamaan
merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.
b)
Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran
agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata.
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a)
Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai
suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati
nurani.
b)
Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai
ajaran filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.
3.3Etika
3.3.1
Pengertian Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz
akhlak (moral).Etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,baik secara pribadi maupun
kelompok. Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu
ajaran. Pada dasarnya etika dan moralitas sama-sam memberi orientasi bagaimana
dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas
langsung mengatakan “inilah caranya harus melangkah”, Sedangkan etika justru
mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan cara ini dan mengapa harus dengan
cara ini.”
3.3.2
Macam-Macam Etika
Etika secara
umum dapat dibagi menjadi 2 kategori :
1. Etika umum
Kondisi
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan bagaimana manusia bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan
prinsip-prinsip moral dasar.Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu
pengetahuan yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.Etika umum
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik
buruknya suatu tindakan.
2. Etika khusus
Etika
khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidangkehidupan
yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah
cara, teori dan prinsip moral dasar.”
1) Etika individual
Etika individual menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
2) Etika social
Etika sosial berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia.
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, ada 2 macam
etika :
1. Etika Deskriptif
Etika
deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola
prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
konkrit yang membudaya.
2. Etika Normatif
Tingkah
laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk
bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya
adalah etika deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang perilaku dan sikap yang mau
diambil, sedangkan etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang diputuskan.
Menurut
buku yang berjudul 7 habith of highly efective people etika terbagi menjadi dua
macam yaitu :
1) Etika Karakter
Yaitu sebagai dasar dari
keberhasilan-hal hal seperti integritas , kerendahan hati, kesetiaan,
pembatasan diri keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan
kesopanan dan hukum utama ( berbuatlah kepada orang lain seperti yang kamu
kehendaki mereka berbuat padamu).
2) Etika kepribadi fungsi kepribadian,
citra masyarakat, sikap dan perilaku, keterampilan dan tknik, yang melicinkan
proses interaksi manusia. Etika kepribadian ini pada dasarnya mengambil dua
jalan : satu adalah tekik hubungan manusia dan masyarakat, dan yang satu lagi
adalah sikap mental positif ( SMP ).Etika Kepribadian yang mana keberhasilan lebih merupakan suatu
3.3.3
Karakteristik Etika dalam Islam
Etika
dalam Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Etika Islam
mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan
diri dari tingkah laku yang buruk.
2. Etika Islam
menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan
seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits yang shohih.
3. Etika Islam bersifat
universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh
umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada.
Etika Islam mengatur
dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta
meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dapat disimpulkan
bahwa akhlak adalah ajaran yang menyangkut masalah-masalah kehidupan yang
berkaitandengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar
salahnya suatu perbuatan lahir maupun perbuatan batin, baik perbuatan yang
hanya menyangkut diri pribadi atau yang berkaitan dengan orang lain, serta dengan
alam.Moral adalah
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, atau
buruk.Sedangkan etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral
yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,baik
secara pribadi maupun kelompok.
Mengenai istilah akhlak, etika, dan moral dapat dilihat
perbedaannya dari objeknya, dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap
Tuhan dan sesama manusia, sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan
perbuatan terhadap sesama manusia saja.Maka istilah akhlak sifatnya teosentris,
meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan makhluk-makhluk lain,
namun tujuan utamanya karena Allah swt.Tetapi istilah etika dan moral
semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja.Karena itu, istilah
tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan saja).
Hubungan antara akhlak
dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan ini bisa kita lihat dari segi
fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar
dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur,
aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.Dari uraian di atas,
dapat dikatakan bahwa antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan
kesopanan mempunyai kaitan yang sangat erat, di mana wahyu, akal dan adat
adalah sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai.Terlebih
lagi akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu sendiri.
4.2
Saran
Dalam kehidupan ini hendaknya seseorang harus memiliki akhlak, moral, dan
etika yang sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan agar tercipta tatanan
masyarakat yang beradap.Adapun penerapan akhlak, moral, dan etika harus di
tanamkan sejak dini.Penanaman sejak dini diharapkan mampu mencetak generasi
bangsa yang diharapkan oleh semua masyarakat.Penerapan ketiga hal tersebut
dapat dilakukan di lingkup formal maupun informal.Sedangkan
bagi mereka yang telah menginjak remaja, akhlak, moral, dan etika mencerminkan
kepribadian diri dari seseorang tersebut.Sehingga apabila akhlak, moral, dan
etikanya baik maka orang lain akan dipandang baik dan akan dihargai di
kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H.1998. Pendidikan
Agama Islam.Jakarta:Rajawali Pers.
DaribukuMukhtasharMinhajulQashidinkaryaImamIbnuQudamah.
#sumber :https://www.academia.edu/28992734/MAKALAH_AGAMA_AKHLAK_MORAL_DAN_ETIKA
0 komentar:
Post a Comment