MAKALAH RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

MAKALAH RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM
BAB I
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini, keadaan umat Islam yang ada di seluruh dunia cenderung berada dalam keadaan yang memperihatinkan. Di setiap negara yang mayoritas penduduknya beragama islam , masalah itu muncul secara terus menerus. Mulai dari merosotnya nilai-nilai agama islam seiring dengan sering terjadinya pelanggaran — pelanggaran terhadap kaidah islam. Di daerah Timur Tengah , negara-negara muslim bergejolak mengenai politik yang ada di negaranya, yang banyak menimbulkan konflik antar warga negaranya. Sementara di negara yang paling banyak penduduk musslimnya di dunia , yaitu di Indonesia, masalah itu muncul seiring merosotnya moralitas dari warga negaranya. Mereka tidak malu melakukan sesuatu walaupun melanggar nilai moral, hukum maupun agama. Masuknya pengaruh dari hal-hal negatif dari dunia barat merupakan sebabnya. Itu semua menunjukkan telah terjadinya kemerosotan akidah yang di miliki umat islam, yang diperlukan untuk menjalankan hidup ini selalu di jalan yang benar.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, kami dapat merumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut ;
Apa pengertian akidah, akhlak dan Syari’ah dalam Ruang lingkup ajaran islam?
Seberapa pentingkah akidah ,akhlak dan Syari’ah bagi ummat Islam ?
Mengapa kita perlu terus mempelajari akidah , akhlah dan Syari’ah ?
1.3 Tujuan
Memberikan penjelasan dan pengertian Ruang lingkup ajaran islam tentang ilmu pengetahuan akidah dan akhlak Islam dan Syari’ah
Memberikan pemahan betapa pentingya akidah, akhlak dan Syari’ah Islam
Dengan adanya tambahan pengetahuan mengenai akidah ,akhlak Syari’ah Islam diharapkan kita dapat menjalankan hidup ini lebih baik lagi dan sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan oleh Allah swt. Dan bisa memperkuat keimanan kita dalm menghadapi masalah-masalah yang muncul di kehidupan ini
BAB II
A. Aqidah
Pendidikan aqidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki aqidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah SWT. Ayat-ayat yang terawal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW di Makkah menjurus kepada pembinaan aqidah.
Dengan asas pendidikan dan penghayatan aqidah yang kuat dan jelas maka nabi Muhammad SAW telah berjaya melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia.
Bilal bin Rabah tidak tergoyah imannya walaupun disiksa dan di tindih dengan batu besar di tengah padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan jelas bahawa pendidikan aqidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar mereka dapat mempertahan iman dan agama Islam lebih-lebih lagi di zaman globalisasi yang penuh dengan cabaan dalam segenap penjuru terutamanya internet dan teknologi maklumat yang berkembang dengan begitu pesat sekali
1. Pengertian Aqidah
Perkataan aqidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu ‘aqada’ yang berarti ikatan atau simpulan. Perkataan ini juga digunakan pada sesuatu yang maknawi seperti akad nikah dan akad jual beli. Dari ikatan atau simpulan yang maknawi ini maka lahirlah aqidah yaitu ikatan atau simpulan khusus dalam kepercayaan. Sementara dari segi istilah, aqidah bermaksud kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang sehingga tidak mungkin tercerai atau terurai.
Aqidah menurut istilah syara’ pula bermaksud kepercayaan atau keimanan kepada hakikat-hakikat atau nilai-nilai yang mutlak, yang tetap dan kekal, yang pasti dan hakiki, yang kudus dan suci seperti yang diwajibkan oleh syara” yaitu beriman Kepada Allah SWT, rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan perkara-perkaraghaibiyyat.
Sedangkan dasar dari aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Didalam Al-Qur’an banyak disebut pokok-pokok aqidah, yakni keimanan, maka aqidah disini identik dengan keimanan. Ayat Al-Qur’an yang memuat kandungan aqidah Islam, antara lain;
` 285. Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya dan rasul-rasul-Nya.(mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat. “(mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
Dalam sebuah hadis riwayat imam Muslim di sebutkan:
”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada qadar ketentuan baik dan buruk. ’(Al-Hadits).
Ditinjau dari sumbernya agama-agama yang dikenal manusia terdiri atas dua jenis agama yaitu:
a. Agama wahyu: yaitu agama yang diterima oleh akal manusia dari Allah melalui malaikat Jibril dan disebarkan oleh Rasul-Nya kepada manusia. Agama wahyu disebut pula sebagai agama samawi atau agama langit. Agama Islam termasuk agama wahyu, agama samawi atau agama langit.
b. Agama budaya: yaitu agama yang bersumber dari ajaran seorang manusia yang dipandang mempunyai pengetahuan mendalam tentang kehidupan. Agama budaya di sebut pula sebagai agama ardhi atau agama bumi. Contoh agama budaya dalam agama Budha yang merupakan ajaran Budha Gautama (Aminuddin dkk, 2005).
2. Tujuan Aqidah Islam
Tujuan aqidah Islam bagi setiap muslim adalah:
a. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir. Hal ini karena manusia adalah makhluk yang berketuhanan sejak ia dilahirkan.
b. Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntutan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan YME.
c. Menghindarkan diri dari pengaruh akal yang menyesatkan manusia. Manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal pikiran. Pendapat atau faham ini semata-mata didasarkan akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri.
d. Oleh karena itu, pikiran manusia perlu dibimbing oleh aqidah Islam, agar terhindar dari kehidupan yang sesat.
3. Keimanan
Dalam menjelaskan definisi aqidah ada disebut perkataan, kepercayaan atau keimanan. Hal Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada aqidah. Dari segi bahasa Iman berasal dari kata “amana-yu’ minu-imanan” yang berarti percaya. Menurut istilah, iman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan anggota badan (beramal).
Iman ialah perkataan orang Arab yang berarti percaya. Yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud: “Iman itu iyalah mengaku dengan lidah, membenarkan ia dengan hati dan beramal dengan anggota badan”.
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalanya. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat. Sebaliknya iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
4. Tingkatan-tingkatan Keimanan
Iman itu boleh bertambah dan berkurang malahan iman seseorang boleh dihinggapi penyakit. Ada iman senantiasa bertambah yaitu Iman kepara Nabi dan Rasul. Ada Iman yang tidak bertambah atau berkurang yaitu Iman para Malaikat. Ada Iman yang kadang-kadang bertambah dan ada ketikanya menurun yaitu Iman kebanyakan orang mukmin. Terdapat juga jenis Iman yang jarang-jarang bertambah tetapi banyak menurun yaitu Iman orang-orang yang fasik lagi jahat.
Iman terbahagi kepada lima peringkat:
a. Iman Taqlid, yaitu ikutan. Orang yang beriman secara taqlid beramal semata-mata mengikut orang lain. Iman jenis ini sangat berbahaya.
b. Iman Ilmu, yaitu Iman yang berdasarkan semata-mata kepada ilmu dan fikiran semata-mata dan ia tidak terpahat di dalam hati. Iman pada tahap ini juga terdedah kepada bahaya dan penyelewengan.
c. Iman Ayan, yaitu Iman yang dapat dihayati sehingga ke lubuk hati. Iman pada tahap ini dimiliki oleh orang-orang soleh. Seseorang yang beriman pada tahap ini amalannya bertolak dari hati yang ikhlas untuk mencari keredhaan Allah SWT. Iman kita juga sekurang-kurangnya berada pada tahap ini.
d. Iman Hak, yaitu Iman yang hakiki yang terlepas dari godaan nafsu dan syaitan. Iman pada tahap ini dimiliki oleh golongan muqarrabin.
e. Iman Hakikat, yaitu Iman peringkat yang paling tinggi yang boleh dicapai oleh manusia. Mereka yang memiliki Iman pada tahap ini hidup semata-mata untuk Allah SWT.
5. Rukun Iman
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam dikenali sebagai rukun-rukun Iman ialah enam perkara sebagaimana firman Allah SWT:
136 Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya ,rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Beriman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah artinya meyakini adanya Allah dengan sepenuh hati tanpa adanya keraguan sedikitpun, karena Dia-lah yang kita sembah, yang Esa, lagi Pencipta, yang pertama lagi permulaan, yang akhir tanpa penghabisan, pemilik keagungan dan kesempurnaan. Dia-lah Allah yang Esa sebagaiman firmannya:
قُلۡ هُوَ اللّٰہُ اَحَدٌ
اَللّٰہُ الصَّمَدُ
لَمۡ یَلِدۡۙ وَ لَمۡ یُوۡلَدۡ
وَ لَمۡ یَکُنۡ لَّهّ کُفُوًا اَحَدٌ
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia.”
a. Beriman kepada Allah SWT.
b. Beriman kepada Malaikat
c. Beriman Kepada Kitab-kitab-Nya
d. Iman Kepada Para Rasul
e. Iman Kepada Hari Akhir
f. Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah
B. Akhlak
Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani. Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti. Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak. Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah. Acuannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal.
1. Pengertian Akhlak
Secara Etimologi, ahklak adalah perkataan ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab yang jama’nya dari bentuk mufrad ‘Khuluqun’ yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan khalkun yang berarti kejadian, serta erat hubunganya ‘Khaliq’ yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkannya dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati atau disebut sadar.
2. Macam-macam akhlak terpuji
Akhlakul karimah (sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya, diantaranya adalah husnuzzan, gigih, berinisiatif, rela berkorban, tata karama terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal shaleh, sabar, tawakal, qona’ah, bijaksana, percaya diri, dan masih banyak lagi. Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive thinking. Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka buruk atau negative thinking. Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap terburu-buru bertindak kedalam situasi sulit, bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah, dan selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau demi seseorang. Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat dan tujuan yang baik. Tata karama terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya. Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu: kata al-adl dan al-idl. Al-adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio, sedangkan al‘idladalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh panca indera seperti hitungan atau timbangan. Ridho adalah suka, rela, dan senang. Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita. Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau bermanfaat. Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
Qona’ah adalah selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan. Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain. Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh, keturunan, status sosial, pekerjaan ataupun pendidikan.
C. Syari’ah
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya Pembagian Syari’ah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari
Syariah meliputi 2 bagian utama:
a. Ibadah (dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal). Tata cara dan syarat-rukunya terinci dalam Al-Qur’an dan Sunah. Misalnya: shalat, zakat, puasa
b. Mu’amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) Dalam hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya: munakahat, dagang, bernegara, dll.
Syari’ah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh. Dalam menjalankan syari’ah Islam, ada beberapa yang perlu menjadi pegangan:
a. Berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunah menjauhi bid’ah (perkara yang diada-adakan).
b. Syari’ah Islam telah memberi aturan yang jelas apa yang halal dan haram, maka :
- Tinggalkan yang subhat (meragukan)
- Ikuti yang wajib, jauhi yang haram, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele
c. Syari’ah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia, dan menghendaki kemudahan. Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak disengaja dan kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan.
d. Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syari’ah.Syari’ah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma’ruf nahi munkar
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akidah ,akhlak dan Syari’ah merupakan dasar bagi umat islam dalm menjalankan agamanya. Jika akidah sudah dipegang teguh sebagai pedoman hidup kita semua, tentunya dalam menjalankan kehidupan yang fana ini kita dapat lulus dari ujian-ujian yang Allah swt berikan sebagai bukti kasih sayangnya. Senantiasa kita selalu melakukan pekerjaan apapun berlandaskan kaidah-kaidah yang di tetapkan oleh-Nya. Dan kita akan bisa menghindarkan diri kita dari perbuatan-perbuatan yang tercela.
B. SARAN
1. Perlu adanya pembanguna akidah akhlak dan Syari’ah yang kokoh bagi pemuda, dengan pemberian pendidikan khusus keagamaan yang lebih terstruktur.
2. adanya peran aktif pemerintah, pemangku agama, orang tua, dan juga kita semua dalam menjaga akidah dan akhlak islam yang kita miliki.
kunjungi lebih lanjut di sini
sumber
Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment