MAKALAH PENGERTIAN DAN JENIS PENELITIAN


A. Pendahuluan

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah meningkatkan derajat hidup manusia. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kebutuhan hidup manusia yang dulu sulit dipenuhi kini menjadi relatif mudah. Untuk bisa makan daging, orang zaman dahulu harus berburu dulu ke hutan, sekarang daging itu sudah dikemas sedemikian rupa dan siap disajikan. Asal punya uang, daging siap makan itu sudah tersedia di berbagai tempat yang bernama minimarket atau supermarket. Kemudahan itu pun terjadi dalam hal penyiapan pakaian, minuman, dan perlengkapan hidup lain. Dalam soal interaksi misalnya, untuk bertegur sapa dengan saudara diluar kota, dulu orang harus berjalan atau berkendara untuk melakukannya. Sekarang, dengan sebuah handphone, kita bisa melakukannya tanpa beranjak sedikit pun.

Berkah kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi juga memberikan kemudahan dalam dunia pendidikan. Berkat komputer dan internet, pencarian literatur bisa dilakukan dengan kecepatan dan kuantitas yang nyaris tidak terkira. Bayangkan saja, dahulu untuk memperoleh beberapa artikel tentang suatu teori atau topik, kita harus mengunjungi beberapa perpustakaan. Sekarang, dengan bantuan internet dan komputer, ribuan literatur (jika itu ada) dengan begitu cepat dan mudah sudah tersaji pada monitor di depan kita.
Kunci kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tiada lain adalah adanya penelitian. Proses penelitian inilah yeng menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam hidup kita. Termasuk di dalamnya pembaharuan di bidang pendidikan.
B. Pengertian Penelitian

Kata penelitian terdiri atas kata dasar teliti dan konfiks pe-an. Konfiks pe-an dalam kata tersebut bermakna proses. Kata teliti pada kata penelitian jika kita telaah lebih dalam dengan rasa bahasa, memiliki makna yang lebih dinamis dibanding kata teliti pada kata ketelitian. Sebagai akibat penggunaan konfiks pe-an, kata teliti pada kata penelitian sejajar dengan makna kegiatan meneliti, maknanya terasa lebih ditekankan pada suatu proses kegiatan mencari, menemukan dan menelaah. Berbeda jika kata teliti itu diberi afiks ke-an menjadi kata ketelitian, maknanya akan terasa lebih menekankan pada makna hal dan hasil.

Kegitan penelitian dilakukan tentu karena ada tujuan. Dilihat dari tujuannya, penelitian bisa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penelitian murni dan penelitian terapan. Penelitian murni adalah penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan teori atau ilmu. Penelitian ini lebih menekankan pada upaya menemukan hal-hal baru atau pengetahuan baru yang lebih detil, mendalam, atau bisa juga lebih luas. Dalam bidang bahasa, yang tergolong penelitian murni diantaranya adalah kajian terhadap jenis-jenis afiks dalam bahasa Sunda; pola kalimat bahasa Bima; proses morfologis pembentukan kosakata baru bahasa gaul dll.

Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan untuk menerapkan ilmu atau teori yang ada untuk keperluan praktis, yang bermanfaat secara langsung dalam kehidupan manusia. Penelitian terapan ini bisa dikatakan lanjutan dari penelitian murni. Jika penelitian murni dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan keingintahuan, maka penelitian terapan ditekankan pada pemanfaatan pengetahuan baru tersebut untuk keperluan yang yang lebih praktis dan pragmatis, atau lebih berkaitan langsung dengan kebutuhan hidup manusia. Dorongan utama penelitian ini adalah keinginan manusia untuk memecahkan masalah-masalah kehidupannya dengan pendekatan ilmiah. Dalam hal ini, ilmu atau teori (baik yang baru maupun lama) dimanfaatkan sebagai alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut. Dalam bidang bahasa, contoh penelitian yang berkategori penelitian terapan misalnya: efektivitas penggunaan pola reptisi dalam bahasa dakwah (dilakukan oleh lembaga dakwah untuk meningkatkan efektivitas program lembaga tersebut); pemanfaatan teknik penyingkatan dalam penyusunan iklan baris dan kolom (dilakukan para praktisi iklan untuk meningkatkan efektivitas periklanan); penggunaan mind map (peta pikiran) dalam pembelajaran membaca kritis (dilakukan oleh guru/dosen membaca untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran membaca), dll.

Dengan dasar pijakan cara pemaknaan di atas, penelitian bisa diartikan sebagai suatu proses pencarian, penemuan, penelaahan, yang dilakukan dengan teliti, kritis, dan sistematis untuk memperoleh pengetahuan baru atau untuk pemecahan masalah.

C. Jenis Penelitian
Menurut tujuannya, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bisa dibagi dua yaitu penelitian murni dan penelitian terapan. Dilihat dari Kesengajaan melakukan penelitian, penelitian bisa dibedakan menjadi penelitian ilmiah dan alamiah. Dilihat dari pendekatannya, penelitian bisa dikelompokkan menjadi delapan, yaitu penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy reseach, action reseach, evaluasi , dan sejarah. Dilihat dari tingkat eksplanasinya, penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Dilihat dari jenis data yang diteliti, penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu penelitian kualitatif, kuantitatif, dan kuantilatif (gabungan kuantitatif dengan kualitatif).


1. Penelitian Dilihat dari Kesengajaan Melakukan Penelitian

Dilihat dari aspek kesengajaan melakukan penelitian, kegiatan ini bisa dikelompokkan menjadi dua macam penelitian, yaitu penelitian alamiah dan penelitian ilmiah. Penelitian alamiah adalah penelitian yang dilakukan sebagai akibat dari kodrat manusia yang selalu ingin tahu dan tidak puas dengan apa yang sudah dimiliki. Penelitian alamiah ini terjadi begitu saja. Bisa dikatakan lebih diakibatkan oleh keinginan bertahan hidup dengan kehidupan yang lebih baik.

Penelitian ilmiah merupakan penelitian lanjutan dari penelitian alamiah. Kegiatan ini dilakukan secara lebih sadar dan terprogram. Dasar tindakan kegiatannya bukan lagi hanya sekedar insting, tetapi pengetahuan dari pengelaman yang telah teruji kebenarannya. Pengetahuan yang telah teruji kebenarannya itu adalah apa yang biasa disebut dengan teori, dalil, ataupun ilmu. Untuk memperoleh teori, dalil, atau ilmu, manusia telah mengalami proses pencarian, penemuan, dan pengujian dengan waktu yang lama dan berulang-ulang. Ujung dari proses pencarian itu adalah terumuskannya apa yang kita sebut ilmu pengetahuan. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang telah didasarkan pada teori dan ilmu pengetahuan yang sudah terumuskan itu.
Untuk lebih memberikan gambaran lebih konkret, bagaimana manusia melakukan kegiatan penelitian ilamiah dan ilmiah, berikut ini disajikan dasar pemikiran dan beberapa buktinya.

Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk selalu memikirkan apa yang didapat dan diketahuinya. Hasil kegiatan berpikir itu menghasilkan pemahaman-pemahaman baru tentang kehidupan dan apa yang dialaminya. Ketika Adam dan Hawa berada di syurga, mereka sebenarnya telah mendapat segalanya. Tetapi karena sebagai manusia mereka mempunyai akal, ia selalu memikirkan segala sesuatu yang ada termasuk kemunginan-kemungkinan rasionalnya.

Ada saatnya mereka terlena menggunakan akal itu, yaitu ketika Iblis memberikan pengalaman baru berupa adanya fakta berbentuk pohon khuldi dan buahnya yang ranum. Fakta adanya pohon dan buah itu, ditambah dengan masukan informasi dari sang Iblis bahwa buah itu mammpu meberi faedah kekekalan, menuntun akal mereka untuk berpikir dan melakukan pembuktian dengan memakannya. Sebenarnya, Tuhan telah melarang mendekati pohon itu dan memakan buahnya. Tetapi karena desakan kepenasaran lebih kuat, mereka memakan buah itu, sekaligus melanggar perintah Tuhan dengan sendirinya. Terlepas dari berbagai penafsiran agamis, kisah itu menunjukkan bahwa Adam dan Hawa sebagai sosok manusia memang sudah secara kodrati memiliki dorongan untuk melakukan apa yang disebut penelitian.

Memang selalu ada pilihan pada akhir memuaskan keingintahuan, yaitu iming-iming keuntungan (penemuan baru yang lebih baik), atau ancaman kerugian (resiko kegagalan yang ditemukan). Dalam kisah Adam-Hawa, Iblis, dan buah Khuldi, penelitian manusia berakhir bencana (diusir dari Syurga), tetapi dari proses penelitian, manusia menemukan sebuah kesimpulan yang sangat berharga : Jangan membangkang kepada Tuhan dan jangan percaya terhadap masukan Iblis.

Sebagai salah satu bukti proses penelitian almiah, kita bisa melihatnya pada bagaimana manusia belajar sejak bayi. Perhatikan salah satu contoh berikut.
Ada seorang bayi dalam sebuah ruangan bermain dengan kedua orang tuanya. Si bayi tertarik dengan sebuah obyek (bola) namun tidak dapat meraihnya. Ia tentu belum mampu berkata “Ma, tolong ambilkan bola”. Si bayi hanya mampu memandang bola dan mengeluarkan suara “baa’ atau sejenisnya. Ketika tidak ada respon baik dari sang ayah maupun ibunya, dia bersuara “baa” lagi, lagi, dan lagi bahkan lebih keras. Teriakan itu adalah ekspresi hasrat yang tidak terpuaskan, tetapi pada sisi lain merupakan alat menarik perhatian orang lain agar memahami keinginannya.
Si ayah dan ibu akhirnya memperhatikannya. Spekulasi pemikiran tentu akan terjadi dalam benak ayah dan ibunya.
“Anak kita lapar mungkin , Bu!” kata si ayah.
“Saya kira tidak,” jawab si Ibu, “Dia baru saja makan”. “Mungkin popoknya perlu diganti,” kata si ibu.
“Bukankah kamu baru menggantinya setelah makan?” tanya si ayah.
“Iya,ya” jawab si Ibu.
Setelah beberapa dugaan atau hipotesis dicoba, akhirnya orang tua tersebut sampai pada kemungkinan bahwa anaknya menginginkan sesuatu. Bunyi “baa” mengarah pada sesuatu dalam ruangan. Di ruangan itu ada bola yang terus dilihat si bayi. Si ibu mengembangkan hipotesis baru. Mungkin si anak menginginkan bola. Dia mengambilnya memberikannya kepada anaknya dan dengan intonasi naik bertanya “bola?”. Si anak meraih bola itu dengan wajah ceria dan disertai tawa lucu.

Secara alamiah, proses tadi memberi pengetahuan baru bagi si bayi bagaimana menarik perhatian orang tua dan memenuhi hasratnya. Bagi si ayah dan ibu, peristiwa tersebut memberinya pengetahuan baru bagaimana memahami simbol-simbol komunikasi dari anaknya.
Baik si bayi maupun kedua orang tuanya sama-sama melakukan proses penelitian. Meskipun belum dalam tahap pemaknaan ‘sadar’, prilaku sang bayi sudah merupakan ekspresi dari potensi manusia untuk berusaha memecahkan masalah. Dalam dirinya sudah ada kesadaran akan adanya ‘masalah’ dan ada upaya untuk memecahkannya dengan berkata ‘baa’ beberapa kali. Dengan tingkatan yang lebih tinggi, proses penelitian juga dilakukan sang orang tua. Ucapan ‘baa’ sang anak adalah sebuah fenomena. Beberapa dugaan mereka sebagai hasil dari kegiatan berpikir adalah hipotesis. Hipotesis itu kemudian diuji dengan fakta empiris berupa apa yang telah mereka lakukan. Dengan menggunakan logika, akhirnya mereka bisa menghubungkan antara dugaan dan fakta sehingga sampai pada kesimpulan bahwa sang anak menginginkan bola.

Ada contoh lain. Seorang anak beretnis Jawa sedang belajar bahasa Sunda sebagai bahasa keduanya. Suatu hari ia menyaksikan dua orang sebayanya (beretnis Sunda) bermain bulutangkis. Pada suatu saat, shutle cock yang mereka gunakan jatuh agak jauh dari mereka berdua. Mereka kemudian berselisih saling menyuruh.
“Cokot atuh, Ris (Ambil dong, Ris!)” kata anak yang satu.
“Cokot ku maneh ah (ambil oleh mu saja!)” kata anak yang lain.
Bagi anak beretnis Jawa yang menyaksikan, dialog tersebut membingungkan. Dalam bahasa Jawa, cokot berarti ‘gigit’. Baginya tidak masuk akal shutle cock harus digigit. Kebingungan itu akhirnya berkurang ketika ia melihat salah seorang anak itu mengambil shutle cock sambil berkata,
“Oke lah, cokot ku sayah (Baiklah saya ambil)”
Anak beretnis Jawa itu, memperoleh pelajaran arti kata cokot dalam bahasa Sunda. Ia menjadi semakin yakin tentang arti kata cokot tadi setelah bertanya kepada pamannya yang kebetulan bisa berbahasa Jawa dan Sunda.
Contoh di atas dan contoh sebelumnya menunjukkan bahwa penelitian secara alamiah telah biasa dilakukan manusia. Karena adanya akal sebagai potensi ‘built in’ yang diberikan Tuhan, manusia mampu merespon segala macam yang terjadi diluar dirinya menjadi sebuah bahan untuk memperoleh pengetahuan baru. Proses memperoleh pengetahuan baru yang terjadi begitu saja (tidak direncanakan oleh manusia) merupakan proses alamiah, sebuah proses yang mengikuti hukum alam. Hukum alamnya adalah, ada sesuatu yang terjadi di luar diri manusia dan manusia akan menjadikannya sebagai bahan berpikir.

Dari jutaan (atau tidak terhitung) pengalaman manusia dalam melakukan pencarian ilmu pengetahuan baru, salah satunya telah sampai pada satu kesimpulan bahwa perlu dirumuskan cara bagaimana melakukan penelitian yang efektif dan efesien. Efektif artinya hasil yang didapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Efesien berarti bahwa prosesnya menguntungkan dari berbagai aspek, seperti cepat (hemat waktu), murah (hemat biaya), mudah (hemat cara) dan ringan (hemat tenaga).

Meskipun sekarang telah banyak sekali rumusan teori dan ilmu penelitian, bukan berarti proses perumusan penelitian yang efektif dan efesien itu telah tercapai secara final. Secara filsafi, tidak ada proses pencarian kebenaran yang final selagi manusia (sebagai subjek dalam penelitian) masih hidup, dan alam dunia (sebagai objek yang diteliti) belum kiamat.

Kalau kita mencoba membaca rumusan para pakar penelitian, kita bisa memperoleh ilmu pengetahuan tentang penelitian. Beberapa literatur atau kepustakaan yang bisa kita temukan untuk mempelajari ilmu penelitian diantaranya adalah : Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) karya, Suharsimi Arikunto; Metode dan Masalah Penelitian Sosial karya A. James Black dan Dean J. Champion; How to Design and Evaluate Research in Education karya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen; Metodologi Penelitian karya Furqon, Metodologi Penelitian Masyarakat karya Kuntjoroningrat; Metode Penelitian Sosial karya Manase Mala; Metode Research karya Nasution; Metode Penelitian Komunikasi karya Jalaludin Rakhmat; Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta karya H.E.T Ruseffendi; Metode Penelitian Administrasi karya Sugyono; Metodologi Penelitian karya Sumadi Suryabrata, dan Second Language Research Methods karya Herbert W. Selinger dan Elena Shohamy. Masih banyak lagi buku-buku penelitian lain yang bisa kita baca, apalagi kalau mau sebentar saja mengunjungi perpustakaan, toko buku, atau web site di Internet.

Penelitian selalu diawali dan didasarkan pada suatu masalah, baik masalah yang bersifat konseptual-teoretis maupun masalah yang berkaitan dengan kegiatan di lapangan. Penelitian yang didasarkan pada metode ilmiah (penelitian ilmiah) dimaksudkan untuk menemukan kebenaran (truth) dalam kerangka pemecahan.
Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam memahami penelitian, yaitu:
a. Penelitian dilakukan dalam kerangka pemecahan masalah;
b. Penelitian dilakukan untuk menemukan kebenaran (truth) yang relevan dan bermanfaat bagi pemecahan masalah yang dilakukan; dan kebenaran tersebut dikaji dan ditemukan melalui metode ilmiah.
c. Penelitian dapat menggunakan berbagai prosedur yang berbeda, seperti observasi, pengajuan pertanyaan, eksperimen, dan pemerolehan. Misalnya penelitian dengan pemerolehan.
Seorang pembelajar bahasa kedua (Bahasa Inggris), dapat belajar dengan mendengarkan pengguna bahasa asli (native speaker) dan berusaha untuk menghimpun, meniru, dan mengikuti cara penutur asli berbicara. Penelitian dilakukan dengan menempuh langkah-langkah dengan aturan tertentu yang secara logika dapat diharapkan menemukan kebenaran ilmiah.
Beberapa ciri metode ilmiah yang membedakannya dari pandangan umum (common sense), yaitu:
a. Menggunakan struktur teoretis dan skema konseptual yang dibangun secara sistematik, sehingga konsisten/koheren dan berkorespondensi dengan realitas;
b. Menguji, secara empirik dan sistematik, teori dan hipotesis yang digunakan;
c. Melakukan kontrol yang sistematik untuk menyisihkan hipotesis rival atau peubah yang mungkin menjadi penyebab bagi peubah terikat yang tengah dikaji;
d. Mencari hubungan antara peubah secara konsisten dan sistematik; dan
e. Menyisihkan proporsi yang bersifat metafisik.

2. Penelitian Berdasarkan Pendekatannya
a. Penelitian Survey
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh generalisasi (penyimpulan secara umum) dari pengamatan yang dilakukan secara luas (sehingga kurang mendalam). Hasil penelitian ini adalah gambaran umum dari sebuah fenomena. Gambaran umum itu menjadi semacam data awal sekaligus pemetaannya. Gambaran umum ini kemudian dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

Sebagai contoh, sebuah LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan sedang menyusun program untuk meningkatkan minat baca di sebuah kota/kabupaten. Program yang mereka susun tidak akan efektif jika mereka tidak mengetahui beberapa data umum tentang masyarakat kota/kabupaten tersebut. Data yang dimaksud adalah luas wilayah, jumlah penduduk, komposisi masyarakat (dilihat dari minat bacanya), jumlah lokasi penting, ada tidaknya sarana-prasarana dan penyebarannya, serta daya dukung masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk program tersebut. Jika di kota/kabupaten tersebut, data-data tersebut belum tersedia, maka LSM tersebut harus melakukan penelitian survey dulu. Hasil penelitian survey itu kemudian dijadikan dasar penyusunan program.

b. Penelitian Mengungkap Fakta (Ex Post Facto)
Penelitian ini dilakukan terhadap keadaan atau peristiwa yang telah terjadi. Penelitian ditekankan pada bagaimana keadaan itu tercipta, mengapa sampai terjadi, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan peritiwa atau keadaan itu tercipta. Penelitian ini menggunakan logika dasar sebab-akibat, yaitu jika X maka Y, atau Y ada karena X.

Contoh: Sebagai guru bahasa, Yamina, S.Pd. kaget melihat perubahan drastis yang ditunjukkan para siswa kelas XI-B. Mereka tiba-tiba antusias belajar mengarang. Dirinya sebagai guru merasa tidak melakukan treatment khusus. Mereka hampir setiap saat berkonsultasi kepadanya tentang teknik menulis. Bahkan, para siswa tersebut telah membuat beberapa kelompok dengan tugas yang berbeda-beda, ada yang mencari data ke perpustakaan, ada yang mewawancara beberapa nasumber. Yang lebih mengagumkan, meraka mau berkorban patungan mengumpulkan dana untuk menyewa kamera dan mencetak berapa puluh foto.
Yasmina kemudian melakukan penelitian ex post facto. Kondisi kelas XI-B itu ia lihat sebagai sebuah akibat yang belum diketahui sebab-sebabnya. Ia kemudian mencari sebab-sebabnya dengan membuat peta situasi kelas XI-B tersebut. Ia kemudian menyelidiki siapa saja siswa yang menjadi penggerak kelas itu, siapa saja pihak lain yang berinteraksi dengan kelas tersebut. Selanjutnya ia cari motivasi mereka keranjingan belajar mengarang. Setiap siswa ditanyai, terutama para penggeraknya. Dari hasil pengamatan dan wawancara, Yasmina memperoleh kejelasan bahwa siswa kelas XI-B begitu antusias belajar mengarang karena tiga hal. Pertama, kelas XI-B ingin memberikan kejutan dan membuat bangga wali kelasnya dengan membuat berita kegiatan sekolah terutama kelas mereka pada sebuah surat kabar lokal. Kedua, redaktur surat kabar lokal tersebut menjanjikan akan memuat karya mereka dan memberi imbalan (honor) jika berita dan tulisan mereka berbobot. Ketiga, redaktur surat kabar tersebut turut mengarahkan apa saja yang layak diberitakan dan bagaimana cara menyajikannya.

c. Penelitian Eksperimen

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada-tidaknya dan besar-kecilnya pengaruh sebuah variabel (yang sengaja dirancang) terhadap variabel lain. Berbeda dengan ex post facto, yang meneliti setelah terjadi, penelitian eksperimen dirancang dengan tujuan agar sebuah kejadian atau kondisi bisa terjadi. Untuk menciptakan kejadian atau kondisi tersebut, peneliti merancang sebuah perlakuan (treatment) terhadap sebuah objek atau kondisi sehingga objek atau kondisi tersbut berubah sesuai dengan yang diinginkan. Penelitian eksperimen yang sebenarnya (true exsperiment) hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kondisi yang terkontrol secara ketat. Untuk penelitian pengajaran bahasa atau sastra, eksperimen yang munkin bisa dilakukan hanyalah quasi experiment, atau eksperimen semu. Semu dalam hal ini bukan berarti bohong atau salah, tetapi lebih ditekankan pada kesadaran bahwa dalam penelitian tersebut ada faktor-faktor yang sulit dihilangkan selain yang dirancang dan dipertimbangkan.
Contoh: Setelah melakukan penelitian ex post facto di kelas XI-B, Yasmina kemudian ingin menerapkan apa yang terjadi di kelas XI-B agar terjadi di kelas XI-A. Pertama-tama ia mendata keadaan dan karakteristik kelas XI-A. Kemudian, ia merancang strategi (perlakuan) yang akan diterapkan di kels XI-A berdasarkan apa yang terjadi di kelas XI-B. Setelah semua siap, ia terapkan stretgi yang telah dirancangnya di kelas XI-A. Setalah diterapkan selama tiga bulan, Yasmina mendata kembali (mengevaluasi) keadaan dan karakteristik kelas XI-A. Meskipun tidak sehebat XI-B, ternyata kelas XI-A pun bisa menulis, dan karyanya dimuat di surat kabar lokal.

d. Penelitian Naturalistik
Penelitian ini sering disebut dengan penelitian kualitatif. Penelitian ini diarahkan untuk meneliti kondisi objek yang alami. Peneliti menjadi instrumen kunci karena analisis terhadap data temuan sangat ditentukan oleh ketajaman pemikiran si peneliti. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan). Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis data dilakukan secara induktif. Hasil penelitian yang didapat lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Contoh: Ada sebuah komunitas masyarakat di Sumedang yang sering berkomunikasi dengan peribahasa dan seloka. Frekuensi pemakaiannya begitu tinggi, hampir setiap wacana komunikasi mereka bumbui dengan kelimat-kalimat perumpamaan. Kondisi ini menarik perhatian seorang dosen bahasa di kota itu. Ia kemudian melakukan penelitian sosiolinguistik terhadap tradisi komunikasi tersebut. Ia melakukan survei untuk menghitung frekuensi dan prosentase pengunaan peribahasa dalam setiap komunikasi. Ia juga melakukan wawancara dan studi literatur untuk mengetahui latar belakang masyarakat tersebut. Ia berharap mendapat penjelasan logis dan ilmiahnya.

e. Penelitian kebijakan (Policy Reseach)
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan semacam masukan agar kebijakan yang diambil tidak salah. Lembaga pemerintah atau pengambil keputusan sangat membutuhkan penelitian ini agar kebijakannya yang menyangkut hayat hidup orang banyak tidak salah arah atau merugikan masyarakat. Proses penelitian dilakukan pada analisis terhadap situasi dan masalah-masalah sosial yang mendasar. Hasilnya berupa data dan masukan (rekomendasi) untuk mendorong atau menolak sebuah kebijakan yang akan diputuskan. Dengan demikian, penelitian ini sangat relevan bagi lembaga atau institusi yang bergerak dibidang perencanaan dan pembangunan.
Contoh: Karena kekurangan dana, dinas pendidikan sebuah kota bermaksud akan membebankan sebagian biaya pengadaan buku ajar kepada siswa (masyarakat). Sebelum mengeluarkan kebijakan, Dinas Pendidikan kota tersebut melakukan penelitian terhadap kemampuan ekonomi orang tua siswa, sikap dan kesediaan mereka, termasuk masukan dari aparat dari cabang dinas, kepala sekolah, dan guru. Hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat tidak siap secara sosial dan ekonomi. Aparat tidak siap secara psikologis. Meskipun secara administratif bisa saja dilakukan, tetapi karena hasil penelitian kebijakan tidak memungkinkan kepala dinas pendidikan kota tidak jadi mengeluarkan kebijakan tersebut.

f. Penelitian Tindakan (Action Reaseach)
Penelitian tindakan dilakukan untuk mengembangkan pendekatan atau program baru guna memecahkan masalah aktual. Dalam bidang pengajaran, penelitian jenis ini populer dengan istilah penelitian tindakan kelas. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah situasi, perilaku, dan organisasi (mekanisme kerja, iklim kerja, dan strukturnya). Karena fokus masalahnya sangat khusus (lokal) maka hasil penelitian ini lebih ditekankan pada tujuan pemecahan masalah dibanding pengembangan ilmu.
Contoh: Seorang guru menemukan kenyataan bahwa kemampuan membaca kritis para siswanya umumnya rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, ia merancang penelitian tindakan kelas. Dia mengawalinya dengan melakukan pemahaman faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca kritis siswanya. Ia mengkajinya dari aspek intelektual-kognitif, sosial-ekonomi, dam kebiasaan membaca. Dari data-data yang didapatnya ia merancang beberapa program sesuai dengan latar belakang masalah yang dihadapi. Program itu kemudian ia laksanakan para kurun waktu tertentu (beberapa pertemuan pembelajaran). Hasil pelaksanaan program pada kurun waktu tersebut ia pelajari (dalam istilah penelitian tindakan kelas disebut refleksi) sehingga ditemukan keunggulan dan kelemahan program yang ia lakukan. Dari hasil refleksi tahap pertama tersebut, ia menyusun program baru yang merupakan revisi program lama. Program revisi itu ia terapkan lagi. Begitu seterusnya sehingga guru tersebut menemukan program yang dinilai tepat dan memadai.

g. Penelitian Evaluasi
Evaluasi adalah upaya membandingkan antara kejadian,kegiatan, atau produk, dengan strandar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pengembalian keputusan. Dari sisi penelitian, kegiatan ini bisa dikatakan proses penelitian karena didalamnya ada proses pencarian data, pengolahan data, dan penafsiran data sehingga diperoleh temuan atau rekomendasi.
Dalam bidang pendidikan, dikenal ada evalusi formatif yang ditekankan pada proses dan penelitian sumatif yang ditekankan pada produk. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendapatkan feedback dari suatu aktivitas dalam proses. Evaluasi sumatif dilakukan untuk memperoleh kejelasan efektivitas pencapaian program (hasil).
Contoh: Sebuah sekolah menengah atas menyusun sebuah program unggulan. Program unggulan itu kemudian diterapkan selama satu semester. Setiap bulan, pimpinan sekolah melakukan evaluasi (formatif) agar program yang dijalankan sesuai dengan rencana. Pada akhir semester, pimpinan melakukan evaluasi lagi (sumatif) untuk melihat apakah program yang dijalankan telah memberikan hasil yang diharapkan atau belum. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa program bisa dijalankan sesuai rencana dan memberikan hasil yang memuaskan. Sekolah memutuskan untuk melanjutkan program tersebut sebagai program unggulan sekolah.

h. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh penjelasan logis berdasarkan kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Tujuan penelitian ini adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lalu secara sistematis dan objektif. Data dikumpulkan, dievaluasi, diverifikasi, kemudian disimpulkan. Meskipun masih bersifat hipotetis, penelitian ini kemudian dijadikan patokan untuk mengetahui sejarah tentang sesuatu. Inti pertanyaan penelitian sejarah adalah: kapan terjadinya, siapa pelakunya, dan bagaimana prosesnya.
Contoh: Seorang calon sarjana sastra, ingin mengatahui sejarah perkembangan kesenian tradisional Uyeg di Sukabumi. Ia kemudian mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari perpustakaan, musium, bahkan berburu naskah lama ke pelosok-pelosok wilayah Sukabumi. Ia pun mencari narasumber yang memiliki informasi tentang kesenian itu. Dari hasil penelitiannya, ia bisa membuat semacam rekonstruksi sejarah, sejak kapan kesenian itu ada, siapa saja tokoh yang berperan melestarikannya, dan kondisinya dari masa ke masa hingga kini.

3. Penelitian Berdasarkan Tingkat Eksplanasi
Eksplanasi artinya penjelasan, tingkat eksplanasi artinya tingkat atau kadar penjelasan. Tingkat penjelasan dalam penelitian bisa dibagi tiga yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan variabel lain. Peneliti berusaha mendapatkan data apa adanya kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa adanya. Kinerja peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja seorang fotografer, fenomena atau variabel yang diteliti didata karakteristiknya (difoto) kemudian dijelaskan seperti apa adanya (dicetak jadi foto yang menggam2
barkan objek apa adanya.
Contoh: penelitian terhadap kemampuan menulis paragraf siswa kelas VII SMP 20 Bandung tahun pelajaran 2005-2006. Pengumpulan data dilakukan dengan cata tes menulis paragraf. Hasil tes kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan tingkat kemampuan atau keterampilan siswa SMP tersebut dalam menulis paragraf.

b. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan dua variabel atau lebih. Kedua variabel bisa jadi tidak berhubungan atau mandiri. Tujuan penelitian ini antara lain untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.
Contoh : perbandingan kemampuan membaca siswa laki-laki dan siswa perempuan di SDN I Sayang Sumedang. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes kemampuan membaca siswa laki-laki dan perumpuan. Hasil tes kelompok laki-laki dan perempuan dipisahkan. Lalu dilakukan perhitungan jumlah dan rata-rata hasil tes kedua kelompok. Dari rata-rata hasil tes sudah bisa dilihat ada tidaknya perbedaan. Tetapi untuk mengetahui lebih pasti signifikan tidaknya perbedaan itu, bisa dilakukan pengujian secara statistik yaitu dengan menggunakan uji t (T-test) atau ANOVA.

c. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari hubungan antara satu varibal dengan varibal lain. Hubungannya bisa simetris, kausal, atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan anatara dua variabel yang bersifat sejajar, sama. Contoh penelitian asosiatif simetris : hubungan antara kemampuan matematis dengan kemampuan berbahasa. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen). Contoh penelitian kausal : pengaruh kekerapan membaca terhadap kemampuan efektif membaca. Hubungan interaktif adalah hubungan antar variabel yang saling mempengaruhi. Contoh : Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
Teknik analisis penelitian asosiatif menggunakan teknik analisis kuantitatif (statistik). Perhitungan untuk mengatahui hubungan dan pengaruh antar variabel itu antara lain perhitungan koefesien korelasi rank Spearman dan Person Product moment.
Diposkan oleh


Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment