Diajukan untuk Dipresentasikan dalam
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Oleh:
YESI
YUARDANI
Dosen Pembimbing;
Zulfikri
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
HAJI DAN UMROH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
1441 H/2020 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah darinya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Kritik islam terhhadap kapitalisme dan marxisme” ini. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad Saw beserta keluarga,
sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.
Penulis sangat bersyukur
karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pada mata kuliah
“Filsafat Ilmu.
Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. kami
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang buat ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak
terdapat kekurangannya, dan masih jauh dari kata sempurna.
Kerinci, 26 Desember 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Ekonomi pasar dengan watak kompetensinya
telah mendorong kapitalisme yang sejak awal perkembangannya selalu melakukan
ekspansi baik secara internal maupun eksternal. Dampak adanya ekspansi ekonomi
pasar tersebut telah membawa perubahan dalam skala ekonomi dunia dan juga
membawa perubahan pada dunia ketiga (dunia yang sedang berkembang), yaitu
dengan membanjirnya produk ekonomi, seperti; meningkatnya imigrasi sebagai
dampak dari kegiatan ekonomi, berkembang pesatnya teknologi, khususnya di
bidang informasi, elektronika, komunikasi dan bio-teknologi serta berhasilnya
kampanye internasional untuk mengglobalisasikan pembangunan kapitalisme dalam
bidang ekonomi.
Menghadapi tantangan tersebut, Islam
merespon dengan memberikan tanggapan bahwa Islam tidak membenarkan adanya
kelas-kelas masyarakat dan mencegah pemusatan kekayaan hanya di kalangan
kelompok kecil orang kaya sebagaimana yang ada dalam kapitalisme. Islam
menawarkan pola ekonomi yang bertolak dari ajaran-ajaran tentang pemenuhan
kebutuhan, kepentingan, kerja sama, saling tolong menolong, tidak bertolak dari
perjuangan dan perlawanan antar kelas masyarakat.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
yanng dimaksud dengan Kapitalisme dan marxisme?
2.
Siapa
tokoh-tokoh kapitalisme dan Marxisme?
3.
Apa saja
doktrin-doktrin Kapitalisme dan Marxisme?
4.
Bagaimana
kritik islam terhadap kapitalisme dan Marxisme?
C.
Tujuan
penulisan
Untuk
mengetahui dan mejelaaskan tentang:
1.
Pengertian
Kapitalisme dan marxisme
2.
Tokoh
Kapitalisme dan marxisme
3.
Doktrin-doktrin
Kapitalisme dan marxisme
4.
Kritik
islam terhadap Kapitalisme dan marxisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kapitalisme dan marxisme
1.
Kapitalisme
Istilah
kapitalisme (dari bahasa Inggris capitalism, dari bahasa Latin: capitalis
artinya tentang “kepala”) (Free Enterprisemand Braudel: 233) dan ekonomi; yaitu
asas dimana unsur material dari faktor-faktor produksi (tanah dan modal) berada
dalam tangan swasta dan motivasi dalam berproduksi semata-mata untuk mencapai
keuntungan sebanyak-banyaknya. Istilah semacam ini berasal dari negarawan dan
sejarawan Perancis beraliran sosialis, Louis Blanc (1811-1882). Sebagai bahan
perbandingan dapat disebutkan pula bahwa arti kapitalisme adalah sistem dan
paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanganan modalnya, kegiatan
industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan-perusahaan
swasta dengan cirri persaingan dalam sasaran bebas (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1982: 1659).
Menurut
Marx, kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa
individu menguasai sumber daya produktif vital, yang mereka gunakan untuk
meraih keuntungan maksimal. Marx menyebut kaum individu ini sebagai kaum
borjuis. Kaum borjuis mempekerjakan kelompok orang yang disebut proktar.
Golongan proktar ini memproduksi barangbarang yang oleh kaum kapitalis kemudian
dijual di pasar untuk mencari keuntungan. Para kapitalis tersebut bisa
memperoleh keuntungan karena membayar buruh (proktar) kurang dari nilai murni
barang-barang yang dihasilkan.[1]
Kapitalisme atau
Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat
produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan
dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk
meraih keuntungan sebesar-besarnya.[2]
2.
Marxisme
Adalah sebuah paham yang berdasar pada
pandangan-pandangan Karl Marx.
Awalnya Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi,
sistem sosial, dan
sistem politik. Pengikut teori ini disebut
sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada
kehidupan sosial.[3]
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori
ini tertuang dalam buku Manifesto Komunis yang
dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme
merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia
menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja
berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya
dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di
daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena
adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi
orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa
paham kapitalisme perlu diganti dengan paham komunisme. Bila
kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan
menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.[4]
B.
Tokoh-tokoh
Kapitalisme dan Marxisme
1.
Tokoh
Kapitalisme
a.
Adam Smith
mendifinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi bercirikan kepemilikan
perorangan atas perkakas produksi, distribusi dan pendayagunaan untuk
mendapatkan keungtungan dalam keadaan yang kompetitif. Menurutnya, kepentingan
pribadi merupakan kekuatan untuk pengendalian perekonomian dan semua proses
yang dijalankan akan menuju ke arah kemakmuran bangsa, yang seolah-olah,
individu didorong dengan “Tangan Tak Terlihat” (The Invisible Hand) yang
mendorong mereka untuk maju.
b.
Max Weber,
mendifinisikan kapitalisme adalah sebuah cara produksi komoditi yang
berlandaskan kerja berhonorarium untuk dipasarkan dan sebagai sistem produksi
komoditi berdasarkan kerja berupah untuk dijual dan diperjualbelikan dalam
rangka mendapatkan laba. Bagi Weber, tanda-tanda konsep kapitalisme yang
mendasar ada pada cara-cara pertukaran di area pasar. Metode dipasar ini dapat
menyebabkan kelogisan yang mengarah pada langkahlangkah untuk mendapatkan laba
yang sebanyak-banyaknya (Kristeva, 2015).
c.
Karl Marx
mendifinisikan kapitalisme sebagai corak atau introduksi golongan kapitalis.
Adapun corak yang kaum kapitalis sadari adalah dimotivasi oleh pemikiran pola
ekonomi dalam rangka menumpuk kekayaan. Konsep kapitalisme bagi Marx merupakan
suatu formasi masyarakat kelas dan didistrukturasikan dengan aturan eksklusif,
yang mana manusia dikonfigurasi untuk pabrikasi dalam kebutuhan hidupnya.
d.
Ayn Rand
mendefinisikan kapitalisme laksana a social system based on the recognition of
individual rights, including property rights, in which all property is
privately owned (suatu sistem sosial yang berlandaskan pada pengakuan atas
hakhak personal, termasuk hak milik dimana semua kepemilikan adalah eksklusif
(Rand, 1970).[5]
2.
Tokoh
Marxisme
a.
Karl
Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)
Karl
Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di
Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung
seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi
Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi
pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Keluarga Marx amat
liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa
awal Karl. Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah
lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn
jurusan hukum pada tahun 1835. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan
filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya
akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada
tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke univers itas yang lebih baik, yaitu
Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itulah ia mengenal filsafat
atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri.
b.
Mao Zedong
Lahir
di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup
prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat,
tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak mempengaruhi kehidupannya kelak.
Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu
kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Mao banyak berpikir
tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan
gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah
konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam
proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai
akhir”. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut,
jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya
dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma
kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya
tentang konflik.
C.
Doktrin-Doktrin
Kapitalisme dan Marxisme
1.
Doktrin
Kapitalisme
Doktri
utama dari sistem ekonomi kapitalis “laissez faire” dan pasar bebas yang
merujuk kepada pemikiran ahli ekonomi klasik dimana digambarkan bahwa
perekonomian akan berjalan tampa campur tangan pemerintah, model pemikiran ini
bertahan cukup lama dari kwartal terakhir abad ke-18 dan pertengahan pertama
abad ke-19, pandangan dan pemikiran para tokoh ekonomi pada zaman ini sangat
berpengaruh di Eropa dan Amerika serikat hampir satu abad lamanya (Bachrawi
Sanusi:2004). Akan tetapi dengan terjadinya depressi dunia pada tahun 1930an
akan memaksa banyak orang untuk menjadari bahwa telah terjadi
perubahan-perubahan dan mengakui bahwa pemikiran-pemikiran lama ternyata sudah
tidak sesuai lagi dengan perekonomian pada zaman itu, oleh karena depressi
mengakibatkan beberapa Negara industri yang maju, menciptakan banyak
pengganguran basar-besaran, berbagai perbankan dan perusahaan menjadi bangkrut,
para petani banyak yang kehilangan tanah, penghasilan dan pengeluaran merosot.
Akibat
tersebut muncul pendapat kebanyakan orang utamanya ahli-ahli ekonomi pada zaman
itu, mereka berpendapat bahwa satu-satunya obat yang paling mujarab adalah
perlunya kebijaksanaan pemerintah dalam pembelanjaan besar-besaran,pendapat
kebanyakan orang soal depressi dan obat mujarabnya benar, Karena terbukti dari
cacatan sejarah bahwa kebanyakan Negara-negara industri termasuk Amerika
Serikat kesulitan akibat depressi dan pengangguran dapat di atasi dengan
kebijaksanaan pembelanjaan pemerintah yang cukup besar untuk membangun proyek
prasarana.Ahli-ahli ekonomi klasik yang merupakan penganjur dari sistem ekonomi
kapitalis tidak mampu menemukan solusinya pada waktu itu.
2.
Doktrin
Marxisme
Doktrin
tentang nilai lebih merupakan batu-penjuru dari teori ekonomi yang dikemukakan
oleh Marx. Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja,
justru menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modalkecil dan
menciptakan barisan pengangguran. Dalam bidang industri, kemenangan produksi
berskala besar segera tampak, tetapi gejala yang sama juga dapat dilihat pada
bidang pertanian, di mana keunggulan pertanian bermodal besar semakin dikembangkan.
Penggunaan mesin-mesin pertanian ditingkatkan, mengakibatkan ekonomi para
petani kecil terjebak oleh modal-uang, kemudian jatuh dan hancur berantakan
disebabkanteknik produksi yang kalah bersaing. Penurunan produksi berskala
kecil mengambil bentuk-bentuk yang berbeda dalam bidang pertanian, akan
tetapiproses penurunan itu sendiri merupakan suatu hal yang tidak terbantahkan.
Dengan
menghancurkan produksi berskala kecil, modal mendorong peningkatan
produktivitas kerja dan menciptakan posisi monopoli bagi asosiasi kapitalis
besar. Produksi itu sendiri menjadi semakin sosial – ratusan ribu, bahkan
jutaan pekerja di-ikat dalam suatu organisme ekonomi reguler – tapi hasil dari
kerja kolektif ini dinikmatioleh sekelompok pemilik modal. Anarki produksi,
krisis, kekacauan harga pasaran, serta ancaman terhadap sebagian terbesar
anggota masyarakat, semakin memburuk.
Dengan
mengembangkan ketergantungan para pekerja pada modal, sistem ekonomi kapitalis
menciptakan kekuatan besar dari persatuan parapekerja. Marx menyelidiki
perkembangan kapitalisme dari ekonomi komoditi tahap awal, dari pertukaran yang
sederhana, hingga bentuk-bentuknyayang tertinggi, produksi berskala besar. Dan
dari pengalaman negeri-negeri kapitalis, yang lama dan baru, dari tahun ke
tahun, terlihat dengan jelas kebenaran dari doktrin-doktrin Marxian ini. Kapitalisme
telah menang di seluruh dunia, tetapi kemenangan inihanyalah merupakan awal
dari kemenangan para pekerja terhadap modal yang membelenggu mereka.
D. Kritik Islam terhadap
Kapitalisme dan Marxisme
1. Kapitalisme
Islam
tidak membenarkan adanya kelas-kelas masyarakat dan mencegah pemusatan kekayaan
hanya di kalangan sekelompok kecil orang kaya sebagaimana yang ada dalam
kapitalisme.
“…….supaya harta itu
jangan hanya beredar di antara orangorang kaya saja di kalanganmu” (QS. 59: 7).
Islam
menentang pula adanya perbedaan yang menyolok dalam hal kekayaan seperti yang
terdapat dalam kapitalisme. Lebih dari satu ayat dalam al-Qur’an yang menentang
adanya kekayan yang berlebih-lebihan dan orang-orang yang hidup bermewah-mewah.
“…….orang-orang yang
lalim hanya mementingkan kehidupan mereka yang mewah, dan merekalah orang-orang
yang berdosa” (QS. 11: 16).
“Hingga apabila Kami
turunkan siksa kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewahan di antara mereka,
dengan serta merta mereka pun berteriak meminta pertolongan” (QS. 23: 64).
Walaupun
demikian, Islam tidak menentang orang kaya asalkan dia dapat menguasai dirinya.
Islam menjelaskan bahwa kekayaan itu tidak dicari untuk sekedar dikumpulkan
tetapi dicari untuk berbakti kepada Allah dan untuk melaksanakan perbuatan yang
baik, yang bermanfaat dan penuh kasih sayang. Ini menunjukkan bahwa makna
kekayaan dalam Islam sangat berbeda dengan makna yang terdapat dalam sistem
ekonomi materialistik dan kapitalisme. Sistem tersebut menganggap bahwa
kekayaan sebagai kekuatan ekonomi dan sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan.
Dalam
pola ekonomi kapitalis dikenal adanya prinsip-prinsip kebebasan individu tanpa
batas, adanya kelas-kelas dan eksploitasi kaum proletar yang berlebih, serta
adanya pasar bebas. Islam mempunyai pola ekonomi yang berbeda dengan pola
ekonomi kapitalis. Menurut Mustafa Mahmud, pola kehidupan ekonomi Islam
bertolak dari ajaran-ajaran tentang pemenuhan kebutuhan, kepentingan, kerja
sama, saling tolong menolong, tidak bertolak dari perjuangan dan perlawanan
antar kelas masyarakat (Mahmud, 1984: 280-281). Pola Islam itu berusaha mencari
keseimbangan antara individu di dalam masyarakat dan tidak mengorbankan
masyarakat untuk kebaikan kelompok kapitalis yang minoritas.
Dengan
kata lain kebebasan individu untuk memperoleh keuntungan adalah suatu prinsip
dalam pola ekonomi Islam berbarengan dengan prinsip hak milik pribadi, campur
tangan negara di bidang perekonomian dan hak milik bersama. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa Islam tidak memperkenankan eksploitasi terhadap si miskin
oleh si kaya, ia juga tidak memberikan ampunan kepada orang memiliki investasi
(modal) tanpa batas dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi sosial dari
tindakannya. Islam memang mengharamkan konsumsi pribadi yang tidak rasional,
tetapi satu sisi memuji sedekah sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan
spiritual. Kekayaan pribadi dalam Islam merupakan amanat suci yang harus
dinikmati oleh semuanya, terutama oleh fakir miskin yang membutuhkan (Naqvi,
1985: 112).[6]
2.
Marxisme
Pandangan
Marxisme sangat bertolak belakang dengan konsep Islam. Islam tidak pernah
membedakan kelas pekerja atau majikan,dan kaya atau miskin. Orang miskin juga
diharamkan bekerja sama untuk menghancurkan orang kaya (borjuis) atas nama
perjuangan kelas. Orang miskin diwajibkan untuk bekerja memenuhi kebutuhannya
sendiri, sedangkan yang kaya juga harus menyisihkan hartanya bagi orang miskin
yang berupa zakat dan larangan menumpuk harta. Ada juga usaha lain yang bisa
dilakukan oleh individu miskin tanpa perjuangan kelas, yaitu menanti harta
rampasan perang, harta waris atau menerapkan pola hidup hemat. Inilah sisi yang
tidak diperhatikan oleh marx.
Dalam
teori perjuangan kelas, Marx membuat permusuhan antara kaum buruh dan kaum
kaya. Pada puncaknya, Marx mewajibkan pemberantasan kaum kaya sehingga tidak
ada lagi yang kaya dan semua materi menjadi milik bersama. Islam sangat
menentang perjuangan ini. Islam menganjurkan peningkatan kesadaran beragama
kepada yang kaya dengan reward dan punishment, bukan dengan menghancurkannya.
Setiap manusia akan mendapatkan catatan amal di akhirat nanti. Ada yang
menerima di sebelah kiri karena perbuatan baiknya lebih banyak dan ada pula
yang menerima dari sebelah kiri karena kejahatannya. Bagi mereka yang menerima
dari sebelah kiri akan dimasukkan kedalam api neraka yang bernyala-nyala.
Setelah itu ia dililit rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta yang menjadi
penyebabnya demikian adalah karena ia tidak beriman kepada Allah dan tidak mau
mendorong orang lain untuk memberi makan orang miskin.[7]
Marxisme
meniadakan kepemilikan harta dalam bentuk apapun. Semua harus jadi milik
bersama. Islam tidak setuju dengan pendapat Marx. Ketika harta dimiliki
bersama, tatanan kehidupan akan menjadi kacau. Semua boleh asal ambil. Tidak
mempedulikan hak orang lain, karena memang tidak ada batas yang jelas antara
hak individu dan hak bersama. Islam mengkritik pendapat Marx tentang negara,
sebab negara merupakan salah satu institusi penting haru dilibatkan dalam
pengentasan kemiskinan. Negara wajib menjalankan sistem ekonomi yang baik,
sebab sistem perekonomian adalah salah satu penyebab terjadinya kemiskinan.
Salah satu sistem perekonomian yang harus diperbaiki pemerintah adalah ekonomi
yang tidak sehat.
Ekonomi
yang sakit adalah ekonomi yang saling mematikan, menghalalkan segala cara dan
penuh persaingan. Dalam kondisi ini, pihak yang memiliki modal besar, sarana,
ilmu dan teknologi lebih dapat bersaing dibanding golongan pedagang kecil yang
tidak memiliki modal yang besar dan lainnya itu. Untuk itu akibatnya pedagang
kecil dari golongan miskin dengan mudah dapat dimatikan oleh golongan ekonomi
yang kuat.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Istilah
kapitalisme (dari bahasa Inggris capitalism, dari bahasa Latin: capitalis
artinya tentang “kepala”) (Free Enterprisemand Braudel: 233) dan ekonomi; yaitu
asas dimana unsur material dari faktor-faktor produksi (tanah dan modal) berada
dalam tangan swasta dan motivasi dalam berproduksi semata-mata untuk mencapai
keuntungan sebanyak-banyaknya. Istilah semacam ini berasal dari negarawan dan
sejarawan Perancis beraliran sosialis, Louis Blanc (1811-1882). Sebagai bahan
perbandingan dapat disebutkan pula bahwa arti kapitalisme adalah sistem dan
paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanganan modalnya, kegiatan
industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan-perusahaan
swasta dengan cirri persaingan dalam sasaran bebas (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1982: 1659).
2.
Adalah sebuah paham yang berdasar pada
pandangan-pandangan Karl Marx.
Awalnya Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi,
sistem sosial, dan
sistem politik. Pengikut teori ini disebut
sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada
kehidupan sosial.
3.
Doktri
utama dari sistem ekonomi kapitalis “laissez faire” dan pasar bebas yang
merujuk kepada pemikiran ahli ekonomi klasik dimana digambarkan bahwa
perekonomian akan berjalan tampa campur tangan pemerintah, model pemikiran ini
bertahan cukup lama dari kwartal terakhir abad ke-18 dan pertengahan pertama
abad ke-19, pandangan dan pemikiran para tokoh ekonomi pada zaman ini sangat
berpengaruh di Eropa dan Amerika serikat hampir satu abad lamanya (Bachrawi
Sanusi:2004).
4.
Doktrin
tentang nilai lebih merupakan batu-penjuru dari teori ekonomi yang dikemukakan
oleh Marx. Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja,
justru menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modalkecil dan
menciptakan barisan pengangguran. Dalam bidang industri, kemenangan produksi
berskala besar segera tampak, tetapi gejala yang sama juga dapat dilihat pada
bidang pertanian, di mana keunggulan pertanian bermodal besar semakin
dikembangkan.
5.
Islam
tidak membenarkan adanya kelas-kelas masyarakat dan mencegah pemusatan kekayaan
hanya di kalangan sekelompok kecil orang kaya sebagaimana yang ada dalam
kapitalisme.
6.
Pandangan
Marxisme sangat bertolak belakang dengan konsep Islam. Islam tidak pernah
membedakan kelas pekerja atau majikan,dan kaya atau miskin. Orang miskin juga
diharamkan bekerja sama untuk menghancurkan orang kaya (borjuis) atas nama
perjuangan kelas. Orang miskin diwajibkan untuk bekerja memenuhi kebutuhannya
sendiri, sedangkan yang kaya juga harus menyisihkan hartanya bagi orang miskin
yang berupa zakat dan larangan menumpuk harta.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul khobir, Islam Dan Kapitalisme, Jurnal
RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010.
Hlm. 225-238
Kapitalisme, Wikipedia, Diakses 3 Januari
2021
Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi
Kapitalisme Adam Smith, Istidlal:
Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam Volume 4, Nomor 1, April 2020 hal 26
Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575
P. A. van der Weij.
1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta:
PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hlm. 111-117.
Abuddin Nata, dkk, Kajian Tematik Al-Quran
tentang Konstruksi Sosial,
(Bandung:Angkasa
Raya, 2008), hlm. 175
[1] Abdul khobir, Islam
Dan Kapitalisme, Jurnal RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober
2010. Hlm. 225-238
[2] Kapitalisme, Wikipedia,
Diakses 3 Januari 2021
[3] Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575
[4] P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf
Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 111-117.
[5] Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam Smith,
Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Volume 4, Nomor 1, April 2020 hal 26
[6] Abdul khobir, Islam
Dan Kapitalisme, Jurnal RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober
2010. Hlm. 225-238
[7] Abuddin Nata, dkk, Kajian Tematik Al-Quran tentang Konstruksi
Sosial, (Bandung:Angkasa Raya, 2008), hlm. 175
0 komentar:
Post a Comment