MAKALAH KRITIK ISLAM TERHADAP KAPITALISME DAN MARXISME

Diajukan untuk Dipresentasikan dalam

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

 

 


Oleh:

 

 

YESI YUARDANI

 

 

Dosen Pembimbing;

 

Zulfikri

 

 

 

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

1441 H/2020 M

 


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah darinya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kritik islam terhhadap kapitalisme dan marxisme” ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pada mata kuliah “Filsafat Ilmu.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang buat ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya, dan masih jauh dari kata sempurna.

Kerinci, 26 Desember 2020

 

 

        Penyusun


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Ekonomi pasar dengan watak kompetensinya telah mendorong kapitalisme yang sejak awal perkembangannya selalu melakukan ekspansi baik secara internal maupun eksternal. Dampak adanya ekspansi ekonomi pasar tersebut telah membawa perubahan dalam skala ekonomi dunia dan juga membawa perubahan pada dunia ketiga (dunia yang sedang berkembang), yaitu dengan membanjirnya produk ekonomi, seperti; meningkatnya imigrasi sebagai dampak dari kegiatan ekonomi, berkembang pesatnya teknologi, khususnya di bidang informasi, elektronika, komunikasi dan bio-teknologi serta berhasilnya kampanye internasional untuk mengglobalisasikan pembangunan kapitalisme dalam bidang ekonomi.

Menghadapi tantangan tersebut, Islam merespon dengan memberikan tanggapan bahwa Islam tidak membenarkan adanya kelas-kelas masyarakat dan mencegah pemusatan kekayaan hanya di kalangan kelompok kecil orang kaya sebagaimana yang ada dalam kapitalisme. Islam menawarkan pola ekonomi yang bertolak dari ajaran-ajaran tentang pemenuhan kebutuhan, kepentingan, kerja sama, saling tolong menolong, tidak bertolak dari perjuangan dan perlawanan antar kelas masyarakat.

B.      Rumusan masalah

1.      Apa yanng dimaksud dengan Kapitalisme dan marxisme?

2.      Siapa tokoh-tokoh kapitalisme dan Marxisme?

3.      Apa saja doktrin-doktrin Kapitalisme dan Marxisme?

4.      Bagaimana kritik islam terhadap kapitalisme dan Marxisme?

 

C.    Tujuan penulisan

Untuk mengetahui dan mejelaaskan tentang:

1.      Pengertian Kapitalisme dan marxisme

2.      Tokoh Kapitalisme dan marxisme

3.      Doktrin-doktrin Kapitalisme dan marxisme

4.      Kritik islam terhadap Kapitalisme dan marxisme


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kapitalisme dan marxisme

1.      Kapitalisme

Istilah kapitalisme (dari bahasa Inggris capitalism, dari bahasa Latin: capitalis artinya tentang “kepala”) (Free Enterprisemand Braudel: 233) dan ekonomi; yaitu asas dimana unsur material dari faktor-faktor produksi (tanah dan modal) berada dalam tangan swasta dan motivasi dalam berproduksi semata-mata untuk mencapai keuntungan sebanyak-banyaknya. Istilah semacam ini berasal dari negarawan dan sejarawan Perancis beraliran sosialis, Louis Blanc (1811-1882). Sebagai bahan perbandingan dapat disebutkan pula bahwa arti kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanganan modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan-perusahaan swasta dengan cirri persaingan dalam sasaran bebas (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1982: 1659).

Menurut Marx, kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu menguasai sumber daya produktif vital, yang mereka gunakan untuk meraih keuntungan maksimal. Marx menyebut kaum individu ini sebagai kaum borjuis. Kaum borjuis mempekerjakan kelompok orang yang disebut proktar. Golongan proktar ini memproduksi barangbarang yang oleh kaum kapitalis kemudian dijual di pasar untuk mencari keuntungan. Para kapitalis tersebut bisa memperoleh keuntungan karena membayar buruh (proktar) kurang dari nilai murni barang-barang yang dihasilkan.[1]

Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.[2]

2.      Marxisme

Adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Awalnya Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[3]

Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.[4]

B.     Tokoh-tokoh Kapitalisme dan Marxisme

1.      Tokoh Kapitalisme

a.       Adam Smith mendifinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi bercirikan kepemilikan perorangan atas perkakas produksi, distribusi dan pendayagunaan untuk mendapatkan keungtungan dalam keadaan yang kompetitif. Menurutnya, kepentingan pribadi merupakan kekuatan untuk pengendalian perekonomian dan semua proses yang dijalankan akan menuju ke arah kemakmuran bangsa, yang seolah-olah, individu didorong dengan “Tangan Tak Terlihat” (The Invisible Hand) yang mendorong mereka untuk maju.

b.      Max Weber, mendifinisikan kapitalisme adalah sebuah cara produksi komoditi yang berlandaskan kerja berhonorarium untuk dipasarkan dan sebagai sistem produksi komoditi berdasarkan kerja berupah untuk dijual dan diperjualbelikan dalam rangka mendapatkan laba. Bagi Weber, tanda-tanda konsep kapitalisme yang mendasar ada pada cara-cara pertukaran di area pasar. Metode dipasar ini dapat menyebabkan kelogisan yang mengarah pada langkahlangkah untuk mendapatkan laba yang sebanyak-banyaknya (Kristeva, 2015).

c.       Karl Marx mendifinisikan kapitalisme sebagai corak atau introduksi golongan kapitalis. Adapun corak yang kaum kapitalis sadari adalah dimotivasi oleh pemikiran pola ekonomi dalam rangka menumpuk kekayaan. Konsep kapitalisme bagi Marx merupakan suatu formasi masyarakat kelas dan didistrukturasikan dengan aturan eksklusif, yang mana manusia dikonfigurasi untuk pabrikasi dalam kebutuhan hidupnya.

d.      Ayn Rand mendefinisikan kapitalisme laksana a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned (suatu sistem sosial yang berlandaskan pada pengakuan atas hakhak personal, termasuk hak milik dimana semua kepemilikan adalah eksklusif (Rand, 1970).[5]

2.      Tokoh Marxisme

a.       Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)

Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl. Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke univers            itas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri.

b.      Mao Zedong

Lahir di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat, tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak mempengaruhi kehidupannya kelak. Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Mao banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.

C.    Doktrin-Doktrin Kapitalisme dan Marxisme

1.      Doktrin Kapitalisme

Doktri utama dari sistem ekonomi kapitalis “laissez faire” dan pasar bebas yang merujuk kepada pemikiran ahli ekonomi klasik dimana digambarkan bahwa perekonomian akan berjalan tampa campur tangan pemerintah, model pemikiran ini bertahan cukup lama dari kwartal terakhir abad ke-18 dan pertengahan pertama abad ke-19, pandangan dan pemikiran para tokoh ekonomi pada zaman ini sangat berpengaruh di Eropa dan Amerika serikat hampir satu abad lamanya (Bachrawi Sanusi:2004). Akan tetapi dengan terjadinya depressi dunia pada tahun 1930an akan memaksa banyak orang untuk menjadari bahwa telah terjadi perubahan-perubahan dan mengakui bahwa pemikiran-pemikiran lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan perekonomian pada zaman itu, oleh karena depressi mengakibatkan beberapa Negara industri yang maju, menciptakan banyak pengganguran basar-besaran, berbagai perbankan dan perusahaan menjadi bangkrut, para petani banyak yang kehilangan tanah, penghasilan dan pengeluaran merosot.

Akibat tersebut muncul pendapat kebanyakan orang utamanya ahli-ahli ekonomi pada zaman itu, mereka berpendapat bahwa satu-satunya obat yang paling mujarab adalah perlunya kebijaksanaan pemerintah dalam pembelanjaan besar-besaran,pendapat kebanyakan orang soal depressi dan obat mujarabnya benar, Karena terbukti dari cacatan sejarah bahwa kebanyakan Negara-negara industri termasuk Amerika Serikat kesulitan akibat depressi dan pengangguran dapat di atasi dengan kebijaksanaan pembelanjaan pemerintah yang cukup besar untuk membangun proyek prasarana.Ahli-ahli ekonomi klasik yang merupakan penganjur dari sistem ekonomi kapitalis tidak mampu menemukan solusinya pada waktu itu.

2.      Doktrin Marxisme

Doktrin tentang nilai lebih merupakan batu-penjuru dari teori ekonomi yang dikemukakan oleh Marx. Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja, justru menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modalkecil dan menciptakan barisan pengangguran. Dalam bidang industri, kemenangan produksi berskala besar segera tampak, tetapi gejala yang sama juga dapat dilihat pada bidang pertanian, di mana keunggulan pertanian bermodal besar semakin dikembangkan. Penggunaan mesin-mesin pertanian ditingkatkan, mengakibatkan ekonomi para petani kecil terjebak oleh modal-uang, kemudian jatuh dan hancur berantakan disebabkanteknik produksi yang kalah bersaing. Penurunan produksi berskala kecil mengambil bentuk-bentuk yang berbeda dalam bidang pertanian, akan tetapiproses penurunan itu sendiri merupakan suatu hal yang tidak terbantahkan.

Dengan menghancurkan produksi berskala kecil, modal mendorong peningkatan produktivitas kerja dan menciptakan posisi monopoli bagi asosiasi kapitalis besar. Produksi itu sendiri menjadi semakin sosial – ratusan ribu, bahkan jutaan pekerja di-ikat dalam suatu organisme ekonomi reguler – tapi hasil dari kerja kolektif ini dinikmatioleh sekelompok pemilik modal. Anarki produksi, krisis, kekacauan harga pasaran, serta ancaman terhadap sebagian terbesar anggota masyarakat, semakin memburuk.

Dengan mengembangkan ketergantungan para pekerja pada modal, sistem ekonomi kapitalis menciptakan kekuatan besar dari persatuan parapekerja. Marx menyelidiki perkembangan kapitalisme dari ekonomi komoditi tahap awal, dari pertukaran yang sederhana, hingga bentuk-bentuknyayang tertinggi, produksi berskala besar. Dan dari pengalaman negeri-negeri kapitalis, yang lama dan baru, dari tahun ke tahun, terlihat dengan jelas kebenaran dari doktrin-doktrin Marxian ini. Kapitalisme telah menang di seluruh dunia, tetapi kemenangan inihanyalah merupakan awal dari kemenangan para pekerja terhadap modal yang membelenggu mereka.

D.    Kritik Islam terhadap Kapitalisme dan Marxisme

1.      Kapitalisme

Islam tidak membenarkan adanya kelas-kelas masyarakat dan mencegah pemusatan kekayaan hanya di kalangan sekelompok kecil orang kaya sebagaimana yang ada dalam kapitalisme.

“…….supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orangorang kaya saja di kalanganmu” (QS. 59: 7).

Islam menentang pula adanya perbedaan yang menyolok dalam hal kekayaan seperti yang terdapat dalam kapitalisme. Lebih dari satu ayat dalam al-Qur’an yang menentang adanya kekayan yang berlebih-lebihan dan orang-orang yang hidup bermewah-mewah.

“…….orang-orang yang lalim hanya mementingkan kehidupan mereka yang mewah, dan merekalah orang-orang yang berdosa” (QS. 11: 16).

“Hingga apabila Kami turunkan siksa kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewahan di antara mereka, dengan serta merta mereka pun berteriak meminta pertolongan” (QS. 23: 64).

Walaupun demikian, Islam tidak menentang orang kaya asalkan dia dapat menguasai dirinya. Islam menjelaskan bahwa kekayaan itu tidak dicari untuk sekedar dikumpulkan tetapi dicari untuk berbakti kepada Allah dan untuk melaksanakan perbuatan yang baik, yang bermanfaat dan penuh kasih sayang. Ini menunjukkan bahwa makna kekayaan dalam Islam sangat berbeda dengan makna yang terdapat dalam sistem ekonomi materialistik dan kapitalisme. Sistem tersebut menganggap bahwa kekayaan sebagai kekuatan ekonomi dan sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan. 

Dalam pola ekonomi kapitalis dikenal adanya prinsip-prinsip kebebasan individu tanpa batas, adanya kelas-kelas dan eksploitasi kaum proletar yang berlebih, serta adanya pasar bebas. Islam mempunyai pola ekonomi yang berbeda dengan pola ekonomi kapitalis. Menurut Mustafa Mahmud, pola kehidupan ekonomi Islam bertolak dari ajaran-ajaran tentang pemenuhan kebutuhan, kepentingan, kerja sama, saling tolong menolong, tidak bertolak dari perjuangan dan perlawanan antar kelas masyarakat (Mahmud, 1984: 280-281). Pola Islam itu berusaha mencari keseimbangan antara individu di dalam masyarakat dan tidak mengorbankan masyarakat untuk kebaikan kelompok kapitalis yang minoritas.

Dengan kata lain kebebasan individu untuk memperoleh keuntungan adalah suatu prinsip dalam pola ekonomi Islam berbarengan dengan prinsip hak milik pribadi, campur tangan negara di bidang perekonomian dan hak milik bersama. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Islam tidak memperkenankan eksploitasi terhadap si miskin oleh si kaya, ia juga tidak memberikan ampunan kepada orang memiliki investasi (modal) tanpa batas dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi sosial dari tindakannya. Islam memang mengharamkan konsumsi pribadi yang tidak rasional, tetapi satu sisi memuji sedekah sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan spiritual. Kekayaan pribadi dalam Islam merupakan amanat suci yang harus dinikmati oleh semuanya, terutama oleh fakir miskin yang membutuhkan (Naqvi, 1985: 112).[6]

2.      Marxisme

Pandangan Marxisme sangat bertolak belakang dengan konsep Islam. Islam tidak pernah membedakan kelas pekerja atau majikan,dan kaya atau miskin. Orang miskin juga diharamkan bekerja sama untuk menghancurkan orang kaya (borjuis) atas nama perjuangan kelas. Orang miskin diwajibkan untuk bekerja memenuhi kebutuhannya sendiri, sedangkan yang kaya juga harus menyisihkan hartanya bagi orang miskin yang berupa zakat dan larangan menumpuk harta. Ada juga usaha lain yang bisa dilakukan oleh individu miskin tanpa perjuangan kelas, yaitu menanti harta rampasan perang, harta waris atau menerapkan pola hidup hemat. Inilah sisi yang tidak diperhatikan oleh marx.

Dalam teori perjuangan kelas, Marx membuat permusuhan antara kaum buruh dan kaum kaya. Pada puncaknya, Marx mewajibkan pemberantasan kaum kaya sehingga tidak ada lagi yang kaya dan semua materi menjadi milik bersama. Islam sangat menentang perjuangan ini. Islam menganjurkan peningkatan kesadaran beragama kepada yang kaya dengan reward dan punishment, bukan dengan menghancurkannya. Setiap manusia akan mendapatkan catatan amal di akhirat nanti. Ada yang menerima di sebelah kiri karena perbuatan baiknya lebih banyak dan ada pula yang menerima dari sebelah kiri karena kejahatannya. Bagi mereka yang menerima dari sebelah kiri akan dimasukkan kedalam api neraka yang bernyala-nyala. Setelah itu ia dililit rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta yang menjadi penyebabnya demikian adalah karena ia tidak beriman kepada Allah dan tidak mau mendorong orang lain untuk memberi makan orang miskin.[7]

Marxisme meniadakan kepemilikan harta dalam bentuk apapun. Semua harus jadi milik bersama. Islam tidak setuju dengan pendapat Marx. Ketika harta dimiliki bersama, tatanan kehidupan akan menjadi kacau. Semua boleh asal ambil. Tidak mempedulikan hak orang lain, karena memang tidak ada batas yang jelas antara hak individu dan hak bersama. Islam mengkritik pendapat Marx tentang negara, sebab negara merupakan salah satu institusi penting haru dilibatkan dalam pengentasan kemiskinan. Negara wajib menjalankan sistem ekonomi yang baik, sebab sistem perekonomian adalah salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Salah satu sistem perekonomian yang harus diperbaiki pemerintah adalah ekonomi yang tidak sehat.

Ekonomi yang sakit adalah ekonomi yang saling mematikan, menghalalkan segala cara dan penuh persaingan. Dalam kondisi ini, pihak yang memiliki modal besar, sarana, ilmu dan teknologi lebih dapat bersaing dibanding golongan pedagang kecil yang tidak memiliki modal yang besar dan lainnya itu. Untuk itu akibatnya pedagang kecil dari golongan miskin dengan mudah dapat dimatikan oleh golongan ekonomi yang kuat.


 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Istilah kapitalisme (dari bahasa Inggris capitalism, dari bahasa Latin: capitalis artinya tentang “kepala”) (Free Enterprisemand Braudel: 233) dan ekonomi; yaitu asas dimana unsur material dari faktor-faktor produksi (tanah dan modal) berada dalam tangan swasta dan motivasi dalam berproduksi semata-mata untuk mencapai keuntungan sebanyak-banyaknya. Istilah semacam ini berasal dari negarawan dan sejarawan Perancis beraliran sosialis, Louis Blanc (1811-1882). Sebagai bahan perbandingan dapat disebutkan pula bahwa arti kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanganan modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan-perusahaan swasta dengan cirri persaingan dalam sasaran bebas (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1982: 1659).

2.      Adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Awalnya Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.

3.      Doktri utama dari sistem ekonomi kapitalis “laissez faire” dan pasar bebas yang merujuk kepada pemikiran ahli ekonomi klasik dimana digambarkan bahwa perekonomian akan berjalan tampa campur tangan pemerintah, model pemikiran ini bertahan cukup lama dari kwartal terakhir abad ke-18 dan pertengahan pertama abad ke-19, pandangan dan pemikiran para tokoh ekonomi pada zaman ini sangat berpengaruh di Eropa dan Amerika serikat hampir satu abad lamanya (Bachrawi Sanusi:2004).

4.      Doktrin tentang nilai lebih merupakan batu-penjuru dari teori ekonomi yang dikemukakan oleh Marx. Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja, justru menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modalkecil dan menciptakan barisan pengangguran. Dalam bidang industri, kemenangan produksi berskala besar segera tampak, tetapi gejala yang sama juga dapat dilihat pada bidang pertanian, di mana keunggulan pertanian bermodal besar semakin dikembangkan.

5.      Islam tidak membenarkan adanya kelas-kelas masyarakat dan mencegah pemusatan kekayaan hanya di kalangan sekelompok kecil orang kaya sebagaimana yang ada dalam kapitalisme.

6.      Pandangan Marxisme sangat bertolak belakang dengan konsep Islam. Islam tidak pernah membedakan kelas pekerja atau majikan,dan kaya atau miskin. Orang miskin juga diharamkan bekerja sama untuk menghancurkan orang kaya (borjuis) atas nama perjuangan kelas. Orang miskin diwajibkan untuk bekerja memenuhi kebutuhannya sendiri, sedangkan yang kaya juga harus menyisihkan hartanya bagi orang miskin yang berupa zakat dan larangan menumpuk harta.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdul khobir, Islam Dan Kapitalisme, Jurnal RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010.

Hlm. 225-238

 

Kapitalisme, Wikipedia, Diakses 3 Januari 2021

 

Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam Smith, Istidlal:

Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Volume 4, Nomor 1, April 2020 hal 26

 

Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575

 

P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 111-117.

 

Abuddin Nata, dkk, Kajian Tematik Al-Quran tentang Konstruksi Sosial,

(Bandung:Angkasa Raya, 2008), hlm. 175

 



[1] Abdul khobir, Islam Dan Kapitalisme, Jurnal RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010. Hlm. 225-238

[2] Kapitalisme, Wikipedia, Diakses 3 Januari 2021

[3] Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575

[4] P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 111-117.

[5] Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam Smith, Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Volume 4, Nomor 1, April 2020 hal 26

[6] Abdul khobir, Islam Dan Kapitalisme, Jurnal RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010. Hlm. 225-238

 

[7] Abuddin Nata, dkk, Kajian Tematik Al-Quran tentang Konstruksi Sosial, (Bandung:Angkasa Raya, 2008), hlm. 175

Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment