MAKALAH PENDEKATAN HUMANISTIK

Diajukan untuk Dipresentasikan dalam

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

 


Oleh:

 

 

YESI YUARDANI

 

 

Dosen Pembimbing;

 

Zulfikri

 

 

 

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

1441 H/2020 M

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah darinya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pendekatan Humanistik” ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pada mata kuliah “Filsafat Ilmu.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang buat ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya, dan masih jauh dari kata sempurna.

Kerinci, 21 Desember 2020

 

 

        Penyusun


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Pendekatan pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan atas hidupnya orang lain. Teori belajar yang humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Pembelajaran dalam pendekatan humanistik dipahami sebagai pembelajaran yang mengarah pada proses memanusiakan manusia. Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah proses membimbing, mengarahkan dan mengembangkan potensi dasar manusia baik jasmani maupun rokhani secara seimbang dengan menghormati niai-nilai humanistik yang lain. Humanistik merupakan bagian dari salah satu pendekatan dalam belajar. Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.

 

B.     Rumusan masalah

1.      Apa yanng dimaksud dengan pendekatan humanistik?

2.      Siapa tokoh humanistik dan pemikirannya?

3.      Apa peran humanistik terrhadap filsafat ilmu?

4.      Bagaimana pandangan islam terhadap humanistik?

C.    Tujuan penulisan

Untuk mengetahui dan mejelaaskan tentang:

1.      Pengertian pendekatan humanistik

2.      Tokoh humanistik dan pemikirannya

3.      Peran humanistik terhadap filsafat ilmu

4.      Pandangan islam terhadap humanistik


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian pendekatan humanistik

Pendekatan humanistik menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi  dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Dalam kaitan itu maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kebutuhan manusia adalah bertingkat-tingkat, terdiri dari tingkatan atau kebutuhan keamanan, pengakuan dan aktualisasi diri.

Kerangka Berfikir tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Menurut para pendidik aliran ini  penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka.

Dalam kamus ilmiah popular awal kata humanistik, human berarti, mengenai manusia atau cara manusia. Humane berarti berperikemanusiaan. Humaniora berarti pengetahuan yang mencakup filsafat, kajian moral, seni, sejarah, dan bahasa. Humanis, penganut ajaran dan humanisme yaitu suatu doktrin yang menekan kepentingan-kepentingan keamusiaan dan ideal (humanisme pada zaman renaisans didasarkan atas peradaban Yunani Purba, sedangkan humanisme modern menekankan manusia secara ekslusif). Jadi humanistik adalah rasa kemanusiaan atau yang berhubungan dengan kemansuiaan.[1]

Telah disadari bahwa sains dan teknologi lahir dan berkembang melalui pendidikan, maka salah satu terapi terhadap berbagai masalah di atas bisa didekati melalui pendidikan. Oleh karenanya, tulisan-tulisan yang mengedepankan paradigma pendidikan yang berwawasan kemanusiaan (humanistik) menjadi sangat penting dan diperlukan. Manusia merupakan makhluk yang multidimensional. Bukan saja karena manusia sebagai subjek yang secara teologis memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, tetapi sekaligus sebagai objek dalam keseluruhan macam dan bentuk aktifitas dan kreativitasnya.

Arti dari humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dalam pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.[2]

Pembelajaran dalam pendekatan humanistik dipahami sebagai pembelajaran yang mengarah pada proses memanusiakan manusia. Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah proses membimbing, mengarahkan dan mengembangkan potensi dasar manusia baik jasmani maupun rokhani secara seimbang dengan menghormati niai-nilai humanistik yang lain. Humanistik merupakan bagian dari salah satu pendekatan dalam belajar. Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.[3]

B.     Tokoh Humanistik dan Pemikirannya

Terdapat 2 tokoh pencetus teori humanisme, yaitu Abraham Harold Maslow dan Arthur Comb.  Teori Abraham Harold Maslow didasari dari  Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) yang memiliki tingkatan. Teori Arthur Comb didasari dari sudut pandang atau presepsi manusia dalam menjalani sesuatu. 

1.      Arthur Combs

Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk mengerti orang lain, yang terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya.

2.      Abraham H. Maslow

Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:

·         Suatu usaha yang positif untuk berkembang.

·         Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan dari tingkat yang lebih rendah yaitu tingkat untuk bisa surviveatau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika secara fisik manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini telah terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan akhirnya self-actualization.

3.      Carl. Rogers

Rogers menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal dan berarti. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat pendidikannya, yakni:

·         Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

·         Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

·         Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

·         Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

·         Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

·         Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

·         Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

·         Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

·         Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

·         Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

C.    Peran Humanistik Terhadap Filsafat Ilmu

Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam segala hal.[4]

Filsafat pendidikan humanisme merupakan suatu bentuk filsafat pendidikan yang memandang bahwa manusia memiliki satu kehidupan yang diisi dengan kreatifitas dan kebahagiaan, yang tidak membutuhkan persetujuan ataupun dukungan dari entitas supernatural manapun, dimana entitas ini sama sekali tidak ada. Manusia, dengan kecerdasan dan saling bekerjasama, dapat membangun sebuah kedamaian dan keindahan di muka bumi ini (Lamont, 1997:15). Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat pendidikan humanisme memandang bahwa kerjasama dan kecerdasan yang dimiliki manusia, mereka akan mampu menciptakan keindahan dan kedamaian dimuka bumi.

Filsafat pendidikan humanisme memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas kognitif saja, tetapi juga dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilainilai yang dimiliki setiap siswa. Pendidikan dengan mengedepankan filsafat pendidikan humanisme memandang proses belajar bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu, proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan (Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2007:142-143).

Dalam prakteknya, metode mengajar humanistik menggabungkan pendekatan individual dan pengajaran kelompok kecil. Hal ini berbeda dengan pola pembelajaran guru-guru tradisional, pendidik humanistik memandang dirinya sejajar dengan murid-murid mereka, dan mempunyai hak yang sama. Tujuan dasar pendidikan humanisme, mendorong siswa mandiri dan independen, bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka, kreatif, dan berusaha ingin tahu terhadap dunia di sekitar mereka.

Dalam proses pembelajaran dengan mengedepankan filsafat pendidikan humanisme, prinsipprinsip pendidikan adalah sebagai berikut:

a.       Siswa memilih apa yang ingin pelajari. Guru humanistik percaya, bahwa siswa termotivasi mengkaji materi bahan ajar, terkait dengan kebutuhan dan keinginannya;

b.      Tujuan pendidikan untuk mendorong dan memotivasi diri sendiri untuk belajar sendiri;

c.       Pendidik humanistik percaya, nilai tidak relevan dan hanya self evaluation (evaluasi diri) yang bermakna;

d.      Pendidik humanistik percaya terhadap perasaan dan pengetahuan. Hal ini berbeda dengan pendidik tradisional, guru humanistik tidak memisahkan domain kognetif dan afektif; dan

e.       Pendidik humanistik menekankan, siswa harus terhindar dari tekanan lingkungan. Jika siswa merasa aman, proses belajar lebih mudah dan bermakna.

Humanistik ini pada akhirnya melahirkan beberapa konsep pengembangan model pembelajaran, yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri realitas dirinya sendiri dan menekankan kemampuan siswa dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik (Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2007: 144). Landasan filsafat pendidikan humanisme berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik. Filsafat pendidikan humanisme selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensipotensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah.Adapun tokoh-tokoh utama dari pendidikan humanistik, antara lain: Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur W. Combs.

D.    Panddangan Islam Terhadap Humanistik

Menurut pandangan islam, humanisme ditegakkan berdasarkan kemanusiaan yang suci dan diajarkan di dalam al-qur’an. Islam mengajarkan bahwa Allah Swt tidak menciptakan sesuatu tanpa ada manfaat nya. Begitupun dengan manusia, Allah swt menciptakan nya tidak dengan sia-sia. Menurut saya justru manusia adalah ciptaan Allah Swt yang paling sempurna. Karena manusia dikaruniai akal untuk berfikir dan panca indera untuk merangsang kepekaan.[5] 

Hal tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki bentuk sebaik-baiknya dan sempurna lahir batinnya. Islam pun tidak pernah mengajarkan untuk mendewakan manusia maupun merendahkannya. Manusia hanyalah penerima amanah dari Allah Swt untuk mengelola alam semesta dengan sebaik-baikya. Dengan begitu, manusia yang dapat melaksanakan amanah-Nya yang bisa dikategorikan sebagai manusia yang sempurna, sedangkan manusia yang melanggar amanah-Nya yang disebut sebagai manusia yang berdosa karena lalai terhadap kewajibannya.

Mulia atau rendahnya manusia terukur oleh ketqwaan nya terhadap Allah SWT. Manusia yang bertaqwa akan senantiasa berbuat kebajikan dan bermanfaat bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, manusia yang selalu membuat kerusakan di muka bumi lah yang termasuk golongan manusia hina dan lalai. Menurut saya amanah Allah Swt dalam mengelola alam semesta dapat menjadi bukti nyata bahwa manusia digolongkan sebagai makhluk Allah swt yang memiliki derajat tertinggi di muka bumi daripada makhluk yang lain karena hanya manusia yang dapat mengelola alam semesta.

Humanisme dalam islam sendiri didasarkan pada prinsip nyata yakni hubungan sesama umat manusia, baik hubungan antar umat muslim maupun umat yang lainnya. Pelarangan dalam mendewakan manusia dan pelarangan saling merendahkan antar sesama. Di dalam Al-Qur’an pun telah dijelaskan dalam surah Al- Hujurat ayat 13 yang berbunyi “Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku agar kamu saling mengenal..” dan surah Al-Mumtahanah ayat 8 yang berbunyi “ Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”


 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Pendekatan humanistik menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi  dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Dalam kaitan itu maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kebutuhan manusia adalah bertingkat-tingkat, terdiri dari tingkatan atau kebutuhan keamanan, pengakuan dan aktualisasi diri.

2.      Terdapat 2 tokoh pencetus teori humanisme, yaitu Abraham Harold Maslow dan Arthur Comb.  Teori Abraham Harold Maslow didasari dari  Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) yang memiliki tingkatan. Teori Arthur Comb didasari dari sudut pandang atau presepsi manusia dalam menjalani sesuatu. 

3.      Filsafat pendidikan humanisme merupakan suatu bentuk filsafat pendidikan yang memandang bahwa manusia memiliki satu kehidupan yang diisi dengan kreatifitas dan kebahagiaan, yang tidak membutuhkan persetujuan ataupun dukungan dari entitas supernatural manapun, dimana entitas ini sama sekali tidak ada. Manusia, dengan kecerdasan dan saling bekerjasama, dapat membangun sebuah kedamaian dan keindahan di muka bumi ini (Lamont, 1997:15). Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat pendidikan humanisme memandang bahwa kerjasama dan kecerdasan yang dimiliki manusia, mereka akan mampu menciptakan keindahan dan kedamaian dimuka bumi.

4.      Menurut pandangan islam, humanisme ditegakkan berdasarkan kemanusiaan yang suci dan diajarkan di dalam al-qur’an. Islam mengajarkan bahwa Allah Swt tidak menciptakan sesuatu tanpa ada manfaat nya. Begitupun dengan manusia, Allah swt menciptakan nya tidak dengan sia-sia. Menurut saya justru manusia adalah ciptaan Allah Swt yang paling sempurna. Karena manusia dikaruniai akal untuk berfikir dan panca indera untuk merangsang kepekaan


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arloka, 1994)

 

Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2009)

 

Moh Umar, (2018), Pendekatan Humanistik Dalam Proses Pembelajran Program Pendidikan

Kesetaraan Strata C, Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 2

 

Hadi, Sumasno (2012). "Konsep Humanisme Yunani Kuno dan Perkembangannya dalam Sejarah Pemikiran Filsafat". Jurnal Filsafat. Yogyakarta: UGM. 22 (2): 107–119. eISSN 2528-6881

 

 “Humanisme Menurut Pandangan Islam”, Kompassiana, (Diakses, 22 Desember 2020)



[1] Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arloka, 1994), h. 234

[2] Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 63.

[3] Moh Umar, (2018), Pendekatan Humanistik Dalam Proses Pembelajran Program Pendidikan Kesetaraan Strata C, Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 2, hal 73

[4] Hadi, Sumasno (2012). "Konsep Humanisme Yunani Kuno dan Perkembangannya dalam Sejarah Pemikiran Filsafat"Jurnal Filsafat. Yogyakarta: UGM. 22 (2): 107–119. eISSN 2528-6881

[5] “Humanisme Menurut Pandangan Islam”, Kompassiana, (Diakses, 22 Desember 2020)

Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment