MAKALAH TEKNIK TES DAN TEKNIK NON TES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR



TEKNIK TES DAN TEKNIK NON TES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi  tugas terstruktur pada mata kuliyah
EVALUASSI PENDIDIKAN

         Disusun Oleh :
EFAL YUARDI
               NIM : 07.255.13
Dosen Pembimbing :
AINIL KHURYATI, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI
PRODI BAHASA ARAB (VI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
 KERINCI
TAHUN AJARAN 2015/2016




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Di dalam  dunia pendidikan, kita  mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan  hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya . Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi  kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik di kemudian hari.
Selanjutnya didalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi yang kita kenal yaitu teknik evaluasi menggunakan tes dan evaluasi dengan teknik non tes, Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka perlu kiranya penulis membatasi dalam satu bingkai rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian, fungsi dan penggolongan penilaian bentuk tes?
2.      Apa pengertian, bentuk dan penggunaan penilaian bentuk non tes?
3.      Apa pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam?
4.      Bagaimana prinsip-prinsip dan sistem evaluasi pendidikan Islam?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian, Bentuk dan Penggunaan Penilaian Bentuk Tes
Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada dua individu yang persis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaanNya dan agar kita semua berbakti kepadaNya.
1. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas, yaitu : test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jamak) adalah pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai pekerjaan (= tercoba).
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lainnya.
Dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
2.  Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan.
3. Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/ kemajuan belajar peserta didik.
1)  Tes seleksi. Sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau “ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
2) Tes awal. Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.
3)  Tes akhir. Sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
4)  Tes diagnostic. Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes ini juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”
5)  Tes formatif. Adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.
6)  Tes sumatif. Adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah “Ujian Akhir Semester” atau “UN” (Ujian Nasional), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.
b. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap
Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1)  Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)  Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3)  Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4)  Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian dan lain-lain.
5)  Tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
 c. Penggolongan lain-lain
Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)  Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja, dan;
2)  Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaika tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)  Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan;
2)  Speed test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yaitu:
1)  Verbal test, yakni suaut tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan;
2)  Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)  Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2)  Tes lisan, yakni tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.

B.     Pengertian, Bentuk dan Penggunaan Penilaian Nontes
1.      Pengertian Nontes
Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik  evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial  dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri.
2. Bentuk-Bentuk Non Tes
a. Observasi (pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Menurut Moleong (2005 : 176) pengamatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan berperanserta dan tidak berperanserta. Dalam pengamatan yang tidak berperanserta, seseorang hanya melakukan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperanserta seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati.
1). Kelebihan Teknik Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data berbagai aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak terhadap terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
2). Kelemahan Teknik Observasi
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1.    Observer tidak dapat mengungkapakan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.  Apabila si objek  mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.  Obserever banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya.
3). Langkah-langkah menyusun observasi :
Adapun Langkah-langkah menyusun observasi adalah sebagai berikut :
1.      Merumuskan tujuan
2.      Merumuskan kegiatan
3.      Menyusun langkah-langkah
4.      Menyusun kisi-kisi
5.      Menyusun panduan observasi
6.      Menyusun alat penilaian
b. Interview (wawancara)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
1). Macam-macam wawancara
a.  Wawancara terpimpin (Guided Interview).
b.  Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview)
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a.  Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. 
Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai 
b. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yangdilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakanwawancara.
c.  Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru . Sebelum melaksanakan wawancara guru harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
2). Kelebihan wawancara  :
1.  Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek 
2.  Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3.  Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
4.  Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antarasi pewawancara dengan objek.
3). Kelemahan wawancara:
1.    Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai
2.   Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara.
3.  Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.
4.    Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara.
c. Angket (questionaire)
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Prinsip Penulisan Angket :
1.      Isi dan tujuan pertanyaan jelas
2.      Bahasa yang digunakan
3.      Tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup)
4.      Pertanyaan tidak mendua.
5.      Tidak menanyakan yang sudah lupa.
7.      Panjang pertanyaan (max 30 pertanyaan)
8.      Urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit)
9.      Prinsip pengukuran
10.  Penampilan fisik angket.
d. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai daftar pribadi (personality infentory); seperti kapan peserta didik dilahirkan, agama yang dianut dan lain-lain, dan juga mengenai riwayat hidup (auto biografi) seperti: apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih atau mendapatkan penghargaan dan masih banyak lagi yang lainya.
Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik orang tua dan lingkunganya pada saat tertentu akan sangat dibutuhkan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.
Melalui analisis dokumen data pribadi dapat memberikan sumber keterangan untuk mengadakan penilaian tentang data pribadi siswa, memberikan bimbingan belajar secara optimal dan mengarahkan pilihan karir jabatan dimasa mendatang.
e. Teknik evaluasi partisipatif
Teknik-teknik evaluasi partisipatif disini maksudnya adalah bahwa evaluator melibatkan langsung subjek yang di evaluasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian evaluasi.
Teknik-teknik tersebut diantaranya:
1). Teknik respon terperinci ( itemized responsee).
Teknik ini pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang mencakup materi atau bahan pelajaran, proses pembelajaran, keluaran atau dampak pembelajaran. Pengembangan teknik ini menuntut keterlibatan subjek-subjek yang dievaluasi secara sungguh-sungguh. Efektifitas teknik dipengaruhi oleh sejauh mana pengalaman dan kepentingan pihak yang dievaluasi erat hubunganya dengan unsur-unsur program yang sedang dikaji.
Dalam menggunakan teknik respon terperinci evaluator membuat dua kolom dan lajur pada sehelai kertas lebar atau papan tulis. Pada kolom sebelah kiri ditulis sebuah pernyataan yang berbunyi: “hal-hal yang telah dianggap baik tentang materi atau proses pembelajaran yang baru dilakukan. Pada kolom kiri ditulis “hal-hal yang masih perlu dikembangkan dalam materi astau proses pembelajaran yang baru dilakukan.
Untuk mengisi kedua kolom tersebut diatas para subjek yang dievaluasi diminta mengajukan pendapat untuk mengisi kolom sebelah kiri sampai selesai, kemudian dilanjutkan yang sebelah kanan. Dan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menjawabnya.
Setelah semua kolom terisi, selanjutnya dapat ditanyakan kepada semua subjek tentang jawaban mana yang dianggap prioritas berdasarkan ranking yang disusun sesuai pendapat para subjek.
2).Teknik cawan iklan (fish-bowl technique).
Teknik cawan iklan adalah teknik yang digunakan dalam evaluasi dengan mengamati kegiatan diskusi yang sedang berlangsung. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lingkaran dalam misalnya terdiri dari 7 orang dan kelompok lingakaran luar misalnya terdiri dari 13 orang.
Tempat duduk lingakaran dalam bertugas melakukan diskusi tentang berbagai topik topik, yang dipimpin oleh ketua kelompok. Kemudian tempat duduk lingkaran luar disusun melingkar diluar kelompok lingkaran dalam. Tugasnya adalah mengamati diskusi yang dilakukan subjek pada lingkaran dalam.  Apabila ada subjek dari kelompok lingkaran luar ingin bicara dilingkaran dalam maka bersangkutan harus bertukar tempat dengan seoarang yang berada dilingkaran dalam dengan cara memberi isyarat, misalnya menyentuh bahu temanya.
Teknik cawan iklan ini dapat menumbuhkan kegiatan evaluasi yang gembira, aktif, saling belajar, dan mengharuskan peserta terlibat dalam diskusi, mendengarkan dan mengamati.
f. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Kelebihan studi kasus dan studi lainya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Pada umunya permasalahanya berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa.
g. Sosiometri
Salah satu cara untuk megetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya, adalah teknik sosiometri. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain.
Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu  atau dua temanya  yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam memilih kesempatan tersebut agar tidak ada siswa yang berusaha melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya. Tulislah nama pilihan tersebut pada kertas kecil, kemudian digulung dan dikumpulkan oleh guru, setelah seluruhnya terkumpul guru mengolahnya dengan dua cara. Cara pertama melukiskan  alur-alur pilihan dari setiap siswa dalam bentuk diagram sehingga terlihat hubungan antar siswa berdasarkan pilihanya, dengan hasil pilihan tersebut dinamakan sosiogram.
Dengan demikian, hasil dari sosiometri dapat dijadikan bahan bagi guru dalam mempelajari para siswanya terutama dalam menganalisis sebab-sebab seorang siswa termasuk kedalam siswa yang disenangi, atau sebaliknya menjadi yang terisolasi. Dengan perkataan lain sosiometri dapat digunakan sebagai salah satu alat dalam menemukan kasus-kasus siswa disekolah dilihat dari hubungan sosialnya, dan dijadikan alat untuk melengkapi data mengenai perkembangan siswa.

C.    Pengertian, Tujuan dan Fungsi Valuasi Pendidikan Islam
1.    Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.
Ada beberapa pendapat lain definisi mengenai evaluasi:  
Menurut Bloom Evaluasi yaitu: pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Stuffle Beam Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan enyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Cronbach didalam bukunya Designing Evalutor Of Education and Social Program, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain : Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.
2.    Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Secara rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena itu, hendaknya di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal.
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat hal, yaitu:
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :
Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin. Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana ia berada. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Sedangkan menurut Muchtar Buchari M. Eb, mengemukakan, ada dua tujuan evaluasi :
 § Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
 § Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.
Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
 üUntuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
 üUntuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
 üUntuk menempatkan  murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
 üUntuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.

D.    Prinsip-prinsip dan Sistem Evaluasi Pendidikan Islam
1.      Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain :
 ØPrinsip Kesinambungan (kontinuitas).
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).
 ØPrinsip Menyeluruh (komprehensif)
 ØPrinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99 : 78).
 ØPrinsip Objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.
Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”. Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.
2.      Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :
 v Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
 v Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).
 v Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).
 vUntuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).
 vMemberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
 vAllah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
 vAllah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).





BAB III
KESIMPULAN

1.    Dari beberapa definisi dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan, atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga  dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
2.    Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Dan bentuk-bentuk non tes antara lain : Observasi (pengamatan), Interview (wawancara), Angket (questionaire), Teknik evaluasi partisipatif, Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis), Studi Kasus, Sosiometri (penilaian antar teman)
3.    Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.
4.    Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan.
5.    Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.
6.    Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam : Prinsip Kesinambungan (kontinuitas), Prinsip Menyeluruh (komprehensif), Prinsip yang melihat semua aspek, Prinsip Objektivitas
7.    Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan oleh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan Islam tertuang dalam : Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155, QS. An Naml/27:40, QS. Ash Shaaffat/37:103-107, QS. Al-Baqarah/2:31, QS. Az Zalzalah/99:7-8, QS. Al Hajj/22:37, QS. Al Maidah/5:8.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002.
Djaali dan Pudji Mulyono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan , Jakarta: PT Grasindo, 2008
Athok Fuadi, System Pengembangan Evaluasi,  Surabaya : Ponorogo Press , 2006
Hamalik Oemar, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar Maju, 1989
Muhaimin, Memikirkan Pendidikan Islam, PT. Rineka Cipta, Jakarta 1993.
H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Rusyam, Tabrani, dkk., Pendekatan Proses Belajar Mengajar, Gramedia, Jakarta, 1989.
Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis, dan praktis, Ciputat Press, Jakarta, 2000.
Sudiyono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
Djuju Sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

Share on Google Plus

About Epal Yuardi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment