BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejarah
mencatat bahwa kehidupan pada masa jahiliyah yang identik dengan konflik dalam
kontek berbagai aspek, termasuk politik, budaya, agama dan bahkan sosioal,
tentu akan memjadi bahan perbandingan dan zaman Khulafaur-Rasyiddin, keadaan
tersebut masih mewarnai. Dalam pemerintahan Usman bin Affan juga situasi itu
masih berlangsung, terbukti wafatnya Usman adalah dilatar belakangi oleh konflik
yang terjadi ketika itu.
Tragedi
berdarah ini adalah salah satu contoh, dimana proses perkembangan kehidupan sosial,
ketika memahami agama masih dalam tataran jahiliyah, namun keadan ini tentu
akan mengantar pembahasan kita pada perjalanan kenegaraan pada masa
pemerintahan khalifah..
Dalam hal ini,
ada beberapa konsekwensi logis yang mengantarkan kita pada latar belakang
terpilihnya Usman, walaupun telah diketahui bersama bahwa pengangkatan Usman
adalah atas campur tangan "Umar " dan keadaan itulah yang menjadi
embrio permasalah yang klimaknya tepat pada pemerintahan Usman inb Affan.
1.2 Rumusan masalah
·
Siapa utsman bin affan?
·
Bagaimana perjalanan utsman bin affan untuk menjunjung agama islam?
1.3 Manfaat
makalah
·
Mengetahui tentang biografi utsman bin affan
·
Mengetahui tentang kisah perjalanan utsman bin affan
BAB II
PEMBAHASAN
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah
ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan
ekonomi yang handal namun sangat dermawan.
Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah
Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya.
Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari
Rasululloh Saw yaitu: Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada tahun 574 Masehi dari golongan Bani
Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam
atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang
pertama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan
sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, kenapa ketika ‘Abu Bakar masuk islam engkau biasa-biasa saja dan tidak memberi perhatian
khusus, lalu Umar masuk islam engkau pun juga biasa saja, dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika
Utsman masuk islam
engkau terus duduk bersama nya dan membetulkan pakaian nya, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah
aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah itu di
sebabkan karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy
terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi
seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah, hingga tekanan dari kaum Quraisy
reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk
hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasululloh untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah.
Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya
akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi
penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk,
dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota
Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda,
ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, Utsman bin Affan
juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari
seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah
kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut
dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua,
diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang
kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali
yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi
khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa
calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah
di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Beliau adalah
khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah), dan masjid Nabawi (Madinah), karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya; beliau membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara
yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria,
Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk
angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan
kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa
jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau
kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun
hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka
bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh
pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski
Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip
untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid
pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil
memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis
seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang
syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
2.1 Masa Kekhalifahan
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar
musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh
khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah
Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas,
Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah
panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan
siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan
dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman
dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang
meminta pendapatss mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman.
Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman
adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali,
sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu
bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari
nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat
dimasjid Madinah.
Masa kekhalifahan nya merupakan masa
yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji
berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat
timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama
yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah)
karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji).
Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus
untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh
khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu
perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan
adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at.
Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali
tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk
pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu
Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada
itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di
Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi
yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :
- Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai
Gubernurnya.
- Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash
sebagai Gubernur disana.
- Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
- Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
- Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram,
Mekkah.
- Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf
Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam
seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman
membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai
wilayah Islam.
- Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak
(bila ada)
2.2 Perluasan Islam dimasa Utsman bin
Affan
Masa pemerintahan khallifah Utsman tidak terputus dengan
rangkaian penaklukan yang dilakukan kaum Muslimin pada masa pemerintahan
khalifah Umar. Ketika itu Armenia, Afrika, dan Cyprus telah dikuasai. Kaum
muslimin terus memperkokoh kekuatan di Persia yang telah takluk ditangan mereka
sebelumnya.Perluasan itu meliputi bagian pesisir pantai atau kelautan, karena
pada saat itu kaum muslimin telah memiliki armada laut.
Pada pemerintahan Utsman negri Tabaristan berhasil
ditaklukan oleh Sa`id bin Ash. Dikatakan , bahwa tentara Islam dalam penaklukan
ini telah meyertakan Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Ali, begitu pula
Abdullah bin Al-Abbas, `Amr bin Ash, dan zubair bin Awwam. Pada masa
pemerintahan usman pun kaum muslimin berhasil memaksa raja Jurjun untuk memohon
berdamai dari Sa`ad bin Ash dan untk ini ia bersedia menyerahkan upeti senilai
200.000 dirham setiap tahun kepadanya.
Termasuk juga menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang
terjadi dibeberapa negri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam dizaman
Umar. Pendurhakaaan itu ditimbulkan oleh pendukung- pendukung pemerintah yang
lama atau dengan kata lain pemerintahan sebelum daerah itu berada dalam
kekuasaan Islam, mereka hendak mengembalikan kekuasaannya. Daerah tersebut
antara lain adalah Khurasan dan Iskandariah.
Pada tahu 25 H. Penguasa di Iskandariyah mengingkari
perjanjiaan dengan Islam, karena mereka dihasut oleh bangsa Romawi yang
menjanjikan mereka bermacam-macam janji yang muluk-muluk. Maka Utsman
memerintahkan gubernur Amru bin Ash yang ketika itu menjabat sebagi penguasa di
Mesir untuk memerangi Iskandariyah, sehingga Akhirnya penguasanya mengutus
dutanya untuk membuat perjanjain dan kembali tunduk kepada kerajaan Islam di
Madinah.
Pada tahun 31H penduduk Khurasan mendurhaka sehingga Utsman
mengirim Abdullah bin Amir, gubernur Basrah, bersama sejumlah besar tentara
untuk menaklukkan kembali mereka. Terjadilah perang antara tentara Islam dengan
penduduk Merw, Naisabur, Nama, Hirang, Fusang, Bigdis, Merw As-Syahijan, dan
lain-lain dari penduduk wilayah Khurasan. Dalam perang ini kaum muslimin
berhasil menaklukan kembali wilayah Khurasan.Secara singkat daerah-daerah
selain dari dua ini yang telah dikuasai pada masa Utsman adalah:
Azerbaijan, Arminiyah, Sabur, Afrika Selatan, Undulus ( Spain), Cyprus, Persia,
dan Tabristan. Menurut para ahli sejarah mereka berpendapat bahwa zaman
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan sebagai Zaman keemasan dimana tentara
Islam mendapat kemenagan yang luar biasa, satu demi satu, dan mereka dapat
mengusai banyak dari negri-negri yang dahulunya berada dibawah kekuasaan Romawi
Persia dan juga Turki. Secara singkat umat Islam pada saat itu telah sampai
pada puncak kekuasaan dan kekuatan dibidang kemiliteran, yang tidak diraih oleh
zaman-zaman sesudahnya.
2.3 Keutamaan Utsman bin Affan
Beliau termasuk
as-sabiqun al-awwalun (orang-orang yang pertama menyambut dakwah Islam).
Beliau mengikrarkan diri sebagai seorang muslim berkat dakwah Abu Bakr
Ash-Shidddiq pada umur 34 tahun. Di saat kaumnya menolak dan mengingkari seruan
dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia justru membentangkan
tangan, membuka hati, dan meyakini tanpa keraguan. Tatkala seruan hijrah
dikumandangkan beliau adalah termasuk seorang yang tampil melaksanakan perintah
sehingga beliau dua kali berhijrah, ke negeri Habasyah dan Madinah.
Keunggulan
sahabat Utsman semakin tampak
pada beberapa keadaan penting di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang saat itulah figur Utsman dikenal sebagai salah satu sahabat
yang tidak disebut melainkan kebaikan. Di saat musim paceklik panjang,
kemiskinan dan kefakiran menjadi bagian bagi setiap kaum muslimin. Di saat itu
pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerukan seruan jihad
dan beliau tengah menyiapkan pasukan besar untuk diberangkatkan dalam Perang
Tabuk melawan pasukan Romawi. Pasukan itu disebut jaisyul ‘usroh karena
sulitnya kondisi materi para sahabat pada saat itu. Namun, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tetap mendorong para sahabatnya untuk berinfak dan
bersedekah dalam rangka menyiapkan pasukan besar tersebut. Hingga Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Barang siapa yang menyiapkan
jaisyul usyroh, maka baginya surga.”
Tiba-tiba
datanglah seorang saudagar kaya yang dermawan dialah Utsman bin Affan
membawa kepingan-kepingan dinar berjumlah 1000 dinar lalu diberikan di hadapan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sambil memeganginya keluarlah
ucapan yang masyhur dari bibir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mulia,
“Tidaklah memudharatkan Utsman
apa yang ia lakukan setelah ini.”
Dan juga pada
saat jumlah kaum muslimin semakin bertambah dan Masjid Nabawi serasa tidak
dapat lagi menampung jamaah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa membeli lokasi
milik keluarga fulan lalu menambahkan untuk perluasan masjid dengan kebaikan
maka ia kelak di surga.” Lalu Utsman membelinya dari kantong uang miliknya
lalu tanah itu diwakafkan untuk masjid.
Demikian juga
tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah maka
tidak dijumpai air tawar kecuali dari sumur rumah. Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa membeli sumur
dan menjadikan gayung miliknya bersama dengan gayung milik kaum muslimin maka
kelak ia di surga.” Mendengar ucapan tersebut Utsman pun segera membelinya.
Kemudian satu
hal yang tidak boleh dilupakan – yang menambah kemuliaan sahabat Utsman, beliau
adalah seorang mu’alim yang cinta kepada Alquran. Kecintaannya terhadap
Alquran telah membuahkan hasil yang senantiasa dikenang hingga hari kiamat,
peristiwa pengumpulan Alquran dan penyeragaman bacaan adalah bukti nyata bagi
seorang yang mau merenunginya. Beliaulah sahabat yang telah meriwayatkan sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sebaik-baik kalian adalah
yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.”
Dan suatu hari
Utsman memanggil orang-orang, lalu berwudhu di hadapan mereka, kemudian beliau
mengatakan, “Barang siapa yang berwudhu semisal wudhuku ini lalu shalat dua
rakaat dan tidak berbincang-bincang di dalamnya, maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Beliau juga
sering memperingatkan manusia dari bahaya dusta atas nama agama, dari beliaulah
diriwayatkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang
siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka silakan mengambil tempat
duduk di neraka.”
Dan masih
banyak lagi keutamaan-keutamaan beliau yang lain, namun tidak ada yang lebih
menggembirakan dari itu semua dibandingkan persaksian Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bahwa Utsman adalah min ahlil jannah (salah satu
penghuni surga).
Dari Abu Musa
al-Asy’ari beliau berkata, “Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk
ke sebuah kebun dan beliau memerintahku untuk menjaga pintu kebun tersebut,
maka datanglah seorang laki-laki meminta izin untuk masuk maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Izinkanlah ia masuk dan berikan kabar
gembira kepadanya berupa surga.’ Ternyata ia adalah Abu Bakr. Lalu datang
seorang laki-laki yang lain dan meinta izin untuk masuk, lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Izinkanlah ia masuk dan berikan kabar
gembira kepadanya berupa surga.’ Ternyata dia adalah Umar. Kemudian datang
lagi seorang yang lain meminta izin untuk masuk, namun sejenak Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam terdiam, lalu beliau mengatakan, ‘Izinkanlah ia masuk
dan berikan kabar gembira kepadanya berupa surga atas bala yang akan menimpanya.’
Ternyata dia adalah Utsman bin Affan.”
Ishaq bin
Rahawaih mengatakan, “Tidak ada seorang pun sepeninggal Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam orang yang paling baik di muka bumi ini kecuali Abu Bakr,
dan tidak ada orang yang lebih baik sepeninggalnya kecuali Umar, dan tidak ada
orang yang lebih baik sepeninggalnya kecuali Utsman, serta tidak ada orang yang
lebih baik dan lebih mulia sepeninggalnya kecuali Ali.”
2.4 Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman
Pada mulanya pemerintahan Khalifah
Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama
Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin
Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan
pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para
pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang
kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.
Tindakan beliau yang terkesan nepotisme
ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan
yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan
para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula.
Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa
kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’
disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin
Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani
Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang
termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah
besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah,
tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali
tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi
Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena tuntutan orang mesir itu telah
dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka
kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa
surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar
Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad
Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk
meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah
surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin
Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua
hal :
- Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena
membunuh orang).
- Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai
Khalifah.
Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana
membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau
berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan
mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah
engkau lepaskan”
Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau
mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai
empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau
dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam,
Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena
kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu
dengan sabar dan tutur kata yang santun.
Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal
rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur
Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an.
Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari
Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan
bin Hamran.
Beliau
wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai
Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
2.6 Wafatnya
Khalifah Utsman bin Affan
Tatkala
syubhat-syubhat – yang hakikatnya lemah tersebut – tidak dapat terbendung maka
api kebencian telah menyulut pada hati-hati para pemberontak. Akhirnya, mereka
datang ke Madinah dan mengepung rumah Utsman. Mereka meminta agar Utsman
meninggalkan kekhalifahannya atau mereka akan membunuhnya.
Namun, Ibnu
Umar segera masuk menemui Utsman dan mendorongnya agar ia jangan sampai
menanggalkan kekhalifahannya karena berarti itu telah membuat sunah yang jelek,
sehingga setiap kali manusia tidak menyenangi pemimpinnya, maka mereka akan
mencopot paksa kepemimpinan tersebut. Utsman pun menyadari bahwa inilah fitnah
yang sejak jauh-jauh hari telah diberitakan oleh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam. Karena itu, Utsman hanya bisa bersabar dan menyerahkan
urusannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akhirnya, orang-orang Khawarij
tersebut memanjat rumah Utsman, lalu pedang-pedang mereka mengalirkan darah
Utsman yang suci sedang beliau tengah berpuasa dan membaca kitabullah,
hingga tetesan darah pertama tatkala membaca,
فَسَيَكْفِيكَهُمُ
اللهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Maka Allah akan memelihara
kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah: 137)
Di malam hari
sebelum Utsman meninggal dunia, ia bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan beliau mengatakan, “Wahai Utsman, berbukalah
bersama kami.” Dan tatkala shubuh ia berpuasa dan meninggal dunia di hari
itu juga.
Beliau
wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai
Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khulafa ar-Rasyidun yang ketiga Utsman bin Affan memiliki
ciri khusus mulai dari kepribadian yang dikenal orang sebagai seorang yang
penmalu tapi bukan berarti lemah namun tetap semangat terbukti dengan beberapa
prestasi yang dikhususkan dari kahalifah sebelumnya maupun sesudahnya, antara
lain telihat dari keberaniaan dalam menjadikan stsandarisasi bacaan Al Qur`an.
Dan tetap melanjutkan perluasan daerah keberbagai tempat yang sebelumnya
dikuasai oleh kekuasaan besar yaitu Romawi dan Persia.
Namun semua kebaikan yang dilakukan terkadang masih disalah
artikan oleh beberapa kalangan, hal ini tak terlepas dari perseteruan politik
dari pihak yang sejak awal pengangkatan khalifah Utsman menginginkan Ali yang
seharusnya layak menggantikan Umar. Masih menjadi tanda tanya siapa gerangan
dibalik semua makar besar yang berakhir dengan pembunuhan Utsman, banyak
kalangan ahli sejarah mengatakan seorang yang dahulunya beragama Yahudi bernama
Abdullah bin Saba` yang berada dibalik semua ini. Sebagaimana dikatakan oleh
Ibnu Hajar bahwa ’Cerita-cerita tentang Abdullah bin Saba` terkenal didalam
buku-buku sejarah’. Sedankan al-Syututhi dalam ceritanya tentang penolakan
penduduk Mesir terhadap Abdullah bin Saba` pada awalnya mengatakan’ lalu banyak
orang dari pendudduk Mesir tergoda olehnya, dan itu adalah permulaan pengerahan
masa terhadap Utsman’.
Sejarah Utsman bin Affan sangat banyak meninggalkan tanda
tanya, yang dikemudian hari padapemerintahan khalifah setelahnya menjadi sumber
dari fitnah diantara sahabat-sahabat senior. Pelajaran ini sangat berharga
mengingat perpecaahn dalam tubuh umat islam generasi awal tidak lepas dari
propoganda-proppoganda yang tidak menginginkan uamt Islam tetap dalam kejayaan.wallahu
`Alam bishawab.
3.2 Saran
Beberapa pelajaran berharga di antaranya:
- Aksi demonstrasi dan protes
adalah buah teladan dari kaum Khawarij, dengan berpijak pada
syubhat-syubhat yang lemah mereka menghalalkan yang haram. Pada hakikatnya
mereka adalah orang-orang yang senang membuat kerusakan di muka bumi.
- Merupakan kewajiban seorang
mukmin tatkala menerima berita hendaklah untuk tasabbut (mencari
kebenaran berita) terlebih dahulu, jangan langsung asal percaya. Terlebih
lagi kalau berita itu datang dari orang-orang fasik yang tidak menjaga muru’ah.
Alquran mengajari kita berhati-hati dalam menerima berita-berita yang
belum jelas sumbernya apalagi yang menyangkut kehormatan kaum muslimin.
- Figur Utsman adalah teladan
bagi kita dalam membelanjakan harta yang telah diberikan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Maka hendaknya para saudagar kaya, para konglomerat, sadar
bahwa harta akan bermanfaat baginya bila digunakan untuk menunjang
kehidupan akhirat yang kekal.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment